webnovel

Aku Ingin Mati!

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Apakah Qin Muchen dan Gu Shinian berpacaran?

Lin Wange yang juga melihat mereka berdua merasa sangat cemburu hingga ia menggertakkan giginya. Tepat saat ia hendak keluar dan genangan air itu, ia mendengar Qin Muchen memerintahnya dengan begitu dingin, "Ulangi adegan itu beberapa kali lagi, seperti yang kau lakukan terhadap Gu Shinian, sampai kau tahu bagaimana rasanya."

Wajah Lin Wange memucat.

"Tuan Mu, aku, aku, aku sedang tidak enak badan, jadi aku meminta Gu Shinian untuk menggantikanku." Lin Wange tidak mempunyai pilihan lain selain mencari-cari alasan.

Hanya satu kata yang keluar dari bibir tipis Qin Muchen, "Lompat."

Wajah Lin Wange memelas sambil memegang sisi baju Qin Muchen, "Tuan Mu, aku bersalah."

"Atau kau ingin aku membantumu?"

Qin Muchen mengangkat alisnya. Satu kalimat yang keluar dari mulut Qin Michen menutup semua cara yang dimiliki oleh Lin Wange agar terlepas dari hukuman ini.

Hari ini, Lin Wange harus melakukannya. 

Mata Lin Wange memerah, dan air matanya terus mengalir. Ia dapat merasakan tatapan membunuh Qin Muchen di belakangnya. Lin Wange menggertakkan giginya dan segera melompat ke dalam air. 

Qin Muchen tidak peduli terhadap Lin Wange. Ia menarik Gu Shinian menjauh dari lokasi syuting. Setelah kepergian mereka, Lin Wange keluar dan memandangi punggung Gu Shinian dengan tatapan ganas.

...

Langkah kaki Qin Muchen sangatlah lebar, sehingga Gu Shinian harus berlari agar tidak tertinggal. Kakinya masih terluka, sehingga dia merasa kesakitan setiap kali melangkah. 

Padahal mereka baru berjalan 100 meter, Gu Shinian sudah tidak tahan. Kakinya sudah sangat sakit hingga dia mengeluarkan keringat dingin. Qin Muchen seketika berhenti dan meremas pergelangan tangan Gu Shinian dengan kencang dan menekankan tanganya ke mobil sport.

"Gu Shinian, ke mana kau pergi semalam?"

Ia mencarinya sepanjang malam, tapi ternyata wanita itu baik-baik saja!

Pertanyaan yang sangat jelas. Gu Shinian bukannya tidak mendengarnya, dia hanya tersenyum masam dan kemudian merapatkan bibirnya.

Bukankah pria itu membiarkannya pergi?

Karena itulah Gu Shinian pergi.

Kemarahan dalam hati Qin Muchen semakin memuncak. Ia kembali mencubit Gu Shinian tiga kali lebih kencang dari sebelumnya. Akhirnya, kemarahan Qin Muchen semakin tidak terkendali. 

Namun ketika melihat wajah Gu Shinian yang memucat, tubuhnya yang basah kuyup, dan kedua kakinya berkerut, amarah Qin Muchen mereda.

"Sungguh hebat kau, Gu Shinian. Padahal kakimu sedang terluka, tapi kau masih berani menambah penderitaanmu!"

"Jika kau sudah tidak membutuhkan kakimu, kau bisa mengatakannya. Aku akan langsung membantumu menghilangkannya!"

Dalam satu malam, Gu Shinian mengalami banyak penderitaan. Tubuhnya tidak tahan terhadap emosi yang berlebihan. Karena itulah, jantung dan mulutnya kesakitan. Semalam, dia lepas kendali dan hampir mati.

Ditambah lagi, sekarang Qin Muchen kembali memarahinya.

Gu Shinian menggigit bibir bawahnya dengan perasaan sedih dan kesal. Dia sudah tidak bisa menahannya lagi, maka dia mengeluarkan semua unek-uneknya, "Kakiku seperti ini juga karena salahmu."

"Kau sungguh tidak masuk akal. Kau yang memintaku pergi, maka aku pergi."

"Kalau kau tidak ingin melihatku, aku tidak akan mengganggumu. Aku sudah melakukan semua yang kau katakan, tapi mengapa kau belum puas juga."

"Ayah dan ibuku tidak mencintaiku, sementara ayah dan ibu kandungku tidak menginginkanku. Aku juga tahu bahwa aku telah menyinggungmu, jadi apa pun yang kau inginkan, aku akan melakukannya."

"Lalu, setelah aku menuruti semua permitaanmu, mengapa kau masih tidak puas?"

"Qin Muchen, apakah kau memanfaatkan ketidakmampuanku untuk melawanmu untuk mempermainkanku?"

Gu Shinian ditindas oleh Lin Wange, dan sekarang dimarahi oleh Qin Muchen tanpa alasan. Dia merasa sedih dan selalu disalahkan. Tanpa disadarinya, air matanya pun menetes. 

"Jika seseorang tidak menyelamatkanku semalam, pasti aku sudah mati sekarang."

"Apakah kau akan berhenti menindasku jika aku mati?"

Qin Muchen ingin Gu Shinian mati. Mengapa ia harus menunggu sampai hari ini? Mengapa ia tidak melakukannya sendiri?

Next chapter