webnovel

Cintanya Cinta

Cinta menganggap ia adalah seorang biasa yang lahir dan tinggal di kota J. Hidupnya penuh dengan keceriaan, terusik oleh hadirnya seorang pria dingin yang dijodohkan orang tuanya. Cinta yang merasa hidupnya biasa benarkah hanya biasa? Kehidupannya yang kedua petaka ataukah berkah? =================================== Cinta: "Mengenai anak, kita bisa pake cara modern, gak perlu konfensional. Jadi gak ada yang akan mempertanyakan apakah memang anak tersebut anakmu atau bukan. Aku bersedia mengandung anakmu. Kasih sayang pasti akan didapatkan toh anak itu hasil dari benih kita berdua. Anakmu pastilah anakku juga. Aku tidak akan berselingkuh. Tenang saja..." Cinta dengan berani mengungkapkan pikirannya, mata almondnya berbinar indah menantang mata elang Rayhan dengan berani. Cinta: "Gue gak cinta elo, tapi karena Abah dan Mama mau gue nikah sama elo, ya sudah... Gue nurut aja..."

Becky16 · Urban
Not enough ratings
23 Chs

Cinta Gak Cinta Yang Penting Kumpul (1)

"Let's Kill This Love" berkumandang dari HP Cinta. Tangannya refleks menggapai laci meja di pinggir ranjang. Kesadaran berangsur-angsur pulih. Cinta terkesiap dan langsung duduk. Kepalanya sedikit pusing. Cinta membuka matanya perlahan. Mata almond Cinta memandang sekeliling. Langit-langit putih dengan lampu gantung kristal simple namun elegan, dinding lavender muda, meja rias putih bergaya Victoria. Kamar bernuansa warna lavender muda adalah kamar pengantinnya. Mengapa ia kembali ke hari pertama mereka menikah???.

Kepala Cinta kembali berdenyut. Ia memalingkan kepala, Rayhan tidur di sebelahnya. Bulu mata lentiknya, hidung mancungnya, rambut legam ikal sedikit panjang miliknya, begitu indah. Baru sekali ini ia menyadari betapa tampan suaminya.

"Tunggu dulu... Suami? Sejak kapan aku menganggapnya suamiku..." pikir Cinta, ia tak pernah mengganggap Rayhan suaminya. Ia selalu bersikap arogan dan acuh tak acuh selama sepuluh tahun pernikahannya.

Cinta segera tersadar bahwa ia kembali ke masa lalu disaat pagi pertama setelah ia menikah. "Sebentar... Kalau begitu aku masihlah Cinta yang cantik dan tajir..." Cinta segera melangkah ke cermin di changing room. Tentu saja ia masih ingat bener disebelah mana changing room (*1) berada.

Kamar Lavender, begitulah Cinta menamakan kamar ini, ya... Inilah kamar pengantin yang disiapkan Rayhan untuknya. Rayhan yang tergila-gila padanya, Rayhan yang pontang panting mempersiapkan kamar pengantin bernuansa lavender hanya karena ia tahu Cinta sangat menyukai ungu muda lavender bahkan kamar pengantin mereka dihiasi dengan mawar putih dan lavender, wangi kamarpun semerbak wangi lavender.

Tiba-tiba cuplikan kecelakaan yang terjadi ketika meregang nyawa seketika berkelebat di pikirannya membuat Cinta bergidik ngeri. Ekspresi ngeri dan wajah pucat seputih kertas terpantul di kaca besar di changing room. Kepalanya berdenyut, ia duduk di kursi changing room. Setelah dua menit berlalu, ia menarik napas panjang, akhirnya nyeri di kepalanya berhenti.

Cinta berdiri menatap kaca besar yang memantulkan tubuh sintal berbalut lingerie sutra berwarna hitam, tubuh ramping sintal miliknya terpantul indah, pipi buah peach, mata almond jernih dan rambut sepunggung miliknya tergerai dengan indah. Ia mengagumi kecantikannya yang telah hilang setelah sepuluh tahun pernikahannya.

