Puas menatap pemandangan Kota Surabaya. Nizam juga merasakan matanya mengantuk. Tadi malam Ia hanya tidur sebentar. Sedatangnya dari Amerika Ia tidak langsung tidur tapi sibuk mendata Aset negaranya yang ada di Indonesia Dan Pagi harinya setelah sholat subuh juga Ia tidak tidur lagi Tapi langsung menyiapkan pernikahannya dengan Alena. Nizam benar-benar tipe orang yang nekad. Walaupun Ia belum mendapatkan restu dari orang tua Alena tetapi Ia tetap mempersiapkan segalanya. Setelah persiapan selesai Ia juga tidak sempat beristirahat Ia malah mengikuti jejak Alena melalui GPS hingga akhirnya mereka bertemu di restoran seafood tempat Alena dan Andre membuat janji bertemu.
Wajar saja kalau sekarang Ia sangat letih hingga akhirnya Ia melangkah mendekati ranjang tempat Alena tidur. Tidak ada tempat lagi untuk tidur selain ranjang yang ditiduri Alena. Dan Nizam tentu saja tidak keberatan seranjang dengan Alena. Bukankah sekarang mereka sudah sah menjadi suami istri.
Nizam membaringkan tubuhnya disamping Alena hingga tak lama kemudian Ia terlelap. Walaupun Nizam tertidur sangat lelap tetapi secara refleks tiba-tiba Ia terbangun karena merasa hari sudah menjelang magrib. Alarm tubuhnya secara otomatis membangunkannya untuk melakukan sholat Maghrib. Apalagi kemudian pintu kamarnya diketuk dari luar. Hal yang pertama Ia lakukan adalah Istighfar dan meloncat dari tempat tidur.
"Astaghfirullah.." Katanya seraya langsung duduk di sisi ranjang menatap sosok tubuh wanita yang masih terlelap nyenyak. Tapi sesaat kemudian Nizam tertawa sendiri sampai hampir keluar air mata ketika menyadari bahwa wanita yang tidur disampingnya itu adalah Alena yang sudah menjadi istrinya. Effek dari tidur sendiri selama 25 tahun sampai-sampai kaget ada orang yang tidur seranjang dengannya.
"Yang Mulia.. hari sudah mau Magrib," Suara diluar terdengar lebih keras karena malah mendengar suara Nizam tertawa.
"Ya..ya...Aku tahu.." Nizam menjawab suara penjaganya. Sambil melihat istrinya yang benar-benar terlelap bagai bayi. Ia baru tahu ada orang yang bisa tidur dengan nyenyak dengan situasi dan kondisi yang tidak biasa. Bahkan mendengar suaranya yang keras juga tidak membuatnya terbangun sedikitpun.
Tapi Nizam tidak berniat membangunkannya dulu Ia malah masuk ke kamar mandi, mandi dan berganti pakaian. Di dalam lemari hotel sudah tergantung beberapa pakaian untuk Ia pakai. Yang sudah disiapkan oleh hotel bahkan ada beberapa pakaian Alena juga dengan ukuran tubuh Alena. Nizam memilih kemeja dengan celana kain hingga ia terkesan formal tapi tetap santai.
Usai mandi Ia masih melihat Alena meringkuk memeluk gulingnya. Kenapa Ia belum bangun juga, tidur apa pingsan dia. Nizam berkata dalam hatinya. Tetapi Akhirnya karena memang sudah mau Magrib Ia membangunkan Alena sambil menggoyang-goyangkan badannya.
"Alena...Alena... bangunlah, ayo kita sholat Maghrib. Alena..Alena..." Nizam berupaya membangunkan istrinya.
Alena bukannya bangun Ia menepiskan tangan Nizam sambil berkata dalam bahasa Indonesia.
"Aah..Ibu, Sebentar lagi Alena masih ngantuk.."
Nizam menggelengkan kepalanya, Ia tidak mengerti bahasa Alena. Ia kembali menggoyang-goyangkan tubuh Alena lebih keras. " Alena...Alena.. bangunlah"
" Oh please Cynthia. I'm so sleepy. Let me sleep a little longer". Kini Alena berbicara menggunakan bahasa Inggris. Rasa ngantuk dan efek tetap tertidur hingga menjelang maghrib membuat Alena mengigau ketika dibangunkan suaminya. Ia merasa dibangunkan oleh ibunya tapi kemudian Ia merasa lagi dibangunkan oleh sahabatnya Cynthia. Tertidur terlalu lama disore hari hingga menjelang Magrib katanya memang tidak bagus untuk kesehatan. Suka membuat pikiran jadi kacau dan tidak enak badan.
Akhirnya Nizam menjadi kesal. Ia menatap Alena, lalu menarik selimutnya dan melemparnya ke lantai. Tapi Alena tetap tertidur lelap. Hingga akhirnya Nizam lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Alena. Dan..krek..Nizam menggigit telinga Alena dengan gemas. Alena menjerit keras sambil langsung terduduk bangun. Refleks Ia mengusap-ngusap telinganya yang terasa sakit.
