webnovel

Lamaran Tidak Terduga

Ivory masih merasa betah untuk duduk di kursi kehormatan Enrique yang telah ditinggalkan lama itu, serta membuatnya merasa seakan sosok sang ayah masih ada disekitarnya sehingga ia masih enggan beranjak. Hal yang sama pun dirasakan oleh Moniq yang sedang bersama Ivory berada di ruangan tersebut, membuat mereka seakan kembali ke masa – masa dimana Enrique sering membawanya berkunjung ke kantor tersebut.

"Udah lama banget ya nak, kita gak pernah ke sini lagi. Mama kangen banget sama suasana kantor ini, dan sama papamu juga."

"Iya ma, Ivy juga kangen banget sama papa, sekarang tinggal foto ini satu – satunya kenangan keluarga kita. Andai ada keajaiban yang terjadi seperti apa yang terjadi pada paman ya ma?" ujar Ivory memeluk Moniq, namun tanpa disadari mereka, Jade yang baru saja kembali dari toko perhiasan dengan sebuah buket bunga mawar merah segar dalam genggamannya, tanpa sengaja mendengar sekilas pembicaraan kedua ibu dan anak tersebut ketika ia mendadak berhenti dan baru saja membuka sedikit pintu kaca ruangan itu, karena bermaksud untuk mengajak gadis itu keluar bersamanya. Seketika perasaan bersalahnya segera memenuhi hati dan pikiran pemuda itu, membuatnya turut merasakan kesedihan yang telah dirasakan oleh gadis itu selama bertahun – tahun. Perasaan bersalah karena ayah kandungnya telah membunuh ayah gadis yang begitu dicintainya itu, dan selama ini sosok James, paman gadis yang ternyata masih hidup bahkan kini telah menjadi ayah asuhnya. Perasaan gundah seketika menyelimutinya, lalu membuatnya bersungut sedih dan berjalan meninggalkan ruangan tersebut untuk merenungkan sendiri apakah ia memang masih pantas untuk menjadi pendamping gadis itu. Ivory yang sekilas melihat pintu kaca ruangannya yang baru saja tertutup dengan sosok bayangan pria muda yang beranjak pergi dari pintu kaca tersebut membuatnya penasaran dan segera mengikutinya.

"Ma, tunggu di sini dulu ya, aku ada urusan sebentar," ujar Ivory berlari kecil meninggalkan sosok Moniq setelah wanita itu menganggukkan kepalanya.

Gadis itu begitu yakin bahwa sosok yang dilihat olehnya barusan adalah sosok sang kekasih. Ia segera mengikuti Jade yang telah berjalan ke arah rooftop kantor. Sesampainya di atas rooftop, sosok pria itu terlihat begitu gundah menatapi buket bunga yang dipeluknya dalam lengannya serta sekotak cincin berlian. Mata pria tersebut terlihat berkaca – kaca karena perasaan bersalahnya yang muncul tatkala ia membayangkan kesedihan yang melekat pada wajah gadis itu dan wajah bahagianya ketika ia berkumpul bersama Enrique namun akhirnya harus kehilangan sosok tersebut. Bayangan yang sama terus berputar mengitari pikirannya, membuatnya tidak mampu mengontrol emosi lalu segera berteriak dan mengamuk.

"Arghhh…Aku memang gak pantas untuk dia! Sampai kapanpun aku tetaplah anak dari psikopat yang telah membunuh ayah dari wanita yang begitu kucintai! Kurang ajar kamu Jade! Berani – beraninya kamu mencoba untuk melamarnya, memangnya kamu siapa? Hah?! Arrgghhhh...!!!" teriak Jade yang hendak membanting buket bunga tersebut ke lantai namun Ivory yang melihat pria itu sedang melayangkan tangannya di udara segera berlari ke arahnya lalu segera mendorong tubuh pria tersebut ke lantai rooftop dan akhirnya kedua tubuh mereka kini seakan menyatu dengan posisi Ivory yang berada di atas tubuh Jade.

"Udah puaskah kamu marah – marah dan mengamuk sendiri Jade? Kamu ingin tau apakah kamu memang pantas untukku atau nggak? Biar aku buktikan kepadamu kalo hanya kamu yang pantas untuk mendampingiku," ujar Ivory segera mengecup kedua bibir pemuda itu, perlahan namun pasti, membuat mereka merasa seakan dunia saat itu terhenti dan hanya ada mereka berdua yang menghuninya. Pagutan tersebut berlangsung untuk beberapa saat hingga Ivory kembali sadar lalu segera menarik tubuhnya dan mendorong tubuh Jade untuk menjauh dan segera memalingkan wajahnya karena ia masih merasa malu akan sikapnya yang tiba – tiba menjadi begitu agresif. Jade yang masih merasakan gejolak dalam batinnya segera bangkit dan memegang dagu gadis itu, menatapnya lekat seakan meminta izin padanya lalu kembali mengecupnya mesra. Keduanya segera terlarut kembali dalam suasana kemesraan yang membuat cinta dalam hati mereka kini semakin mengudara dan melengkapi kebahagiaan kedua insan muda yang sedang dimabuk asmara tersebut. Setelah melepaskan pagutannya dari bibir gadis itu, ia segera memeluk mesra tubuh kecilnya.

