Sejak dini hari ibu sibuk menjejerkan dagangan di pasar tradisional, berjualan sayuran ,, ya itu mata pencaharian ibu sadam, terkadang sadam membantu berjualan jika sedang tanggal merah.
"..sayuur ... sayuuur..di sayuraan bu tante kakak cing babeh .." teriak sadam antusias, teriakannya mengalahkan hiruk piuk suasana keramaian pasar, yeee rupanya trik nya berhasil beberapa pembeli mulai berdatangan, berduet dengan waktu dan persaingan pasar seharian penuh bahkan sampai malam demi mendapatkan uang untuk mencukupi semua kebutuhan hidup.
"alhamdulillah hari ini cukup ramai bu, hasilnya lumayan" 'disela sela waktu senggang di rumah sepulang dari pasar sadam menghitung hasil penjualannya hari ini
"iya ,, sebagian uangnya mau ibu pakai nak, buat bayaran sekolah adikmu sudah 3 bulan belum bayaran"
"massa Allah kenapa ibu gak bilang". "gak apa biar ibu yang membereskan, tabung saja gajimu untuk masa depan".
Sadam terdiam dalam hatinya merasa sangat bersalah dan dosa, selama ini sadam sudah tidak mempedulikan kebutuhan keluarga dan tidak jujur pada ibunya. uang gajinya malah habis untuk keperluan barang barang mewah sewa mobil jalan jalan dengan hanis. setiap menerima gaji habis tidak seperti yang diharapkan ibunya menabung.sebenarnya sadam orang baik hanya karena ter obsesi cintanya pada hanis gadis dari kalangan orang kaya, sadam tidak mau terlihat miskin di.
"... kamu sudah dewasa sudah harus menikah". terdiam bukan tidak mau mendengar petuah ibu, dalam hatinya berkecambuk rasa bersalah. "... tidak usah memikirkan biaya sekolah mira. masih ada peninggalan almarhum bapak kamu kalau hanya untuk melanjutkan sekolah adikmu"
"seharusnya aku yang menanggung semua beban keluarga kenapa harus ibu, ya tuhaaan semua ini karena cinta aku pada hanis, meski hanis tidak pernah meminta apapun dari aku, justru yang membuat aku khawatir hanis menolak cintanya jika dia tahu kehidupan aku yang sebenarnya ". pemikiran itu ada terus di kepala dan hatinya. Tidak ada keputusan yang pasti, "..apa harus mengutamakan kebutuhan keluarga dan apa adanya di hadapan hanis? atau terus bersembunyi dalam kepalsuan yang membohongi dirinya dan keluarganya, tetapi jika demikian mengungkapkannya, konsekuensi baginya mungkin akan ditinggalkan hanis.." demikian pemikiran sadam. aku rasa cinta ini semakin dalam padanya. maafkan ibu cinta ini membuat aku lupa diri....
" beberapa hari lalu aku di pindahkan bagian kerjanya", sadam mengalihkan pembicaraan.
" kenapa?, apa cara kerja mu kurang baik nak?"
" bukan bu, tepatnya jabatan ku naik". " alhamdulillah... syukurlah nak ibu senang mendengarnya". mimik wajah yang sumringah penuh rasa syukur tergambar di wajah bu lastri.
" aku minta maaf baru memberitahu ibu sekarang". " sudah tidak apa apa,,sana kamu makan dulu saja". " nanti saja , aku ada janji dengan teman". " andika?..bukannya dia sedang di bandung?"
" bukan,, hanis bu". "perempuan?,,". " iya...". " oalaaah sudah punya pacar rupanya? ya sudah sana, lain kali kenalkan sama ibu !" " iya jika waktunya sudah tepat"." yeeey.. kakak udah punya pacar" mira teriak girang keluar dari kamar. "huss kamu nguping dek?" " kapan kak mau di kenalkan ?" " masih kecil gak boleh tahu ya,,". jawab sadam mencubit hidung mira sambil masuk kamarnya untuk ganti pakaian, sejenak rasa bersalah pada ibunya menghilang mana kala sedang membahas hanis, isi hatinya dipenuhi bunga bunga indah bermekaran semerbak menyebarkan aroma cinta.
" aku pamit bu". " massa Allah, kamu terlihat gagah dan ganteng nak pakaian mu juga mewah sekali". sampai tertegun bu lastri ketika melihat penampilan sadam tetapi sedikit heran "...darimana punya pakaian sebagus ini nak?". " oo ini hadiah dari teman bu". sadam sedikit gugup menjawabnya dan langsung pamit meninggalkan ibunya yang sedang keheranan. ada tertanam rasa bangga dalam hati bu lastri melihat penampilan sadam " seperti bapaknya sewaktu muda.." gumamnya tersenyum.