1 Menghilang Saat Lagi Sayang-sayangnya.

Tiara mengerti kalau kekasihnya sangat sibuk bekerja.

Menjalani hubungan jarak jauh memang tidak mudah bagi Tiara. Namun, ia selalu menaruh kepercayaan penuh kepada Ferdinan walaupun dia sudah dua bulan tidak ada kabar. Jangankan mengirim pesan seperti biasanya, membalas pesan pun, kadang tidak. Kalaupun membalas, pasti lama dan sangat singkat.

Ada apa dengan Ferdinan?

Pertanyaan itu, mengusik relung jiwa Tiara.

Hari ini Tiara datang bersama sahabatnya ke Taman karena ia rindu pada Ferdinan yang biasa mengajaknya bertemu di Taman itu.

"Aku Rindu."

Kata itu terucap begitu saja dengan ditemani tetesan bening yang keluar dari mata indah Tiara. Suasana Taman saat akhir pekan sangat ramai. Ada beberapa pasangan yang sedang memadu kasih dengan gembira. Entah itu pasangan yang sudah menikah atau belum, Tiara tidak bisa menebaknya, sebab dimatanya hanya ada kenangan yang mengingatkan dirinya tentang betapa bahagia saat memadu kasih di Taman itu bersama Ferdinan.

Pemandangan indah, kenangan yang sudah terpatri dalam hati dan ingatannya, saat Ferdinan mengatakan kalau dia sangat mencintainya.

Apa mungkin Ferdinan sudah tidak mencintainya lagi? Atau, ia memiliki kesalahan yang membuat Ferdinan tiba –tiba menghilang tanpa kabar dan penjelasan,

"Tiara, ada apa?"

Pertanyaan sahabatnya, mengejutkan Tiara dari kebingungan akan ribuan pertanyaan yang tidak menemukan jawaban tentang kekasih yang tidak juga membalas pesan atau mengangkat panggilan telpon nya.

Amel mengenalnya dengan sangat baik, sebagaimana dia bisa menebak hanya dengan satu pandangan lekat, jika sahabatnya sedang bermasalah.

"Sudah dua bulan, Ferdinan tidak pulang menemuiku. Dia tidak membalas pesan atau pun, mengangkat telponku. Apa yang harus aku lakukan?"

Amel terdiam sejenak sambil menatap ekspresi sendu sahabatnya, dalam hati ia marah kepada Ferdinan yang sudah menciptakan mendung di wajah Tiara.

"Apa kamu masih berusaha mengajaknya bertemu untuk mencaritahu kejelasan hubunganmu?"

Pertanyaan Amel, menambah kebingungan yang dia kemas dalam kediamannya. Sudah puluhan pesan yang dia kirim, namun tidak juga mendapat balasan.

"Iya. Tapi, dia hanya membacanya dan tidak membalasnya. Haruskah aku menemuinya?"

Amel tersenyum kecut mendengar pertanyaan Tiara. Lima tahun bukan waktu sebentar. Banyak kisah sedih dan bahagia yang Tiara lewati dengan Ferdinan, dan pernikahan sudah mereka rencanakan. Amel tau itu, sehingga dia tidak heran melihat ketakutan sekaligus kesedihan dimata sahabatnya.

"Berhentilah untuk mengganggunya dengan teror pesan serta telponan darimu. Setelah itu, siapkan hatimu untuk segala kemungkinan yang akan terjadi. Jangan rendahkan dirimu dengan mengemis pada lelaki yang belum jadi suamimu. Jika dia mencintaimu, dia tidak akan membuatmu menunggu dalam ketidak jelasan."

"Aku takut dia meninggalkanku, apa mungkin aku ada salah sehingga dia melakukan ini padaku?"

Air mata mengalir deras saat Tiara mengungkapkan perasaan terdalamnya sama Amelia.

Suara Tiara terdengar putus asa. Hati Amel ikut sesak melihat air mata Tiara, dia pun hanya bisa memberikan pelukan pada Tiara karena dia tidak memberikan jawaban pasti padanya. Amel datang ke Taman itu atas permintaan Tiara, namun dia tidak menyangka akan melihat Tiara menangis lagi setelah beberapa hari lalu dia mendengar Tiara menanyakan hal yang sama.

Perubahan Ferdinan terjadi sejak ia menjabat sebagai Manager di salah satu perusahaan besar di kota Mataram.

Dari info teman – teman akrab Ferdinan, Amelia mendapat informasi tentang keadaan Ferdinan senarnya. Amelia melepas pelukannya lalu menarik napas beberapa kali, berat dan tertahan. Dia ingin mengatakan apa yang dia dengar, tapi ia takut Tiara akan semakin hancur.

"Tiara, kamu harus janji padaku!"

Mata Amel dipenuhi dengan kecemasan terhadap perasaan Tiara.

"Ya. Memangnya ada apa?"

Jawaban Tiara meluncur begitu saja. Baginya tak perlu berlama-lama untuk mengiyakan permintaan Amel sebab dia tau tahu kalau gadis yang memiliki wajah imut dan tubuh yang tidak terlalu tinggi itu selalu menginginkan yang terbaik buatnya.

"Kamu harus merelakan Ferdinan. Karena dia sudah memiliki kekasih baru yang tidak lain adalah gadis yang baru tiga bulan bekerja di kantornya."

"Kenapa kamu menuduh Ferdinan seperti itu, bukankah kamu tahu kalau Ferdinan sangat mencintiku, dan kami akan menikah. Jadi, dia tidak mungkin mengkhianatiku!"

Gadis imut itu langsung menggeleng, "Tidak, aku tidak sekedar menuduh. Tapi, ini kebenaran yang aku dapatkan dari teman kantornya sendiri."

"Apa kamu menyelidiki Ferdinan tanpa sepengetahuanku?"

Amel mengangguk.

"Aku melakukannya karena aku tidak ingin kamu terus berharap pada lelaki yang sudah mengkhianatimu!.'

Oh, rasanya tidak akan ada perempuan yang kuat mendengar kebeneran akan kekasih yang teramat dicintai sudah mengkhianati cintanya, begitu juga dengan Tiara yang sudah terlanjur cinta mati pada Ferdinan. Seperti petir yang menyambar begitulah perasaan hati Tiara saat mendengar kabar dari Amel. Seketika itu, tangan dan bibir Tiara bergetar.

Apakah aku harus percaya begitu saja, mungkinkah Ferdinan tega melakukan ini padaku?

"Apakah kamu tahu siapa gadis itu?"

"Apa yang akan kamu lakukan jika aku memberitahumu?"

Amelia takut jika Tiara akan melakukan tindakan yang mempermalukan dirinya sendiri.

"Aku hanya ingin membuktikan perkataanmu, itu saja."

Amel menarik napas kembali, walau khawatir tapi dia tidak bisa menolak permintaan Tiara. Dengan berat hati, Amelia memberikan nama akun Instagram kekasih baru Ferdinan itu.

"Kamu tidak akan melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal kan?"

Amel tidak ingin Tiara sampai menyesal.

"Aku hanya ingin mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku."

Amel menarik nafas dalam, rasanya dia ingin menampar wajah Tiara agar sadar kalau dia sudah salah telah mempertahankan lelaki yang sudah mengkhianatinya.

Hingga senja menjelma, Tiara dan Amel masih duduk menikmati suasana indah Taman itu.

avataravatar
Next chapter