webnovel

Cinta Yang Membunuh

Cerita romance berlatar tahun 1970an yang diwarnai penghianatan, keserakahan, dan konspirasi. Berawal dari wasiat sang ayah untuk menikahi Julia. Chris di hadapkan berbagai peristiwa ganjil yang memaksanya untuk menguak tabir rahasia antara Julia dan Deva saudara tirinya. Satu persatu rahasia terbuka. Ternyata cinta hanya sebuah alat kamuflase untuk mencapai segalanya. Mampukan Chris menyingkap tabir misteri yang meliputi mereka? Dan siapakah Julia sebenarnya?

Naufira_Andriani · Urban
Not enough ratings
23 Chs

Perkenalan Singkat

"Selamat pagi tuan Chris." Senyum ramah Irene menyapanya. Kepala pelayan yang telah mengabdi puluhan tahun kepada keluarganya itu membuka tirai jendela di samping ranjang Chris. Cahaya cerah matahari pagi masuk menerangi ruang kamar yang luas. Chris menguap sambil merentangkan ke dua tangannya. Ia masih merasa ngantuk, mungkin karena kurang tidur. Semalam matanya sulit terpejam karena teringat dengan wanita yang ia temui di makam ayahnya. Andai saja wanita itu memberitahukan namanya.

"Tuan Deva memberikan surat ini untuk tuan, kata beliau surat ini di tulis oleh almarhum ayah anda sebelum wafat." Irene menyodorkan sepucuk surat beramplop putih. Chris tersentak, dengan cepat ia menerima surat itu.

"Setelah anda selesai, turunlah untuk sarapan. Tuan Deva menunggu anda di ruang makan."

"terimakasih Irene."

Wanita setengah baya itu tersenyum dan berbalik keluar setelah menutup kembali pintu kamar. Chris buru buru membuka amplop yang masih terekat rapat itu dan menemukan selembar kertas di dalamnya. Ini tulisan ayah, perlahan ia mulai membaca isi surat tersebut.

Kepada putraku tercinta

Maafkan ayah belum bisa menjadi yang terbaik untukmu. Kau kebanggaanku dan harta paling berharga yang ku punya. Aku ingin kau bahagia dan tak menderita dalam kesepian panjang sepertiku. Untuk itu aku harus memastikan keadaanmu baik baik saja sepeninggalku.

Selama ini untuk menghibur kesepianku, aku memiliki seorang putri angkat, namanya Julia. Dia gadis yang lembut dan santun. Aku berharap kau mengabulkan permintaan ku untuk terakhir kalinya. Menikahlah dengannya, agar aku tenang karena telah menyerahkan putraku untuk dijaga oleh orang yang tepat. Aku ingin kau tak berakhir dalam kesunyian seperti ku.

Aku sangat menyayangimu.

Malik Christian

Chris meremas surat itu, ia masih tak percaya atas permintaan ayah yang tak biasa. Memang di usianya yang menginjak kepala tiga Chris belum menemukan pendamping yang dapat meluluhkan hatinya. Namun menikah dengan wanita yang sama sekali belum ia kenal bukankah ini ide tergila yang harus ia lakukan di dalam hidupnya.

Chris memakai arloji di tangan kirinya saat ia menuruni anak tangga melingkar menuju ruang makan. Jam telah menujuk pukul 07.00, ia masih punya waktu 15 menit untuk sarapan sebelum berangkat ke pabrik.

Beberapa pertanyaan akan ia utarakan pada deva, selain masalah pekerjaan tentu saja soal surat itu.

" Chris..mari sarapan."

Deva menyapanya, ia berdiri dari duduknya mempersilahkan Chris untuk makan. Langkah Chris tiba tiba terhenti saat ia melihat sosok wanita yang masih asyik menyeruput teh di hadapan Deva. Ia menoleh ke arah Chris dan kemudian ikut berdiri mempersilahkan pria itu duduk.

" Kau…wanita yang kemarin?"

" Nama ku Julia." ia mengulurkan tangannya. Chris merasa gemetar saat membalas uluran tangan itu. Ia salah tingkah.

" Panggil saja aku Chris, silahkan duduk."

Deva tersenyum, ia menyadari tatapan saudara tirinya itu tak lepas dari Julia. Seorang pelayan wanita datang dan menuangkan teh untuk Christ.

" Apa kau sudah membaca surat dari ayah?"

Chris mengangguk, ia meletakkan cangkir tehnya sambil berkata.

" jujur saja aku masih terkejut membaca surat itu, tapi aku lebih kaget ketika tahu bahwa inti dari surat itu ada bersama kita pagi ini."

" Selama ini Julia tinggal bersama kami, tapi beberapa hari yang lalu ia harus ke kota untuk mengambil beberapa paket keperluan pabrik. Maka dari itu kau baru melihatnya." Jelas deva panjang lebar.

" jadi, apa kau bersedia menunaikan permintaan ayah?"

