Mata Zico menyorot kakek itu dengan tajam. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras saat mendengar nasihat kakek itu. "Beraninya dia mengatakan itu padaku! Kalau dia bukan orang tua aku pasti akan menonjok wajahnya hingga berdarah." Batin Zico sambil menatap tubuh kakek itu hingga hilang dari pandangannya.
"Black! Kembali ke mobil! Jangan buat ulah lagi!" Perintah Zico kepada anjingnya.
Anjing Zico menuruti perintah majikannya. Black berlari kearah mobil Zico dan masuk kedalam mobil majikannya.
"Tuan! Tuan zico, tunggu!" Teriak seseorang dari kejauhan.
"Siapa yang berteriak memanggilku?" tanya Zico dalam hati. Dengan wajah malas ia menoleh kebelakang dan melihat seseorang berlari kearahnya.
Zico terkejut saat melihat wajah orang itu. "Steven?!" ujar Zico terkejut.
"Bos! Huft~ huft~ huft~ panas sekali hari ini." Keluh Steven didepan Zico.
"Kenapa kamu mencariku?" tanya Zico dengan alis yang tertaut.
"Sepertinya anda menyinggung seseorang. Ada polisi di sekitaran taman yang sedang mencari anda, bos!" Tutur Steven dengan nafas terengah-engah.
Bola mata Zico terbelalak saat mendengar apa yang diucapkan oleh Steven. Perasaan dia tidak pernah menyinggung siapapun di sini, kecuali ada satu orang yang menyinggungnya.
"Mereka sudah gila, ya! Kenapa mereka mencariku? Aku tidak pernah menyinggung siapapun dan tidak pernah terlibat dalam kasus apapun." Zico melihat polisi sedang menuju kearahnya.
Dari arah belakang ada dua orang gadis yang sengaja meledek Zico. Salah satu Gadis itu adalah Angelina.
"M-a-m-p-u-s k-a-m-u!" Seru Angelina dengan bahasa bibir.
Steven melihat ekspresi bosnya dan tidak mengerti apa yang terjadi. Ia mengikuti pandangan mata bosnya dan melihat ada salah satu gadis yang meledek Zico dari kejauhan.
"Itu, kan ... jangan-jangan dia pelakunya," pikir Steven sambil menatap Zico dan Angelina secara bergantian.
Zico mengepalkan tangannya dan rahangnya semakin mengeras karena menahan amarah. Polisi menghampirinya sambil mengambil sesuatu di saku mereka.
"Saudara Zico silahkan anda ikut kami kekantor polisi sekarang!" Perintah salah satu polisi sambil membawa borgol.
Alis Zico naik sebelah. Ia tidak tahu kenapa ia ditangkap oleh polisi. "Memangnya saya salah apa, ya, pak?" tanya Zico dengan nada tinggi.
Polisi menatap Zico dari atas sampai bawah. "Sepertinya anda dari keluarga yang terpandang akan tetapi anda seperti orang rendahan yang tidak tau soapan santun. Anda sudah membuat gadis itu takut dan ingin menculiknya. Dasar predofil!" seru polisi sambil membawa Zico menuju ke mobil mereka.
"Zico adalah predofil ..." Guman Steven sambil menatap Zico.
Angelina terus meledek Zico dari jauh. Ia kembali menunjukkan jari tengahnya kepada Zico. Sorot mata Zico tertuju kepada Angelina. Ia tidak tahu Angelina berasal dari planet mana. Dalam hatinya ia ingin sekali menyingkirkan Angelina dari bumi.
"Steven! Selidiki cewek itu dan berikan hasilnya besok pagi!" Perintah Zico sambil berjalan mengikuti polisi.
Steven menganggukkan kepalanya. Ia berjanji akan mengeluarkan Zico secepatnya. "Aku percaya dengan kemampuanmu," ujar Zico sebelum masuk kedalam mobil polisi.
"Gadis itu sangat menarik. Dia berani membuat bos masuk kedalam penjara. Sekarang dia kabur entah kemana. Bos belum tahu kalau aku dan Devan sudah mengetahui identitas dia yang sebenarnya. Hahaha! Ini adalah kesempatan yang paling seru, nih." Batin Steven sambil melihat Zico.
"Black! Where are you!" Teriak Steven memanggil anjing kesayangan Zico.
Steven menunggu kedatangan Black. Anjing pintar itu menghampiri Steven dan mengajak Steven pergi ke mobil tuannya.
"Saatnya memberitahu gadis itu, kehebatan dari Zico Latuharhary Alexander!" Seru Steven sambil tersenyum samar.
Steven masuk kedalam mobil Zico dan pergi dari taman itu. Ia mengajak Devan untuk mencari tahu identitas Angelina.
Setelah kejadian itu Angelina kembali. Ia duduk dibawah pohon sambil melihat wajahnya yang masih terdapat noda selai.
"Dasar anjing bedebah!" Maki Angelina sambil meraih beberapa lembar tissue.
Hembusan nafas kasar terdengar ditelinga Angelina. Ia menoleh dan melihat sahabatnya. "Asma kamu kambuh?" tanya Angelina sambil menatap wajah Nana.
"Siapa yang punya penyakit asma? Gue gak punya penyakit asma yang ada kamu, tuh. Angelina, kamu gak takut sama pemuda itu?" tanya Nana sambil meraih cemilan.
"Aku ... takut dengan cowok gak tau attitude itu. Ya, enggak lah! Aku punya dendam sendiri dengan dia," ujar Angelina dengan percaya diri.
Mereka kembali menikmati waktu luangnya sambil melihat beberapa pemuda tampan yang lewat.
