Sabtu pagi yang sangat cerah Sri rahayu ibu dari dokter Citra seperti biasa berbelanja bahan makanan di pasar, ia memang sangat menyukai berbelanja bahan-bahan makanan di pasar tradisional, selain karena lengkap juga bisa tawar menawar. Walaupun sebenarnya ia mempunyai pembantu dirumahnya ia lebih senang jika ia yang pergi berbelanja. Tak terasa belanjaannya sangat banyak membuat ia kesusahan membawanya ke mobil yang ia parkir agak jauh dari tempatnya sekarang. Permisi ibu boleh saya bantu bawakan belanjaannya? Tanya fahri yang ingin menolong. Tidak apa-apa nak saya bisa sendiri. Jangan begitu bu' saya tidak niat jahat sungguh saya ikhlas ingin menolong ibu, alangkah berdosanya saya jika mengabaikan ibu yang sedang kesusahan. Saya juga punya ibu bu'. Biar saya yang bawa ini bu, ibu bawa jni saja.
Setelah sampai di mobil ibu berterima kasih kepada fahri dengan mengeluakan isi dompetnya. Tidak usah bu saya ikhlas menolong. Ambil saja nak buat beli pulsa. Sungguh bu tidak usah saya punya gaji, cukup pahala yang saya dapatkan bu' saya hanya ingin itu. Ibu citra seakan-akan kagum dengan pemuda ini. Kalau begitu kamu sedang apa disini? Jarang-jarang ada pemuda ke pasar seperti ini. Saya disuruh ibu beli tomat, bawang dan telur bu'. Wah kamu anak berbakti yah. Tidak bu' dibanding dengan pengorbanan seorang ibu ini tidak seberapa bu.
Pertemuan yang singkat itu membuat ibunya Citra ingin menikahkan Citra dengan Fahri. Sebelum berpisah ia menyuruh fahri untuk datang malam ini dirumahnya untuk makan malam. Fahri berusaha menolak tapi ibu citra meyakinkan Fahri untuk datang. Akhirnya dengan tidak enak hati terpaksa Fahri menyetujui permintaannya.
Sesampainya dirumah ibunda citra menceritakan yang terjadi di pasar kepada Citra dan adiknya anggun yang masih duduk di bangku kuliah. Yuk kita masak-masak sebentar kita kedatangan tamu. Siapa bu? Tanya Citra dan Anggun ibunya hanya tersenyum tanpa menjawab.