Gabriel menjalani hubungan dengan Naya. karena, Gabriel Melihat ada sesuatu yang berbeda dari Naya yang tidak dia temukan, dari gadis-gadis lain yang dia kenal. Naya yang lugu dan polos, Naya tidak pernah membantah perkataan Gabriel. Naya sangat tahu bagaimana cara menghargai sebuah hubungan. Itulah yang membuat Gabriel menyukai Naya.
Saat Naya sedang menangi di dalam kamarnya, terdengar derap langkah kaki mulai mendekati kamarnya.
Tak lama Ketukan pintu terdengar dari luar kamar.
"Naya! Makan dulu Ibu udah siapin, Kamu dari pas pulang belum makan," panggil Dea dari luar kamar.
Naya membuka pintu kamar nya, Dan menghampiri ibunya yang berdiri di luar kamar Naya.
"Iya, Bu." Naya berjalan bersama ibunya menuju ruang makan, sambil menundukkan kepalanya. Dea merasa khawatir, Dengan keadaan putrinya.
"Kamu kenapa, Sayang? kamu sakit?" tanya Dea Dengan perasaan khawatir sambil memegang kening putrinya.
"Tidak apa-apa, Bu! Hanya kecapean saja, Jadi badan Naya sedikit demam," Jawab Naya, Dengan nada sedikit lemah.
"Ya sudah, Kamu kembali ke kamar saja, Istirahat, Biar Ibu ambilkan makanannya ke kamar."
Dea Memegang tangan Naya hendak mengantarnya, kembali ke kamar.
" Tidak apa-apa, Bu. Naya makan, Di meja makan saja, Bu," ucap Naya sambil menatap ibunya, Dengan sedikit senyuman yang terpaksa iya tunjukan.
Setelah selesai makan malam, Naya pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Lampu kamar Naya, masih menyala yang menandakan kalau ia Belum Tidur.
Di dalam kamar, Naya masih teringat dengan, Gabriel. Laki-laki yang sangat dia sayangi dan sangat dia cintai. Naya, Membuka laci lemari nya Dan mengambil sebuah foto saat ulang tahun Naya yang ke 19 tahun.
Naya duduk kembali di atas kasurnya sambil memandangi fotonya. Di foto itu terlihat ia memberikan potongan kue kepada Gabriel dan pria bermata sipit itu mencium pipinya.
Saat itu, Naya sangat bahagia. Dia kembali meneteskan bulir bening yang nampak basah di kelopak matanya saat mengingat masa-masa indah bersama Gabriel.
Malam semakin larut, Naya masih terus menangis. Tanpa terasa kelopak matanya mulai ia pun tertidur Dalam keadaan memeluk fotonya bersama Gabriel.
Adzan subuh berkumandang. Naya terbangun dari tidur nya dan menyimpan fotonya kembali di laci lemarinya. Lalu Naya menuju ke kamar mandi untuk kemudian membersihkan tubuhnya hendak menjalankan solat subuh.
Setelah menjalankan kewajibannya, Naya menuju ke dapur untuk membuat sarapan.
Dia mencoba melupakan hubungannya dengan kekasihnya yang sudah berakhir tanpa adanya kejelasan yang tepat dari Gabriel, Kenapa Dia memutuskan hubungannya, Secara sepihak, Yang sangat melukai hati Naya.
Saat Naya memasak sambil melamun, tiba-tiba Dimas datang dan memanggilnya.
Dimas, Adalah adik satu-satunya Naya. Meski Dimas Anak laki-laki akan tetapi, Dimas sangat dekat dengan kakaknya.
Dimas baru berusia 17 tahun. Lelaki berambut ikal itu memiliki tubuh yang sedikit berisi serta memiliki kulit sawo matang.
Selain dekat dengan kakaknya Naya. Dimas juga sudah sangat mengenal Gabriel kekasih kakaknya itu.
"Ka! Kakak!"
Dimas memanggil Naya, sambil memperhatikan wajah Naya yang sedang menghangatkan susu di atas kompor.
Dimas mematikan api kompor karena susu yang di panaskan Naya hampir meluap keluar dari panci.
Sementara Naya masih belum tersadar dari lamunannya.
"Ka! Kakak!"
Dimas kembali memanggil kakaknya sambil menepuk bahu Naya.
"I-iya, De!" jawab Naya seraya membelikan ke arah Dimas lalu kemudian melihat ke arah kompor yang ada di hadapannya.
"Sudah Ade matikan kompornya. Lagian, Kakak. kenapa sich? Pagi-pagi, Udah ngelamun?" tanya Dimas sambil berjalan mengambil gelas untuk menuang susu yang sudah di hangatkan.