Angelina melihat jam tangannya. Ia menarik tangan Nana dan mengajaknya untuk membereskan semua sampah di tengah mereka.
Nana membuang sampah makanan. Setelah semuanya beres, mereka pulang dengan jalan kaki kerumah masing-masing.
***
Keesokan harinya, Angelina si pemalas masih tertidur dengan nyenyak. Suara alarm yang keras tidak mampu membangunkan Angelina. Hanya ada satu orang yang mampu membangunkannya.
"ANGELINA!!!" teriak seseorang dari lantai bawah.
Siapa lagi kalau bukan mama Angelina. Mama angelina adalah seorang mantan aktris yang terkenal. Dia facum dari dunia hiburan sejak menikah dengan Ray Putra.
Keluarga Putra dikenal dengan keluarga yang sederhana. Mereka saling support satu sama lain.
Papa Angelina menaruh koran diatas meja. Ia menatap istrinya sambil menggelengkan kepala. "Kenapa dulu bisa jatuh cinta dengan wanita ini?" Gumannya pelan sambil menuangkan air kedalam gelas.
Saat papa Angelina hendak minum, ia merasakan tekanan dari samping yang terasa sangat berat. Matanya melirik kesamping dan melihat istrinya sedang menaikkan lengan bajunya keatas. Sorot matanya berapi-api.
"Papa bilang apa tadi?" tanya maka Angelina dengan hawa mematikan.
"Gawat!" Resahnya dalam hati. "Papa tidak bicara apa-apa, ma!" Jawab papa Angelina dengan tegas dan tenang.
"KELUAR SEKARANG JUGA!" perintah istrinya dengan penuh penekanan.
Papa Angelina langsung keluar dari rumah itu sambil membawa segelas kopi. Mama Angelina mengambil segelas kopi itu dari tangan suaminya. "Siapa yang mengijinkan kamu membawa sesuatu dari sini? Seorang kamu keluar dan berdiri didepan pintu dengan tenang sampai nanti sore. Jangan coba-coba untuk duduk!" tekannya sambil meletakkan gelas dimaja.
Papa Angelina menuruti istrinya. Ia keluar dari rumahnya dan berjaga didepan pintu masuk tanpa membawa apapun.
"ANGELINA! DASAR ANAK PEMALAS! BANGUNNN!" teriak mama Angelina dengan keras hingga beberapa bola lampu di dalam rumah pecah.
"Lama-lama semua kaca di rumah ini pecah gara-gara pita suara monster itu." Guman papa Angelina sambil mengintip istrinya.
Wush! Pyaaar!
Sebuah sapu melesat kearah papa Angelina dan menghancurkan satu kaca jendela.
"Dasar wanita galak!" Pekiknya sambil menghindar dari gagang sapu.
"Untung saja sempat menghindar! Kalau tidak, bakal benjol kepalaku." Papa Angelina kembali keposisinya.
Dikamar, Angelina masih bermimpi indah. Ia tidak memperdulikan teriakan mamanya. Sebelum ia tidur, Angelina menutup telinganya dengan kapas.
Mama Angelina naik kelantai atas. Ia membuka kamar putrinya dan melihat putrinya masih tertidur pulas sambil ngorok.
Tangannya sudah gatal ingin memukul pantat anaknya. Perlahan ia mendekati putrinya dan membuka selimut Angelina. Matanya menatap benda halus berwarna putih menutup lubang telinga Angelina.
"Dasar turunan Kukang!" Umpatnya sambil mengambil kapas dari telinga Angelina.
Mama Angelina mendekatkan mulutnya ke telinga anaknya. Ia mengambil nafas dalam-dalam. "ANGELINA!!!" teriaknya dengan keras dan membuat Angelina terbangun dari tidurnya.
Telinganya berdenging keras dan terasa menyakitkan. Angelina menutup telinganya dengan kedua tangannya. Sorot matanya menatap mamanya dengan tatapan kesal dan penuh amarah.
"Mama mau membuat Angelina tuli, ya? Mama bisa menggunakan cara yang lain untuk membangunkan Angelina bukan dengan cara seperti ini. Mama pikir ini tidak menyakitkan? Ini sangat menyakitkan, ma!" Teriak Angelina sambil menitikkan air mata.
"Dasar anak cengeng! Baru segitu aja kamu langsung nangis. Bagaimana kalau kamu terjun didunia pekerjaan? Disana persaingannya lebih ketat dan kejam. Mereka akan menggunakan cara yang kejam dan sadis untuk menyingkirkan lawannya. Kamu pikir sahabat kamu itu tulus berteman dengan kamu. Dia diperintah seseorang untuk mengawasi kamu dan melaporkan semua gerak gerik kamu. Angelina ... kamu harus buka mata dan telinga kamu. Kebiasaan buruk kamu perlahan-lahan harus kamu hilangkan atau masa depan kamu bakalan hancur," Tutur mama Angelina dengan lembut.
Setelah ia melihat putrinya bangun dan memberikan nasihat sedikit. Ia keluar dari kamar putrinya sambil melirik Angelina. "Kamu harus kuat sayang! Masalah yang akan kamu hadapi selanjutnya adalah masalah yang besar. Mulai sekarang kamu harus bisa merubah semua kebiasaan buruk kamu." Batin mama Angelina dalam hati sambil menutup pintu Angelina.
Angelina menatap kepergian mamanya dengan tatapan sedih dan kesal. Disatu sisi ia sangat senang mempunyai sosok ibu yang sangat perhatian. Namun, dilain sisi dia tidak suka cara mamanya dalam mendidik dirinya.