Enam ton bukanlah jumlah yang sedikit, ditambah jalan akses masuk ke kebun yang sempit karena berada di gang perumahan warga.
Butuh waktu hampir satu hari Andi dan Fajar baru selesai, mulai dari memetik, memikul keluar, menimbang dan memasukkan ke dalam truknya.
Setelah semuanya selesai Andi pun segera membayar barang dagangannya tersebut.
"Jadi semua totalnya berapa duit Be?" Tanya Andi.
"Nih liat sendiri," balas Babe sambil menyodorkan kertas nota.
Tertera Angka dua puluh tujuh juta rupiah.
"Wau, banyak amat, ini potongannya udah apa belum Be?" Tanya Andi lagi.
"Ya dilihat to ..." balas Babe sambil menghisap rokok.
Tertera di nota ada jumlah potongan empat ratus ribu rupiah.
"Oiya Be, makasih," ucap Andi.
"Lumayan,ini tambahan buat kamu Jar," terang Andi yang bermaksud memberi potongan harga tersebut untuk Fajar.
"Aku terus langsung jalan ya Be," ucap Andi berpamitan pada Bos Babe.
"Oke, hati-hati dijalan," balas Babe sambil melambaikan tangan.
"Sekarang sudah pukul empat sore, kira-kira nyampe Surabaya jam berapa ya Ndi?" Tanya Fajar.
"Ya kalau lancar mungkin besok jam tiga pagi, soalnya truk penuh kaya gini kan gak bisa jalan cepat," Terang Andi.
Dengan penuh semangat Andi pun terus menginjak pedal gas truknya, terbayang olehnya keuntungan yang akan segera dia dapat.
Hampir semalaman Andi berjalan tanpa merasa ngantuk dan sejauh perjalanan itu pula mereka cuma istirahat satu kali untuk mengisi BBM dan sekaligus makan di kantin POM Lumajang.
Dan benar saja begitu tiba di gudang Haji Djarot waktu telah menunjukkan pukul dua lebih empat puluh lima menit, lebih cepat lima belas menit dari perkiraan Andi.
Karena pintu gerbang masih ditutup Andi pun bermaksud membangunkan pekerja yang menginap di gudang.
Belum saja selesai menelpon tiba-tiba pintu gerbang telah dibuka, terlihat Pak Sol berada dibalik pintu.
"Lho tidur gudang to Pak?" Tanya Andi pada Pak Sol.
"Iya," balas Pak Sol yang masih terlihat ngantuk itu.
"Huuah, dari Jember berangkat jam berapa kok jam segini baru nyampe?" Tanya Pak Sol sambil menguap.
"Dari Banyuwangi Pak Sol, di Jember lagi kosong barang," jawab Andi menerangkan.
Pak Sol yang terlihat masih mengantuk terlihat langsung merebahkan tubuhnya di kursi panjang disebelah tumpukan peti buah.
"Jar kita istirahat aja dulu biar entar anak-anak yang bongkar," ucap Andi pada Fajar.
"Oke, Aku juga sudah tidak betah lagi nahan kantuk," jawab Fajar yang terlihat sangat lelah dan mengantuk itu.
Akhirnya mereka berdua pun segera tidur Fajar tidur dikamar belakang sedang Andi memilih tidur didalam jok truknya.
Dan kira-kira pukul tujuh pagi para pekerja di gudang Haji Djarot pun mulai berdatangan, mereka segera ambil bagian sesuai tugas kebiasaan mereka tiap harinya.
Tak terkecuali para pekerja yang bertugas membongkar barang yang baru datang, setelah mereka tau kalau truk Andi telah datang mereka pun bermaksud untuk segera membongkar.
"Andi dimana Pak Sol," tanya salah satu pekerja.
Tuh, molor di jok depan," balas Pak Sol.
Pekerja itupun melihat ke jok tempat Andi tidur, namun setelah melihat Andi yang terlihat sedang kecapean dia pun tidak jadi membangunkannya.
"Pak Sol barang Andi ini langsung dibongkar aja ya?" Tanya pekerja.
"Ya," sahut Pak Sol.
Butuh waktu dua jam lebih untuk membongkar barang Andi, dan setelah selesai mereka pun membangun kan Andi untuk memindahkan truknya.
