webnovel

Hasil Keputusan Sidang

Sidang penentuan penjatuhan hukuman atas tersangka bernama Nathanael Lodrick akhirnya digelar hari itu juga. Seluruh saksi, penuntut, beserta keluarga dan kerabat serta teman pun turut dihadirkan hari itu juga di persidangan. Jade dan Ivory yang hari itu terlihat memakai kemeja couple pun telah memasuki ruang sidang bersamaan dengan Catherine, Moniq serta Cynthia sebagai korban sekaligus saksi mata yang juga mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh Nathan. Kemudian turut hadir juga James, Franklyn dan manajer pihak bank tempat Nathan menggadaikan perusahaan dan apartemen milik Enrique. Pada meja hakim dan jaksa penuntut, berbagai bukti telah dikumpulkan menjadi satu. Ruangan persidangan yang tidak terlalu besar itu kini pun telah dipenuhi oleh para tamu dan berbagai saksi lainnya serta James pun telah mengundang kedua sahabat Robin untuk ikut hadir menyaksikan persidangan yang berlangsung tersebut. Betapa terperanjatnya Ivory dan Jade ketika melihat sosok kedua pemuda itu, namun James segera mengedipkan mata pada mereka untuk memberikan kode bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan karena semuanya akan baik – baik saja. Ivory yang duduk di bangku pengadilan dibagian depan itu segera mengepalkan tangannya dan bergidik ngeri sendiri menunggu detik demi detik waktu yang berlalu. Ada perasaan khawatir dan gelisah yang menggerayangi dirinya dan merangsang pikirannya untuk berpikir apa jadinya jika pria tersebut akhirnya dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah hanya karena pernyataan dan bukti yang terkumpulkan tidak cukup kuat. Jade segera menggenggam tangan gadis itu seraya melemparkan sebuah senyuman manis padanya.

"Semuanya akan baik – baik aja sayang, gak ada yang perlu ditakutkan. Hukuman yang adil pasti akan diterima oleh orang itu. Jangan khawatir lagi ya, ada aku disampingmu. Kalo nantinya kamu takut, genggamlah tanganku," ujar Jade yang telah berbisik pada telinga gadis itu dan dijawab dengan anggukan kepala gadis itu, membuatnya merasa lebih tenang dan lega.

Tidak berapa lama kemudian, pihak kepolisian telah menghadirkan Nathan selaku tersangka, lelaki paruh baya yang kini wajahnya telah ditumbuhi oleh brewokan disekitar mulut dan kedua pipinya karena ia tidak pernah mempunyai waktu untuk mengurus dirinya lagi untuk waktu yang begitu lama. Rambut yang memanjang, kumis, jenggot dan brewokan yang telah memenuhi bagian wajahnya seakan menambah kesan menyeramkan pada wajah pria tersebut bahkan membuatnya terlihat begitu menakutkan. Sorot mata tajamnya yang segera menyoroti para hadirin membuat semuanya menunduk seketika dan tidak berani menatapnya, kecuali Jade, James dan Franklyn. Dendam dalam hati ketiga pria tersebut seakan begitu mendalam hingga mereka merasa begitu geram melihat sosok tersebut dan muncul hasrat dalam hati mereka dimana mereka begitu ingin menghajar psikopat tersebut.

"Hihihi…Hehe…Hahahaha…Kalian semua…Lucu sekali yaa…Kalian pikir semua yang kalian katakan itu benar adanya…Asal kalian tau, aku ini gila…Pak Polisi, aku ini gila Pak…Harusnya kalian melepaskan aku karna aku gak tau apa yang mereka katakan pada kalian hingga kalian menangkapku begini…Mana Pak Hakim? Mana Pak Jaksa? Bawa aku pada mereka…" ujar Nathan dengan keadaan tidak warasnya seakan ia selama ini telah mengalami gangguan jiwa.

"Jangan berpura – pura anda! Dengan bukti – bukti yang telah terkumpul, berpura – pura begitu pun gak akan membebaskan psikopat sepertimu dari jeratan hukum!" bentak Jade dengan matanya yang telah membelalak dan emosi yang memuncak seraya berdiri dari kursinya namun James dan Franklyn berusaha untuk menahannya dan Ivory segera menggenggam tangannya.

"Tenang Jade, ini persidangan. Kita jangan buat keributan di sini. Emosi gak akan menyelesaikan masalah. Biarkan semuanya dijalani sesuai prosedur hukum," ujar James menenangkan pemuda itu.