Cinta ingat benar betapa tubuh donat, pipi bakpao dan rambut cepak membuat tidak ada seorang priapun meliriknya. Hanya Rayhan yang terus memburunya. Tak rela melepaskannya, surat cerai yang dilayangkannya pun tak pernah digublis. Sungguh Cinta tak mengerti mengapa Rayhan begitu mencintainya. Antara cinta dan obsesi memang berbeda tipis namun setelah kematiannya Cinta baru mengerti Rayhan.

"Sepertinya Tuhan masih mengasihani aku sehingga Ia memberikanku kesempatan kedua. Kali ini, dikehidupan ini, aku akan berusaha mencintai Rayhan. Mencoba bekerjasama dan mempercayainya." tekad Cinta dalam hati.

Ia tidak menyadari Rayhan telah bangun dan memperhatikannya sedari tadi. Rayhan berdiri disampingnya bertelanjang dada menunjukkan enam roti bantal alias ototnya yang menggiurkan, ia hanya mengenakan celana boxer setiap kali tidur. Rambut ikalnya masih terlihat berantakan. Mata elangnya menyelidik Cinta yang pucat pasi. Bibirnya sedikit berkerucut kedepan, alisnya bertaut.

"Mengapa kamu memandangi kaca seperti itu? Kamu... Mengapa wajahmu pucat? Kamu sakit?" Rayhan begegas memegang kening Cinta dan keningnya sendiri, mengecek suhu badan Cinta. "Hmmm, tidak demam. Mungkin kamu hanya kelelahan. Kita sarapan dulu, setelah itu minum tolak angin ya... Habis itu terserah kamu mau istirahat atau mau jalan-jalan." Rayhan begitu perhatian. Ia tergesa menggandeng tangan Cinta keluar dari changing room dan mendudukkan Cinta di sofa panjang di kamar tidur mereka. Rayhan segera mengambil kaos putih dari lemari changing room dan dengan tergesa keluar kamar, namun pintu kamar langsung terbuka, kepala Rayhan menyembul dari pintu ia berujar, "Tunggu di sini, aku akan membawakanmu makanan dari dapur. Sabar ya istriku..." Rayhan kembali menghilang dibalik pintu.

Istriku... Begitulah Rayhan selalu memanggil dirinya. Di lima tahun pertama pernikahan Cinta, Rayhan selalu memanggilnya dengan istriku, jika memanggil namanya ia pasti memanggilnya 'Aicin' kependeken dari 'I Cinta' alias 'Cintaku'. Lima tahun kedua pernikahannya tepatnya dimasa pelariannya, Cinta melarangnya memanggilnya istriku atau pun Aicin namun Rayhan tak pernah menggublisnya, ia tetap memanggil Cinta dengan panggilan kesayangannya.

Cinta duduk termenung, ia teringat kata-kata Rayhan ketika ia menunjukkan rumah ini padanya. "Aicin, rumah ini kubeli dan sudah kurenovasi sehingga tak kalah lengkap dan indah seperti rumahmu di kota J. Jika masih ada yang tidak sesuai keinginanmu, katakan saja, semua pasti akan aku ganti sesuai keinginanmu. Kita masuk ke dalam ya..." gerbang putih itu terbuka otomatis ketika mobil Bentley hitam yang mereka naiki berhenti di depan pagar.

Di dalam tampak halaman luas, rumput dan pepohonan gaya victoria mendominasi. Pemilihan tanaman sungguh selektif dan tertata rapi. Nampak dua orang tukang kebun sedang memberi pupuk dan memapas tanaman. Sore hari itu merupakan kali pertama Cinta mengunjungi rumah tersebut. Rayhan mengajaknya ke rumah itu sebulan sebelum hari pernikahan mereka.

Mereka sampai di lobby utama, rumah bergaya Victoria dengan sentuhan modern membuat rumah itu begitu megah. Seorang berseragam pelayan membukakan pintu mobil. Rayhan menunjukan isi rumah baru yang akan mereka tempati. Ia menunjukkan kamar pengantin mereka nantinya.