"Ndi bangun Ndi, cepat pindahin truk mu," seru mereka sambil mengetok-ngetok kaca depan truk.
Meski masih berat untuk membuka mata, Andi pun segera bangun dan langsung memindahkan truknya keluar gerbang dan kemudian memarkirkan dipinggiran jalan.
Selanjutnya Andi pun langsung segera masuk lagi untuk minta bayaran ke Haji Djarot.
Haji Djarot yang sudah menunggunya sejak tadi langsung meminta nota dari Andi.
"Mana nota mu Ndi?" pinta Haji Djarot.
"Ini," sahut Andi sambil memberikan selembar nota kepada juragannya itu.
Haji Djarot langsung mengecek nota tersebut, dan setelah tau berapa harga kulakan Andi beliau pun terlihat agak sedikit terkejut.
"Buset, untung banget kamu Ndi," seru Haji Djarot.
Andi yang duduk didepan meja kerja Haji Djarot pun juga terlihat kaget juga.
"Kenapa Bos?" Tanya Andi.
Haji Djarot tidak menjawab tapi malah ambil nota kosong dan langsung mengisinya dengan harga yang diberikan untuk membeli barang dagangan Andi.
Dan setelah selesai menulis harga Haji Djarot pun langsung menyodorkannya ke Andi.
Betapa terkejutnya Andi begitu melihat harga yang diberikan oleh Haji Djarot untuk membeli barangnya.
"Mantap yes ...!" Ucap Andi kegirangan.
Bagaimana tidak jeruk yang dibelinya dengan harga empat ribu lima ratus ribu rupiah kini dibeli oleh juragannya tersebut dengan harga delapan ribu rupiah.
Andi tidak bisa menutupi kegirangannya, dia terlihat senyum-senyum sendiri.
"Nih, ambil uang di dalam," ucap Haji Djarot sambil memberi nota harga untuk ambil uang di ruang dalam yang biasa ditunggu oleh istrinya.
Setelah mengambil uang, Andi yang sejatinya masih ngantuk, kini sudah tidak lagi.
Dia tau kalau harga jeruk di Surabaya mengalami kenaikan ketika dia berada di banyuwangi kemarin, tapi di Banyuwangi belum naik.
Seketika itu diapun ingin kembali ke Banyuwangi untuk kembali ambil jeruk lagi, dia berpikiran kalau di sana belum mengalami kenaikan harga.
Andi pun langsung mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Juragan Babe untuk menanyakan harga jeruk di sana.
"Halo Be, gimana barang mu masih ada?"
Tanya Andi.
"Ada ... cuma harga dah beda," jawab Babe.
"Jadi berapa harga sekarang Be?" lanjut Andi.
"Enam ribu," sahut Babe.
"Oiya lah makasih infonya," balas Andi sambil menutup telponnya.
'Selisih dua ribu, ya lumayan tapi ya terbilang biasa' gumam Andi dalam hati.
Setelah tau kalau di Banyuwangi juga mengalami kenaikan harga, maka Andi pun tidak jadi untuk langsung berangkat ke Banyuwangi.
Andi memutuskan untuk istirahat dulu, lagian dia kini mau menikmati hasil yang baru saja didapatkannya itu.
Dan kini dia ingin mengembalikan truk sewaannya tersebut, namun sebelum berangkat dia hendak membangunkan Fajar untuk memberikan upahnya.
Lalu Andi pun bergegas ke belakang rumah Haji Djarot dimana disitu terdapat beberapa kamar-kamar kecil untuk para pekerja yang tidak pulang.
Terlihat olehnya kaki Fajar dari luar kamar yang memang pintunya tidak ditutup.
Setelah mendekat Andi pun membangunkan Fajar dengan menggoyang-goyangkan kakinya.
"Jar, Fajar ayo bangun, nih uang untuk kamu," ucap Andi sambil menyodorkan uang senilai tiga juta empat ratus ribu rupiah.
Mendengar suara temen yang membangunkannya itu Fajar pun langsung duduk, sambil mengucek mata Fajar pun agak terlihat kaget ketika Andi memberinya uang yang terlihat banyak itu.
"Lho, kok banyak banget Nih?" seru Fajar yang merasa kaget dengan uang pemberian dari teman yang sekaligus juga Bos keduanya itu, karena Bos utamanya tentu adalah Haji Djarot.
Bersambung.