webnovel

Chapter 16

Dae Joon menggelengkan kepalanya, "Tidak, kita tidak bisa membiarkan si naif itu mengetahui hal ini"

"Kenapa?"

"Dia pasti akan bertindak gegabah. Untuk saat ini, biarkan dia mengetahui bahwa ia telah terlepas dari daftar tersangka"

Haeri melipat kedua tangannya, ia sempat tidak menyetujui perkiraan temannya itu, tapi ia tetap mengiyakannya. Haeri kembali memikirkan kasus Jang Sooya. "Berarti, pelaku asli kasus mutilasi ini pasti bukan sembarang orang biasa. Kemungkinan saja orang kaya atau..."

"Elite politik"

"Hah? Kenapa malah menyasar ke sana?"

"Jang Sooya memiliki hubungan dengan orang-orang elite politik" Dae Joon memberikan buku harian korban kepada temannya. "Dia menjelaskannya secara tersirat di buku harian Jang Sooya, halaman sebelas"

"Ternyata kasus ini lebih menarik dari dugaanku" Haeri menerima buku harian itu, ia membuka halaman sebelas dan membacanya dengan hati-hati agar tidak melewatkan poin-poin penting. "Uh...apakah kita benar-benar harus menyeret Kyo Seung ke masalah ini? Maksudku, sebelumnya ia memang ada hubungannya dengan kasus ini—tapi ia sudah dikeluarkan dari daftar tersangka"

"Kita beritahu kalau ia bertanya"

"Baiklah" Haeri beranjak keluar dari ruangan. "Oh iya, kau tidak mau berpatroli malam ini?"

Dae Joon menggelengkan kepalanya.

"Kyo Seung sedang bekerja saat ini"

Refleks, Jung Dae Joon langsung berdiri dari kursi empuknya dan menyiapkan barang-barang yang diperlukan untuk berpatroli malam itu tanpa pikir panjang.

***

Jalan setapak yang gelap menghubungkan antara jalan raya dengan bagian pedalaman rumah-rumah, sumber cahaya hanya berasal dari satu lampu redup di bagian tengah gang. Entah kenapa ada seseorang yang mau membayar biaya listrik untuk lampu itu, karena kabel lampu tersebut terhubung ke dalam rumah sebelah kanan. Jalan setapak yang merupakan gang itu tidak terlalu sempit, bisa untuk dilewati dengan sepeda dan jalan kaki. Ini adalah jalan umum yang biasanya dilewati orang-orang dari pedalaman kota untuk bisa pergi ke rumah mereka. Dilihat dari ujung gang setapak, seorang pemuda berambut sunbaked dengan jaket hoodie berwarna hijau lumut menampakkan batang hidungnya. Pemuda itu berjalan dengan membawa tas ransel hitam di pundaknya, ia menoleh ke kiri kanan lalu berjalan memasuki jalan setapak.

Pemuda itu memasuki wilayah pedalaman Underground city. Pedalaman tidak tampak seperti Underground city, sama halnya dengan Underground city yang tidak tampak seperti kota Daegam yang terletak di atas. Wilayah pedalaman diisi dengan orang-orang fakir miskin dan hanya orang yang tanpa harapan hidup saja yang berniat untuk tinggal di tempat ini.

Si hoodie hijau lumut itu memasuki kawasan rumah kayu tua yang diimpit dengan dua gubuk kayu. Ia mengetuk pintu rumah, dan mendapati sekelompok anak kecil berlari dari belakang rumah menuju pintu depan. "KAAAK!!!" teriak anak-anak itu sembari membukakan pintu untuk pemuda tersebut.

Dengan senyum lebar terukir di wajahnya, Kyo Seung langsung berlutut dan memeluk sekelompok anak-anak yang menghampirinya. Ia meletakkan ranselnya ke lantai, lalu mengeluarkan banyak jajanan dari dalamnya. Roti, permen karet, mi instan, jajanan pinggir jalan, semuanya dikeluarkan dan langsung direbut oleh anak-anak yang telah mendambakan jajanan enak sejak minggu lalu.

Seorang wanita paruh baya dengan rambut yang sudah beruban sebagian, muncul dari lorong yang menghubungkan ruang tengah dengan dapur. "Park Kyo Seung, ke mana saja kamu selama seminggu ini?" wanita itu menghampiri Kyo Seung, pipi kanan Kyo Seung langsung dicubit olehnya karena gemas. "Setidaknya balas pesanku di SMS" tambahnya sembari mengacak-acak rambut Kyo Seung.