Mata Indahnya terbelalak lebar menatap Nizam. Ia masih belum sadar apa yang sebenarnya terjadi. Ia mengumpulkan semua ingatannya dan lalu Ia tersadar apa yang terjadi. Apalagi melihat Nizam melotot kepadanya.
"Kenapa Kamu mengigit telingaku?" Katanya sambil malu-malu Ia beringsut turun dari atas ranjang.
"Mengapa Kamu tidur begitu lama dan susah dibangunkan" Nizam bertanya.
"A..aku lelah, Aku tidak sadar tertidur" Alena mencoba mengelak dari kenyataan bahwa Ia memang orang yang suka tidur. Julukan Putri Tidur yang diberikan oleh Ibunya sangat tepat menggambarkan kalau Alena adalah orang yang gampang tertidur tapi susah dibangunkan.
"Yah.. sudah baiklah. Aku mau sholat Maghrib di mesjid hotel. Apa kamu mau sholat di mesjid atau dikamar?"
"Aku dikamar saja"
"Kalau begitu Aku akan pergi dulu. Ada Fuad yang akan menjagamu. Sementara Ali akan ikut denganku"
Alena tercengang mendengar Fuad akan menjaganya.
"No...no..tidak usah..Aku tidak perlu dijaga. Aku bukan bayi. Bawa saja " Babon" itu bersamamu." Kata Alena
"Babon?? What's the meaning with Babon? " Nizam bertanya dengan heran.
Alena tertawa geli lalu menjawab : " Babon is Bodyguard " Katanya ngasal. Ia tentu saja tidak mau bilang kalau Babon adalah sejenis monyet.
"Tidak, Kamu sekarang adalah istriku. Dan Kamu harus sudah membiasakan diri dikelilingi pengawal" Nizam menekankan suaranya. Alena langsung mencak-mencak.
"Tapi Aku tidak mau diekori siapapun. Aku manusia bebas. Aku tidak perlu pengawal. Aku bisa menjaga diriku sendiri"
Nizam menatap tajam istrinya lalu Ia mendekat.. sangat dekat hingga Alena tanpa sadar melangkah mundur. Tapi kemudian tangan Nizam langsung memeluk pinggangnya dan mendekatkan mukanya ke muka Alena. Alena mendadak panas dingin Ia langsung memejamkan matanya. Ia tidak berani menatap wajah Nizam yang hampir menyentuh wajahnya. Nafas Nizam berhembus di wajahnya. Ia merasakan betapa panasnya nafas itu.
Apakah Nizam akan menciumnya? Oh Tuhan Apakah Aku akan menerima ciuman pertamaku sekarang? Alena berkata dalam hati. Ia lalu menunggu Nizam mendaratkan bibirnya di atas bibirnya, tapi ternyata Nizam tidak menciumnya. Nizam hanya berbisik ditelinganya dengan kata-kata yang lembut tapi menusuk.
"Sayang.. kebebasanmu sudah terampas sejak Aku mengucapkan 'Ijab Qobul' dengan ayahmu"
Glek.. Alena menelan ludahnya. Ia membuka matanya lalu melihat Nizam yang sedang tersenyum puas melihat wajah Alena yang merah padam. Alena mendorong dada Nizam dengan kesal hingga Nizam melepaskan pelukannya.
"Sana pergilah..Bukannya kamu mau ke mesjid. Tuh dengar adzannya sudah berkumandang." Alena terlihat marah. Harapan bahwa Nizam akan menciumnya ternyata meleset. Dan Nizam bukannya tidak tahu apa yang diinginkan istrinya. Tapi Ia kan harus ke mesjid.
Nizam menjawil pipi Alena yang sedang marah. " Makin marah Kamu semakin cantik, bersabarlah Aku ke mesjid dulu sebentar" Katanya sambil kemudian melangkah membuka pintu lalu pergi keluar.
"Aaargh..menyebalkan" Alena mengambil bantal lalu melemparnya kembali ke atas ranjang dengan kesal.
Seraya mandi Alena terus ngomel-ngomel. Kenapa Ia harus tertidur bukannya menikmati kebersamaannya yang indah bersama Nizam. Mengapa momen-momen yang Ia impikan selama ini harus gagal hanya karena Ia tertidur. Kenapa mata ini tidak bisa diajak kompromi. Tahan sebentar Khe.. sampai Ia bermesraan dengan Nizam. Mana nanti malam mau terbang lagi ke Amerika. Lantas kapan bisa bercintanya..Uh lama. Alena menghentak-hentakkan kakinya dengan gemas.
Marah-marah dengan kelakuan sendiri membuat Alena menjadi ceroboh. Ia berniat mau mengambil handuk yang digantung di belakangnya. Alena tiba-tiba tergelincir busa sabun yang bertebaran dilantai. Alena menjerit keras. "Aakh...."