Cinta teringat kala itu adalah kali pertama ia menapakkan kaki ke kamar Lavender, kamar dan perabotan telah tertata rapi karena Rayhan telah menempati rumah itu selama satu minggu, namun ia tidak tidur di kamar Lavender. Ia tidur di kamar tamu. Ia ingin kamar itu merupakan kamar malam pengantin mereka. Kala itu kepala pelayan, bernama Imah yang sedari tadi mendampingi dan siap mencatat perintah Rayhan, meninggalkan mereka di kamar Lavender, Imah melihat isyarat tangan Rayhan menyuruhnya meninggalkan kamar Lavender. Hanya tinggal mereka berdua saja di kamar itu. Cinta berupaya bersikap santai, ia menyembunyikan kejengahannya, ia berjalan mengelilingi ruangan itu.

Setelah berkeliling kamar, Cinta berdiri di dekat jendela kamar, melayangkan pandangannya ke kolam renang yang berada tepat di luar kamar Lavender. Ia melihat pengaturan lampu kolam renang dan kebun rumah begitu indah. Kamar Lavender terletak di lantai dua. Tepat di bawah kamar Lavender adalah ruang keluarga dan ruang bermain (billiard, karambol, catur, ludo, dll).

Ketika malam tiba, pengaturan pencahayaan membuat rumah itu indah dan friendly. Kolam renang seakan memanggilnya untuk berenang. Rumput di halaman terhampar indah dan subur. Tampak dua orang security sedang berjaln berkeliling memeriksa keamanan rumah.

Rayhan membeli rumah di kota A, kota kelahiran Rayhan. Rumah berlokasi di jalan Kemerdekaan merupakan perumahan paling bergengsi di kota A. Selain berlokasi di tengah kota, jalan Kemerdekaan sengat dekat dengan jalan protokol. Gedung kantor Rayhan terletak hanya berjarak satu kilometer dari rumah itu.

Rayhan meraih tangan Cinta yang sedang mengagumi pemandangan di luar kamar Lavender. Ia dengan serius ia berujar, "Aku adalah kepala rumah tangga setelah kita menikah. Aku yang akan melindungimu, menjagamu dan memenuhi seluruh kebutuhanmu. Lahir dan batin. Aku sungguh mencintaimu, Cinta".

Kilas balik Cinta terhenti. Pintu terbuka, Rayhan masuk dengan membawa baki berisi makanan kesukaan Cinta. Nasi uduk, bihun goreng, tahu isi goreng, semur jengkol, telor dadar daun bawang, kerupuk kampung putih dan sambel kacang. Dibelakangnya Imah mendorong kereta saji dua tingkat, diatasnya terletak piring besar terbuat dari kristal berisi aneka buah dan satu pitcher kristal berisi air putih sedangkan dibawahnya terletak menu yang sama dengan milik Cinta.

Langkah kaki Rayhan gegitu cepat, ia segera menaruh baki makanan yang dibawanya ke pangkuan Cinta, ternyata baki tersebut memiliki kaki dibawahnya sehingga dapat berdiri seperti meja kecil. Rayhan segera menaruhnya dipangkuan Cinta. Rayhan duduk di sofa sebelah Cinta. Imah segera melayani Rayhan. Rayhan menikmati menu yang sama dengan Cinta.

Mereka menikmati breakfast dalam diam. Rayhan makan sambil memperhatikan Cinta yang makan dengan lahapnya. Rayhan senang Cinta tampak puas dengan makanan yang dihidangkan. Rayhan telah meminta koki di rumahnya untuk belajar memasak makanan kegemaran Cinta di rumahnya dulu tentu saja hal itu hanya Rayhan dan mama Cyntia yang tahu. Kedamaian makan bersama terusik dengan lagu "Let's Kill Tis Love" yang berkumandang dari HP Cinta. Siapakah gerangan?

Note:

(*1) Changing room: kamar ganti baju. Kamar ini berisi lemari-lemari besar berisi baju, sepatu, tas, aksesori, jam tangan, dll. Kamar ini dipakai khusus untuk berpakaian setelah mandi ataupun jika ingin bepergian.