"Maaf, minggu ini saya agak sibuk" balas Kyo Seung sembari tercengir.

"Anak-anak itu meraung-raung meminta jajan selama tiga hari ini—aku sampai kewalahan mendengar mereka"

Park Kyo Seung dapat melihat kantung mata abu-abu terbentuk di bawah mata wanita yang ada di hadapannya itu, ia jadi merasa kasihan. Wanita yang menjadi satu-satunya pengurus panti asuhan itu sepatutnya memperkerjakan seseorang untuk membantunya mengurus 15 anak yang ada di panti asuhan itu.

Kyo Seung melihat ke sekitar ruang tengah panti, "Ibu Bong, bagaimana kabar Jo Taegi?"

"Jo Taegi ya..." Wanita yang dipanggil "Ibu Bong" itu melirik ke kanan atas, lalu menepuk pundak kiri Kyo Seung. "Ia baru saja menemukan pekerjaan sampingan baru, ia menjadi kasir di minimarket"

Jo Taegi adalah salah satu anak dari panti asuhan yang telah berumur 17 tahun. Sepatutnya, ia dikeluarkan dari panti asuhan karena umurnya yang terbilang dewasa, namun ibu Bong masih membiarkan Jo Taegi menginap di panti asuhannya hingga Jo Taegi mendapatkan uang yang cukup untuk menyewa tempat tinggal. Ia tidak dapat kuliah karena kondisi ekonomi, ijazah kelulusan hanya sampai sekolah menengah atas. Meski bukan bagian dari keluarga panti asuhan, Park Kyo Seung turut prihatin melihat kondisi Jo Taegi. Ia ingin menawarkan bantuan kepadanya namun selalu menolak. "Aku akan berusaha sebisaku" ucap Jo Taegi setiap kali Kyo Seung menawarkan bantuan.

"Kasir minimarket? Minimarket yang mana?"

"Di kawasan Timur, di sekitar jalan Heongbokgun. Kau tidak perlu cemas, aku membiarkannya berada di sini sampai dia memiliki banyak uang untuk menyewa tempat tinggal. Aku bukanlah orang jahat yang langsung membuang seorang sebatang kara begitu saja!"

Kyo Seung tersenyum kecil. "Baguslah kalau begitu, saya akan pergi menghampirinya"

Ia mengeluarkan ponsel hologramnya, membuka aplikasi bank non-tunai, dan melakukan transaksi uang sebesar satu juta won ke nomor rekening ibu Bong. "Maaf saya belum bisa membayar lebih dari ini"

Suara rendah terdengar dari belakang telinga kanan Kyo Seung. "Apakah itu uang hasil curian?"

Kyo Seung terkejut, ia memekik sedikit. Ia menoleh ke belakang untuk mencari tahu seseorang yang berbicara di belakangnya itu. Sesosok pria bertubuh besar dengan setelan formal berwarna hitam dan putih berdiri dengan tegap di belakang Kyo Seung. Pria itu mengangkat lengannya untuk menunjukkan jam ponsel yang sedang menghubungi seseorang.

Kyo Seung melihat ke jendela layar hologram dari jam pria itu, ia dapat melihat jelas dari ujung rambut hingga dada, bahwa orang yang sedang melakukan panggilan video dengan pria itu adalah Jung Dae Joon. "Apa-apaan..."

"Aku menyuruh salah satu pengawalku untuk mengikutimu. Aku baru tahu bahwa kota ini memiliki kota bawah tanah. Dapat dipastikan bahwa tempat ini adalah tempat berkumpulnya para kriminal dan orang-orang kalangan rendah" Dae Joon menunjuk ke kanan, menyuruh pengawalnya untuk mengarahkan jamnya ke Ibu Bong. "Jadi Anda adalah pengasuh panti asuhan di kota bawah tanah ini?"

Kyo Seung hendak menyela Dae Joon, namun pengawal pria yang berpindah tempat ke sampingnya itu mengangkat telapak tangan ke dirinya yang menandakan untuk tidak mengganggu perbincangan tuannya dengan ibu Bong.