"Kenapa kamu harus berkata seperti itu Jade? Apakah rasa bersalahmu itu lebih besar dari rasa cintamu padaku?"

"Bukan…Sungguh, bukan seperti itu sayang…Aku sangat mencintaimu, tapi aku masih merasa bersalah padamu, karna perbuatan ayahku telah menyebabkanmu harus kehilangan papa Enrique dan membuatmu jadi menderita, lalu pamanmu yang selama ini ternyata masih hidup kini malah mengangkatku yang bukan siapa – siapa ini menjadi anak asuhnya, aku hanya merasa ini sepertinya agak kurang adil bagimu, andai aku bisa mengembalikan papa Enrique padamu…aku…" ucapan pria yang belum selesai itu segera dibantah oleh Ivory.

"Stop ngomong seperti itu…okay? Apa kamu tau, aku akhirnya mengerti apa alasan papa memilihmu untuk menjadi pendamping hidupku karna papa tau kamu memiliki kemiripan dengannya dan kamu adalah satu – satunya orang yang pantas, bukan Robin atau siapapun. Kalo kamu memang bener – bener menyayangi dan mencintaiku, buktikanlah itu padaku, aku gak ingin ada penyesalan diantara kita, jadi kalo kamu memang gak bisa membuktikan itu padaku, maka…" kini ucapan Ivory yang kembali dibantah oleh Jade.

"Kalo kamu masih meragukan perasaanku padamu, maka cincin yang kubawa ini akan menjadi jembatan cinta kita. Aku udah memutuskan untuk lebih serius lagi padamu dan ingin berkomitmen denganmu. Ivory Smith, satu – satunya wanita yang paling kucintai di dunia ini, aku, Jade Swan akan melamarmu hari ini juga. Dengan cincin ini, aku ingin menyatakan padamu bahwa untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku telah menemukan cinta sejatiku yaitu wanita yang sedang berdiri dihadapanku. Maka dari itu, aku telah menetapkan pilihanku dan aku ingin memintamu untuk menjadi pendamping hidupku hingga kita menua bersama. Sejak pertama kali bertemu denganmu hingga kita tumbuh dewasa bersama, perasaanku tetap sama dan tidak pernah sedetikpun aku menyisakan ruang dalam hatiku untuk wanita lain karena hati ini telah kuisi dengan dirimu seorang. Hanya kamu yang mampu mengisi relung hatiku. Untuk itu, aku, Jade, hari ini, jam ini, menit ini dan detik ini ingin melamarmu, Ivory, untuk menjadi calon istriku. Apakah kamu bersedia menikah denganku? Jika kamu berkenan mengizinkanku untuk menemanimu disisa akhir hidupku, maka kumohon terimalah cincin ini," ujar Jade seraya menekukkan sebelah lututnya di hadapan gadis itu dan mengulurkan sebuah cincin berlian dalam sebuah kotak perhiasan yang berwarna hitam dengan hiasan pita berwarna pink dibagian luar kotak tersebut. Ivory merasa begitu terharu dan tersanjung akan kesungguhan Jade yang telah melamarnya, karena ia tidak menyangka bahwa pria itu akan begitu cepat untuk melamarnya. Sembari menutup mulutnya dengan tatapan tidak percaya, tangan kecil gadis yang telah bergetar itu perlahan – lahan menerima kotak hitam yang berisikan cincin berlian tersebut.

"Iya…Iya sayang, aku juga mencintaimu dan aku bersedia…" ujar Ivory terisak karena luapan rasa bahagia yang telah menyelimuti hati dan pikirannya. Jade yang merasakan kebahagiaan yang begitu meluap – luap segera memberikan buket bunga yang tidak jadi dihancurkannya kepada Ivory lalu ia tiba – tiba telah menggendong tubuh kecil gadis itu dalam dekapannya dan berputar – putar seakan ia baru saja mendapatkan jackpot hingga membuat gadis itu begitu terperanjat dan berteriak kecil namun kebahagiaan yang dirasakannya ketika ia berada dalam dekapan pria itu membuatnya begitu gembira dan terharu serta menutupi ketakutannya.

"Kyaaaaa… Udah sayang, aku pusing dan takut jatuh…" ujar Ivory ketakutan, Jade pun langsung menurunkan gadis itu dan menatapnya bahagia.

"Terima kasih sayang…Terima kasih telah mencintaiku dan terima kasih karna telah memilihku untuk menjadi pendamping hidupmu. Itu berarti kamu gak...membenciku lagi kan?" tanya Jade ragu - ragu.

