webnovel

CINTA UNTUK SI PRIA CUEK

Lisa seorang gadis yang baru selesai menyelesaikan pendidikannya dari bangku SMA. Kini iya bekerja menjadi salah satu pegawai di sebuah perusahaan. Berbeda dengan teman temannya yang lain, di saat mereka mengambil langkah menuju perkuliahan, Lisa hanya bisa berdoa dan berharap agar ia bisa bekerja untuk membantu perekonomian di keluarganya. Kisah hidupnya makin rumit usai ia bekerja di salah satu perusahaan yang mempunyai Ceo yang sangat tampan namun cuek dan jutek. Hampir setiap hari dirinya di buat sabar, dan kesal oleh Ceo perusahaan itu.

fadilachanel · Teen
Not enough ratings
4 Chs

Pagi yang sial

Pagi itu

Treng!!!!!

Terlihat sebuah alarm yang berbunyi dengan sangat kencang.

"Astaga! Aku tak boleh telat walau semenit pun, parah!" gumam Lisa yang baru saja bangun dari tidurnya yang sangat lelap.

Saat itu entah apa yang harus di lakukan Lisa dengan waktu yang begitu singkat untuk mempersiapkan dirinya untuk melamar pekerjaan di perusahaan dimana tempat ia akan bekerja.

"Nak, kamu sudah siap? Ibu sudah siapkan sarapan ni, nanti makan yah sama sama," ujar Neni dari arah dapur.

Neni kumala sari adalah seorang ibu yang sangat memperhatikan Bagiamana pertumbuhan dan perkembangan dari sang anak, walapun hidup mereka yang begitu sederhana. Berbeda dengan dulu, dimana semua kebutuhan yang mereka butuhkan selalu tercapai.

Ya..., Bagiamana tidak? Dulunya mereka juga bisa di bilang keluarga yang kaya raya, sebuah rumah mewah, beberapa mobil mahal, beberapa aset perusahaan perusahaan yang berada di dalam kota, beberapa lahan untuk sebuah investasi dan toko toko kecil namun dalam jumlah yang sangat banyak. Namun, semuanya sirna usai ayahnya di tipu sama rekan kerjanya. Semua aset itu telah di ambil ahli, kini yang tertinggal hanya sebuah lahan. Akan tetapi lahan itu sangat jauh dari posisi tempat yang mereka tempati.

"Ma, sekarang putri kita sudah besar. Seharusnya dengan itu, ia telah duduk di sebuah universitas bersama teman temanya yang lain. Ini semua salah papa!," ujar Budi Hermansyah, papanya lisa.

"Sudah tidak baik jika kita bahas itu sementara anak anak masih berada di dalam rumah", pinta mama yang memperingati sang papa agar tak membahas masalah itu.

Tak berselang lama, tiba tiba Lisa datang dari arah kamarnya. Nampak ia yang telah rapi dengan baju hitam putihnya, dengan sedikit make up yang tak terlalu menor yang membuat ia sangat sederhana namun, terlihat berkesan.

"Aku sudah siap" ucap Lisa yang akan bergegas untuk ke perusahaan yang akan ia tujui. Masih tersiaj sekitar dua puluh menitan untuk ia habiskan dalam perjalanannya menuju ke perusahaan.

"Eh, jangan buru buru begitu sayang, ini mama sudah siapkan sarapan. Kamu tidak mau makan yah?" ucap mama ke Lisa. Di tambah lagi dengan tatapannya yang sangat sedih jika sang anak tak sarapan terlebih dahulu.

Bagiamana bisa, Lisa pergi begitu saja usai membuat wajah dan hati sang mama termenung. Dengan senang hati ja menatap jam yang narada di tanganya, lalu tersenyum berjalan maju ke arah kedua orang tuanya.

"Tidak kok Ma, Pa, aku mau sarapan. Bukan langsung pergi, lagian masakan mama sudah tercium harum dan sangat menggoda saat aku bersiap siap di dalam kamar. Mana mungkin aku melewatkan hal seperti ini," tutur Lisa yang menutupi kegelisahannya lantaran waktu yang ia punya sudah tak banyak. Hal ini ia lakukan demi melihat kedua orang tuanya tak sedih.