Chris mengusap pelipisnya, ia melihat ke arah Julia. Hari ini ia tampak lebih menawan dari kemarin. Rambutnya yang panjang disanggul ke atas meninggalkan helaian helaian bergelombang di sekitar dahinya. Sifatnya yang dingin masih terasa misterius seperti kemarin, Chris tak bisa menebak perasaan gadis itu padanya.

" Aku tak bisa menjawab pasti jika keinginan itu hanya atas kehendakku. Menikah adalah hal yang sakral dan sebaiknya terjadi satu kali seumur hidup "

Julia meletakkan serbetnya di atas meja dan menoleh pada chris seraya berkata,

"Tuan Malik adalah orang yang paling berjasa dalam hidup ku. Aku tak akan bisa menolak permintaan terakhirnya. Anggap saja aku menerima perjodohan ini demi ketenangannya."

Deva menarik nafas lega, ia dapat merasakan ketertarikan Christ yang besar pada Julia.

"Chris, sebaiknya kau mengajak Julia berkeliling. Biar urusan pabrik aku yang tangani hari ini."

"Terimakasih atas pengertian mu Dev." jawab Chris tersenyum.

****

"Ayah ibu ku sudah lama meninggal." ujar Julia, ia menyelipkan helaian rambutnya yang tertiup angin di belakang telinga. "Tuan Malik berbaik hati memberiku pekerjaan dan akhirnya mengangkat ku menjadi putrinya."

"Ayah ku memang sosok yang hangat, dia orang tua terbaik yang pernah ku miliki." Jawab Chris sambil mengendarai Jeepnya. Mereka menyusuri jalan perkebunan menikmati hamparan tanaman tembakau yang subur.

"Aku merasa sangat kehilangan. Dia pribadi yang baik dan pemurah. Dia juga banyak bercerita tentang mu. Katanya kalian berdua memiliki sifat yang sama."

Chris tertawa, "ya…kami sama sama keras kepala."

Sepanjang jalan mereka saling bertukar cerita dan sesekali bercanda. Julia sosok yang pintar dan berpikiran terbuka. Kerasnya hidup telah menempanya menjadi seorang wanita yang mandiri dan kuat. jujur saja Chris sangat terkesan dengan wanita itu.

Chris tiba tiba menghentikan laju kendaraannya saat ia melihat beberapa pria berbadan tegap tampak berjaga di area lahan miliknya. Baru kali ini ia melewati kawasan ini. Tak seperti perkebunan yang lain, daerah ini masih ditumbuhi pepohonan yang tinggi dan perbukitan yang tampaknya di jaga dari berbagai sudut. Tempat itu memang lebih jauh dan letaknya agak ke dalam dibandingkan lahan perkebunan yang lain. Mungkin karena terlalu asyik mengobrol, sampai sampai Chris tak sadar dengan rute yang ia lewati.

Chris turun dari mobilnya, beberapa pria yang berjaga tampak kaget. Tampang mereka sungguh tak bersahabat tidak seperti para petani tembakau yang lain. Seorang pria menghadangnya dan berkata, "Sebentar tuan, ada keperluan apa anda kemari?"

"Saya Chris, pemilik lahan perkebunan tembakau ini, siapa kalian? Dan mengapa kawasan ini dijaga ketat?" tanya Chris. Ia memandang ke arah beberapa pria di atas perbukitan yang memegang senapan berburu.

"Anda tak perlu tahu. Segera tinggalkan tempat ini!"

"Apa maksud kalian? Perkebunan ini masih milik saya" hardik Chris. Ia mengepalkan tangannya hendak melawan.

"Hei…sudah sudah" Tiba tiba Deva datang melerai mereka, seseorang memberi tahunya akan kedatangan Chris. Ia berdiri di tengah mereka dan membuka kaca mata hitamnya.

"Aku baru saja ingin memberi tahu mu soal tempat ini hari ini, tapi seperti yang kau tahu, kita kedatangan tamu." Deva menatap Julia, mengisyaratkan padanya untuk turun dari mobil dan menenangkan Chris.

"Daerah ini memang masih masuk lahan perkebunan kita, tapi bukan sepenuhnya milik kita."

"Apa maksudmu?"Tanya Chris

"Beberapa penduduk belum mau menjual tanah mereka pada kita, bahkan mereka sengaja mempengaruhi penduduk yang lain untuk merusak tanaman di daerah ini agar kita tidak jadi membelinya. Maka dari itu aku memperketat penjagaan disini untuk berjaga jaga." Deva tersenyum santai, ia mengambil sebatang rokok dan membakarnya.

"Nikmati perjalanan mu dan biarkan ini menjadi tanggung jawabku."

Julia meraih lengan Chris, ia berbisik, "Ayo kita pulang, aku merasa lelah."

Chris mengangguk, ia mundur dan menaiki mobilnya.

"Hei Chris, aku harap untuk sementara kau jangan kemari dulu, atau bisa saja kau terbunuh oleh beberapa penduduk yang tak senang padamu" Seru deva sebelum Chris dan Julia meninggalkan tempat itu.