"Enggak apa-apa kok, De! kakak lagi ngelamunin kerjaan saja kok! Kapan bisa naik gajih," jawab Naya Dengan tersenyum malu mencoba sedikit tertawa agar adiknya tidak curiga.
"Bagaimana sekolah kamu, Dek? Maaf kemarin Kakak enggak sempat bertanya sama, Kamu. Kakak kecapean. Jadi, Kakak langsung tidur!" Naya bertanya untuk mengalihkan pembicaraan adiknya.
"Lancar-lancar aja, Ka. kemaren Ade Juga enggak sempat nemuin, Kakak. karena Ade, Ada acara di rumah temen Jadi, Ade. Pulang sore juga," jawab Dimas dengan penuh penjelasan.
Di tengah kehangatan obrolan adik dan kakak, tiba-tiba datanglah Ibu Dea menghampiri.
"Lagi pada ngobrolin apa sich Ini anak-anak Ibu dan Ayah?" ucap Bu Dea sambil berjalan menghampiri keduanya.
"Iya, nih," timpal Darma. Ia Adalah Ayah dari Naya Dan Dimas.
Laki-laki paruh baya itu berusia 50 tahun yang penuh wibawa dan lembut cara bicaranya.
Darma dan Dea datang menghampiri Naya.
"Makanannya sudah siap belum, Nak?" Darma bertanya kepada Naya sambil mengusap lembut rambut putrinya itu.
"Iya, Ayah. Makanannya sudah siap. Ayo, Yah, Bu! Kita sarapan!" ajak Naya kepada kedua orang tuanya sambil membawa nasi goreng yang sudah di masak nya dan menghidangkannya di atas meja makan.
Mereka pun sarapan bersama. Setelah selesai sarapan Naya pergi dari ruang makan hendak bersiap-siap untuk segera pergi ke kantor. Begitu pun dengan Dimas. Adik laki-lakinya itu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Setelah bersiap-siap Naya berpamitan kepada ayah dan ibu nya.
"Ayah, Ibu! Naya berangkat kerja dulu ya."
Naya berpamitan sambil mengecup punggung tangan kedua orang tuanya.
"Tunggu, Ka."
Dimas mempercepat langkahnya menghampiri kakaknya yang sudah berada di depan pintu.
Dimas pun berpamitan kepada Ayah dan ibunya.
Naya menunggu Dimas di teras rumah nya.
"Tumben kamu mau bareng sama, Kakak. Memangnya Kamu enggak bawa motor, De?" Naya bertanya kepada Dimas.
"Enggak, Ka. Aku lagi pengen bareng aja sama, Kakak. Sekolah Aku kan searah dengan kantor, Kakak. Jadi boleh dong Aku ikut nebeng?" jawab Dimas sambil tertawa kecil.
"Iya, iya, Ayo kita berangkat!"
Naya pun menyalakan mesin motornya dan menyodorkan helm kepada adiknya, Agar segera dia pakai.
"Ayo, Nanti kita kesiangan lagi!" ajak Naya.
Merekapun berjalan menyusuri dinginnya udara pagi, Yang masih menusuk kedalam pori-pori kulit. Tak lama kemudian, Sampailah di depan gerbang sekolahnya Dimas, Adik lelakinya pun turun dari motor kakaknya.
"Terimakasih kakakku yang cantik," ucap Dimas seraya memberikan helm kepada kakaknya sambil mencium punggung tangan Naya.
"Yang bener sekolah nya, Jangan pacaran dulu!" Naya menggoda adik kesayangannya itu, Sambil tersenyum.
Dimas, Masuk ke lingkungan sekolahnya dan Naya, Melanjutkan perjalanannya.
Sesampainya di tempat kerja, Naya langsung pergi , Menuju ke ruang kerja nya. Naya bekerja di sebuah perusahaan, Di daerah kota Tanggerang. Naya bekerja sebagai sekertaris. Naya memiliki bos yang masih muda bernama Rama Rama eorang Direktur, Di perusahaan tempat Naya bekerja.
Rama, lelaki yang memiliki kulit putih bersih dan bertubuh tidak terlalu tinggi, Dengan rambut lurus, Di usianya yang menginjak usia 32 tahun. Rama masih belum menikah. Ia Diam-diam menaruh perhatian lebih kepada Naya.
Sang itu rama memasuki ruang kerja Naya, Bermaksud untuk mengajaknya makan siang.
Terdengar seseorang mengetuk pintu ruang kerja, Naya.
"Boleh, Saya masuk?" Terdengar seseorang berbicara dari luar ruangan kerja, Naya.