Mereka langsung menyantap sarapan yang di hidangkan oleh mama, tanpa ada komentar apa pun yang terdengar. Setelah selesai, Lisa langsung berdiri untuk membantu mamanya merapika yang meja bekas mereka makan namun, mamanya menolak lantaran ia tahu bahwa pagi itu Lisa harus pergi untuk melamar pekerjaan.

"Sudahlah nak, biar mama saja yang bereskan, kamu pergi saja. Hati hati di jalan yah nak, jika ada apa apa telfon mama sama papa."

"Baik ma, kalau begitu Lisa pamit dulu," ia langsung segera menyalami tangan papa dan mamanya. Segera ia langsung menuju ke luar rumah, setelah di depan pintu tanpa memperhatikan kanan kiri ia langsung berlari menuju jalan raya untuk naik bis ke tempat perusahaan yang akan ia tujui.

Di dalam bis, terlihat sangat penuh. Sampai sampai ia tak dapat tempat duduk, terpaksa dengan niat yang begitu mantap, ia tetep melanjutkan langkah kakinya ke dalam bis. Ia mencoba urnuk rilex dan berusaha untuk menenangkan diri, pasalnya waktu yang ia miliki begitu singkat hanya berkisar 7 menit, sementara perjalanan masih di pertengahan.

"Ayo lis, kamu pasti bisa melewati ini semua. Ingat niat yang baik pasti akan membuahkan hasil yang baik" ujar ia di dalam hatinya.

Di saat lampu mereh menyala, serentak semua mobil berhenti. Di saat itu juga ketika lampu hijau telah mengalah tanda di mana untuk semua kendaraan berjalan maju ke depan. Berbeda dengan bis yang di naiki oleh Lisa, tepat di depan bis itu, terlihat sebuah mobil yang sangat mewah yang tak tahu sedang apa pengemudinya lakukan di dalam mobil sehingga mobilnya tak berjalan maju ke depan. Ia tetap di tempatnya.

Dengan hati yang sudah panas dan tak bisa lagi menahan kegelisahannya akhirnya ia turun dari bis untuk menghampiri pengemudinya.

"Pak pak, jangan jalan dulu sebelum saya naik lagi yah!" pinta Lisa.

Pak supir bisnya hanya mengangguk seteju lantaran ia juga tak bisa melakukan apa apa. Semua orang yang berada di dalam bis menatap kagum sama keberanian Lisa yang sangat nekat itu.

"Dia ini paham rambu rambu lalu lintas tidak sih! Sudah tahu lampu hijau, eh bukanya jalan malah diam di tempat. Sudah tahu orang buru buru bikin susah aja!" ujar Lisa yang begitu kesal.

Lisa semakin dekat dengan mobil itu, tak segan segan ia memukul mukul bagian samping mobil nya itu, tak berselang waktu lama, akhirnya pengemudi itu membuka jendelanya namun ia tak menatap ke arah Lisa.

"Why?" ujar pria yang berada di dalam mobil itu.

"Why Why Why, seharusnya yang bilang Why itu kita, bukan kamu, aku ini curiga sama kamu, kamu tahu kan, mengendarai mobil, jika beluk tahu jangan keluarkan kendaraanmu di jalan raya yah pak, karena itu bisa membahayakan pengguna jalan yang lain" ujar Lisa yang begitu sabar berbicara dengan pria itu yang sama sekali tak menatap mukanya.

"Sudah itu aja? Buang buang waktu aja" ujar pria itu.

Mendengar ucapan dari sang pria, Lisa yang sudah tak bisa mengontrol emosinya langsung membematak ke arah samping telinganya. Ia berbicara dengan sangat kencang.

"Woy, jalan ini bukan jalan mu, dan waktu yang kamu punya berbeda dengan waktu yang orang lain punya. Paham! Sombong amat sih!" ujar Lisa.

Lantaran tak kuasa mendengar ucapan Lisa yang begitu kencang di telinganya. Ia langsung turun dari mobil. Sesaat ketika ia turun semua mata cewek ataupun cowok tertuju pada pria itu.

"Astaga, ganteng juga" ucap Lisa yang begitu kaget melihat postur tubuh dan raut wajah pria itu dari dekat.

"Barusan kamu bilang apa, sombong? Heh! Asal kamu tahu, penting apa kamu dengan urusanku, ini mobil mobil saya, jalan juga biaya dari saya! Kamu tahu apa tentang ini semua, pake bicara di telingah orang lagi, tidak ada sopan santun." Dengan ratapan yang begitu kesal.