"Setelah menerima lamaranmu pun kamu masih meragukan perasaanku dan menanyakan hal itu?" ujar Ivory sembari mencubit pipi pria tersebut hingga membuatnya tersentak lalu tawa kebahagiaan kembali terdengar mengudara kemudian berlanjut dengan kedua mata abu silver Jade yang kembali bertemu dengan mata biru gadis itu untuk sekian kalinya dan membuat perasaan cinta diantara mereka kini kian menjalar hingga ke seluruh urat nadi, yang lantas kembali menyatukan pasangan tersebut dalam sebuah pagutan kasih yang begitu mesra. Hati kedua insan tersebut kini seakan semakin menyatu, dan berdegup kencang secara bersamaan.

"Maaf sayang, karna ini begitu mendadak, sebenarnya tadi itu aku berniat mengajakmu ke sebuah tempat yang telah kupersiapkan untuk melamarmu dengan kejutan spesial, tapi aku gak menyangka rencana lamaranku malah berakhir jadi sekacau ini. Tapi tenang aja, aku udah menyiapkan planning B. Karna tempat itu udah aku dekor juga, jadi malam ini kita tetap akan ke sana dan aku berharap semoga nanti kamu akan menyukai pemandangan itu."

"Kurasa aku yang harus meminta maaf padamu dulu sayang, gara - gara kamu gak sengaja melihat dan mendengar pembicaraanku dengan mama, aku malah membuat perasaanmu menjadi kacau. Tapi ngomong - ngomong kamu tadi kok nyebut namamu sendiri dengan diikuti nama terakhir paman?"

"Oh itu, aku cuma gak mau lagi mengingat wajah ataupun memakai nama orang yang gak punya hati dan udah membunuh orang tua gadis yang paling kucintai. Aku gak mau setiap kali kamu mendengar namaku dengan embel - embel nama orang itu akan membuatmu merasa sedih lalu akhirnya teringat lagi dengan kematian papa Enrique. Jadi karna aku sekarang udah jadi anak dari papa James Swan, maka mungkin lebih baik aku menggunakan akhiran nama beliau. Itu akan terdengar lebih baik bagiku dan bagimu," ujar Jade mantap seraya menyelipkan beberapa helai rambut gadis itu dibalik daun telinganya dan mengelus lembut wajah mungil gadis itu.

Tiba - tiba, dibalik pintu masuk rooftop, Catherine telah membawa James, Cynthia dan Moniq untuk memberikan kejutan kepada kedua insan muda yang sedang dimabuk asmara yang tidak menyadari kemunculan mereka yang mendadak hingga membuat mereka begitu terperanjat.

"Cieeeee....Yuhuuuuu...Akhirnya aku akan segera dapat kakak ipar nih...Seneng banget rasanya... Bener kan pa, ma, kalo Kak Jade dan Ivory ada di sini...Oh...mereka so sweet banget sih..." ujar Catherine kegirangan sendiri, dan diikuti oleh tepuk tangan meriah dari ketiga orang dewasa di balik punggungnya. Jade dan Ivory yang merasa malu segera melangkah mendekati mereka.

"Apaan sih Cath, kamu ini bisa aja ya..." ujar Ivory yang tersipu malu namun Catherine tidak peduli dan segera memeluknya.

"Ivy, makasih ya...dan selamat untuk hubungan kalian...Aku begitu terharu melihat perjalanan cinta kalian yang begitu panjang dan berliku akhirnya bisa sampai pada titik ini, aku senang karna ternyata pada akhirnya kalian ditakdirkan untuk bersama dan bertemu kembali. Kak Jade, selamat yaa kak, kalian emang best couple goal banget sih...Aku beneran terharu..." ujar Catherine terharu dengan matanya yang sudah berkaca - kaca.

"Ck, kamu ini, jangan bikin calon istriku merasa malu lagi ya, atau nggak akan kucubit hidungmu," ujar Jade seraya mencubit perlahan hidung mancung gadis yang berwajah manis itu, membuat orang - orang disekitar mereka tertawa terbahak - bahak melihat kelakuan kedua kakak beradik tersebut.

"Selamat ya sayang..akhirnya seseorang yang tepat itu kini udah dihadapanmu.." ujar Moniq terharu seraya memeluk tubuh putrinya.

"Terima kasih banyak ma..aku pun gak pernah menyangka akan semua ini.. Ngomong - ngomong mama dan yang lainnya kok bisa tau kita ada di sini?"

"Anak usil ini yang memberitahukan kami, dia bilang liat kalian naik ke atas jadi kami tau pasti kalian naik ke rooftop," ujar Moniq seraya mengelus kepala Catherine hingga membuat semuanya tertawa terbahak - bahak, seakan kehidupan kini terasa begitu damai dan mereka seakan turut merasakan kebahagiaan yang berasal dari aura kasih yang terpancar dari kedua insan muda tersebut.