"Duduk dulu sayang, jangan seperti itu. Tenangin dulu dirimu sekarang. Tadi kamu yang menyuruhku untuk tenang tapi kenapa sekarang kamu yang jadi mengamuk gak jelas seperti ini?" bisik Ivory seraya mengelus bahu pria itu.

"Aku cuma gak terima melihat orang itu bisa – bisanya berakting dan berpura – pura begitu. Kalo ternyata dia dibebaskan hanya karna dia dinyatakan memiliki gangguan jiwa maka kita akan kehilangan kesempatan untuk memberikannya hukuman yang setimpal sayang. Aku gak mau dia hadir lagi dalam hidup kita lalu kemudian mengganggu ataupun menghancurkan kehidupan kita seperti yang telah dilakukannya sebelumnya. Aku pun ingin memastikan keselamatanmu, kamu ngerti itu kan sayang?" ujar Jade menekan amarahnya dengan suara pelan seraya menangkupkan kedua tangannya pada wajah gadis itu.

"Iya sayang, aku paham, tapi bukan begitu caranya. Yang paman katakan barusan benar adanya, biarkanlah semuanya berjalan sesuai prosedur hukum yang berlaku. Tenangin dirimu ya, please, jangan membiarkannya memancing amarahmu," ujar Ivory menggenggam kedua tangan Jade untuk menenangkannya.

Hakim Ketua dan Jaksa Penuntut telah tiba dan segera memulai sidang tersebut. Palu mulai diketuk tiga kali pertanda bahwa sidang telah dimulai dan para hadirin diharapkan untuk tetap tenang. Hakim Ketua segera membacakan berita pengumuman laporan dari penuntut atas nama James Swan dan Franklyn Roosevelt terhadap tersangka atas nama Nathanael Lodrick dengan tuduhan penggelapan uang, percobaan pembunuhan, penipuan berkedok penggadaian perusahaan dan apartemen atas nama Enrique Smith. Selama sidang berlangsung, Nathan terus berusaha berpura – pura menjadi seseorang yang sedang mengalami gangguan jiwa.

Ia terlihat berusaha untuk mengelabui Hakim dan Jaksa bahwa dirinya melakukan semua hal tersebut tanpa kesadaran. Namun kedua Hakim dan Jaksa terus menerus menekan Nathan dengan berbagai pertanyaan yang bertubi – tubi hingga membuatnya merasa disudutkan namun ia malah berakting menangisi nasibnya dan menuding Jade dan Catherine yang telah menyebabkan dirinya melakukan semua hal tersebut untuk membantu mereka menguasai harta milik Enrique Smith, bahwa ia merasa hidupnya menjadi seburuk itu hanya karena ia memiliki putra dan putri yang tidak pernah memperhatikannya dan bahkan memperalatnya untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan.

"Bohong Pak Hakim, itu gak benar! Saya adalah saksi sekaligus korban penganiayaannya hingga saya menjadi buta kemarin. Berkat bantuan papa James, ayah asuh saya yang sekarang, mata saya berhasil dioperasi. Selama tinggal bersamanya, saya terus disiksa olehnya dan bahkan orang itu berniat menjual saya kepada pria – pria hidung belang. Apakah itu yang dinamakan oleh kasih sayang orang tua pada anaknya Pak Hakim? Pak Hakim bisa melihat sendiri rekaman CCTV ketika orang ini menghajar saya dan mama Moniq. Bukti hasil visum kami pun telah kami serahkan dalam kumpulan bukti dihadapan Pak Hakim, dengan kumpulan bukti video – video lainnya. Ibu Esther ini adalah saksi yang menemukan dan menolong saya dalam keadaan terluka parah dan mata yang telah buta. Saya mohon Pak Hakim bisa memberikan keadilan untuk saya, terima kasih," ujar Catherine memohon.

"Itu benar Pak Hakim, anda bisa melihat sendiri wajah saya yang kini terlihat sedikit berbeda dari foto wajah asli saya akibat operasi plastik yang saya jalankan sebelumnya. Disitu anda bisa melihat sendiri perbandingannya dengan foto wajah saya yang hancur yang juga diakibatkan olehnya bahkan ia pun membuat kaki saya menjadi cacat hingga saya tidak bisa berjalan selama beberapa tahun lamanya, istri saya ini adalah saksi ketika saya harus berlari merangkak sendirian untuk membebaskan diri saya dari rumahnya saat saya disekap bahkan mereka hampir membuang saya di dasar jurang. Pak Hakim bisa mendatangkan tersangka berikutnya yang merupakan komplotan yang dibayarnya untuk membuang saya kemarin. Mereka bisa memberikan jawaban kepada Pak Hakim, namun demi menyelamatkan saya, putra asuhku, Jade beserta Ivory keponakan saya dan Robin anak buah kepercayaan Franklyn yang selama ini bekerja padanya pun dibantai habis olehnya dan keponakan saya Ivory tidak mungkin berbohong karena ia berada di tempat kejadian saat itu," ujar James menunjuk Ivory sebagai penutup ceritanya.