"Dengan nama pemerintahan kota Daegam, saya bersedia membeli rumah yang layak untuk dihuni oleh 15 orang anak atau lebih termasuk Anda. Biaya keperluan hidup per bulan ditanggung oleh pemerintah kota Daegam, dan untuk masa depan yang cerah bagi anak-anak di panti asuhan ini—saya bersedia membiayai sekolah beserta dengan keperluannya. Tentunya saya akan menawarkan bantuan pengasuhan di panti asuhan jika Anda tidak keberatan. Jika ada yang kurang dari penawaran saya, katakan saja"

Tentunya, Kyo Seung serta Ibu Bong menganga lebar saking terkejutnya. Seorang pengawal pria yang datang entah dari mana, mendatangi panti asuhan dengan membawakan kabar gembira yang mustahil terjadi di dunia ini.

"Tuan... Anda tidak bercanda...bukan?" Ibu Bong berlutut di hadapan pengawal, ia meletakkan telapak tangannya di lantai.

"Tidak. Saya bersungguh-sungguh. Jadi, apakah Anda mau menerima tawaran—"

"Tunggu dulu" Kyo Seung akhirnya menyela perbincangan, ia melipat lengannya dan menatap ke Dae Joon dengan tatapan intimidasi. "Kau pasti ada maunya, kan? Lebih baik kau sebutkan terlebih dahulu apa maumu sebelum meminta ibu Bong menyetujui tawaranmu"

"Aku tidak memiliki kemauan apa pun. Lagi pula jika itu memang benar, aku tidak akan memanjakan orang sebesar ini untuk mendapatkan apa yang aku mau. Itu akan membuat kebohongan makin terlihat jelas"

Kyo Seung masih tidak mempercayai Dae Joon. Ia tidak percaya dengannya, dan tidak akan pernah. Jung Dae Joon adalah tipe orang selalu berhati-hati dalam menyusun strategi dan setiap langkah yang ia atau pun orang lain tempuh—ia sudah menduganya sejak awal. Orang seperti Dae Joon sangat berbahaya.

"Ibu Bong, saya akan menemui Anda jika saya ada waktu luang besok. Saya akan mendatangi panti asuhan lagi untuk lanjut membicarakan penawaran saya. Terima kasih"

Pengawal pria itu berbalik badan, lalu berjalan keluar dari panti asuhan. Selagi berjalan, Kyo Seung menarik pundak pengawal pria itu. Wajahnya masih menunjukkan perasaan kesal. "Kau terus mengikutiku sejak kemarin, bukan?"

"Tidak" balas Jung Dae Joon yang masih terhubung dengan panggilan video.

Kyo Seung mengacak rambutnya, ia merasa frustrasi. "Bisakah kamu tidak...ikut campur dalam urusanku dan berhenti mengawasiku dari jauh? Itu mengerikan. Aku bisa saja melaporkanmu ke polisi"

"Aku polisi"

"Pengganti! Polisi pengganti" Kyo Seung mengerutkan dahinya. "Intinya, kumohon jangan muncul di pandanganku kecuali saat kita sedang janji bertemu"

"Jadi maksudnya kau tidak mau aku membantu wanita beserta anak-anak yang ceria itu?"

"Uh, tidak, bukan itu maksudku. Maksudku adalah—"

"Bayangkan wajah anak-anak manis itu saat mereka mengetahui bahwa sosok kakak dalam pandangannya tidak ingin mereka hidup bahagia~"

"Berhenti membuatku merasa bersalah! Aku bukan bermaksud seperti itu, aku hanya tidak ingin kamu muncul tiba-tiba seperti tadi! Memangnya kamu mau diikuti oleh seseorang setiap saat?"

"Yah, perbincangan ini sama sekali tidak bermutu. Sampai jumpa lagi Park Kyo Seung" pengawal pria itu menutup jam ponsel hologramnya, ia pun berjalan keluar dari panti asuhan tanpa basa-basi.

Kyo Seung juga harus pergi. Ia pamit kepada ibu Bong dan para anak panti, lalu ia keluar dengan entengnya tas ransel yang berisi angin. Park Kyo Seung berencana untuk melihat Jo Taegi sedang bekerja sebagai kasir. Ia bersyukur ada orang yang mau menerima jasa Jo Taegi tanpa melibatkan hal-hal yang berbau ilegal (tidak seperti dirinya).

Kyo Seung kembali ke pusat Underground, melewati air pancur, keluar dari pintu kayu usang yang menghubungkan antara Underground City dengan kota Daegam, lalu menaiki atap gedung menggunakan grappling hook gun-nya. Kyo Seung berlari dan melompati gedung antar gedung selama sepuluh menit, dan akhirnya ia tiba di tempat tujuannya, Deobok Minimarket.