"Pak Hakim, saya akan menceritakan mengenai apa yang kualami waktu itu ketika saya diikat olehnya disebuah kursi pengikat otomatis yang dikendalikan oleh remote control. Saya melihat sendiri bagaimana kejamnya orang ini telah menyetrum kepala Robin dan…dan bagaimana dia…dengan kejamnya telah menghantam kepala Robin menggunakan sebatang kayu hingga wajahnya menjadi hancur lalu…lalu…kepalanya…hiks…kepalanya telah terputus dari lehernya…Benar – benar mengerikan…Lalu ia berusaha menggerayangi tubuhku dan berusaha untuk menyakitiku juga tapi…untungnya calon suamiku Jade, tiba tepat pada waktunya dan menyelamatkanku dari tempat terkutuk itu. Bahkan di ruangan gelap itu…orang itu masih menyimpan sebuah potongan tubuh yang sudah tidak utuh…Sungguh mengerikan Pak Hakim…dan yang paling menyakitkan adalah kematian papa Enrique…Hantaman kuat yang diakibatkan oleh truk besar itu yang ternyata merupakan jebakan yang telah diatur olehnya juga, membuat tubuh papa terhantam kuat hingga menjadi hancur berkeping – keping…Hiks…Lalu kebakaran yang disebabkan olehnya yang menyebabkan kakek saya terbakar di dalam rumah itu…Itu semua gak akan pernah bisa dibayar oleh apapun Pak Hakim…Kumohon, berikanlah keadilan atas kematian semua orang yang kucintai itu…" ujar Ivory terisak dan kini tubuhnya telah bergetar.

"Ya, benar sekali Pak Hakim, bahkan orang itu pun sempat menghajarku hingga babak belur demi melampiaskan hasratnya untuk mendapatkan semua yang diinginkannya hingga ia membuat ibu asuh saya, mama Moniq sempat mengalami koma. Saya menjadi saksi bagaimana mama Moniq disiksa terus menerus olehnya dan setiap kali saya datang membelanya, pasti orang ini akan kembali menyiksa dan memukul terus – terusan lalu menghajar saya habis – habisan. Ia selalu berusaha untuk menghancurkan kehidupan keluarga Smith demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Semua bukti yang saya punya juga telah saya kumpulkan di meja Pak Hakim dan Pak Jaksa, mohon untuk mengeceknya terlebih dahulu sebagai pertimbangan," ujar James.

"Hehehehe…Hahahaha…Pak Hakim percaya dengan anak – anak ingusan itu begitu saja dan mempercayai mereka semua? Saya gak ngerti dan gak sadar pernah melakukan hal – hal yang dituduhkannya tersebut Pak, karna saya…gila…Hahahaha…"

"Diam kamu! Baiklah semuanya, setelah semua bukti telah terkumpul dan saksi telah bercerita sedemikian rupa, maka dari itu sidang ini saya tunda hingga saya selesai mendiskusikannya sebentar dengan Jaksa dan akan segera kembali," ujar Hakim seraya mengetukkan palu tiga kali lalu semuanya masih menetap di tempat dan terasa hiruk pikuk, namun suasana menegangkan segera menyelimuti diri Ivory, membuatnya merasa takut dan tegang, ia segera bergenggaman tangan dengan Jade yang juga khawatir akan keputusan Hakim hingga akhirnya mereka tiba kembali dan memulai sidang dengan hasil keputusan bahwa Nathan akan dijatuhi hukuman mati, karena tingkat perbuatan kriminalnya yang begitu tinggi akan sangat mengancam keberadaan siapapun jika suatu saat ia dibebaskan. Berita tersebut membuat Ivory dan semua orang yang telah merasa tegang ketika menunggu keputusan tersebut, akhirnya menjadi begitu lega. Kini kebahagiaan pun akhirnya menghiasi wajah setiap insan dan membuat mereka terlihat berseri – seri.