webnovel

Berada dalam genggamannya.

"Mandilah terlebih dahulu, kamu sangat menggigil." ujar Farah yang melihat sahabat nya menggigil hingga pucat akibat sangat begitu lama di bawah air hujan.

"Baiklah, tapi bagaimana dengan mu ?" kata Echa yang kini mengkhawatirkan Farah yang juga sama-sama basah seperti diri nya saat ini.

"Jangan khawatir kan aku, cepat mandilah." Farah pun memberikan sebuah handuk pada Echa.

"Baiklah kalau begitu aku mandi duluan." Echa yang memang sudah sangat kedinginan akhir nya setuju, ia segera menuju kamar mandi yang terdapat di rumah kost tempat sahabat nya itu tinggal.

Beberapa saat kemudian, kini Echa telah selesai dengan mandi singkat nya. Farah juga telah menyiap kan baju ganti untuk Echa.

"Pakailah ini, lalu tidurlah, aku akan mandi dulu." ujar Farah yang kemudian ia bergantian memasuki kamar mandi.

"Baik, terima kasih Farah." ucap Echa sangat begitu bersyukur karena masih memiliki Farah yang baik dan tulus dalam hidup nya.

Malam telah larut, kini Echa yang tak dapat tidur karena terlalu stres, akhir nya ia memilih untuk mencurahkan semua masalah yang ia alami selama ini, ia sudah tak dapat menahan nya lagi.

"Kamu di perkosa ? Kamu di aniaya ? Kenapa selama ini kamu diam saja ? Kenapa tidak kamu laporkan pada polisi Echa ?" ujar Farah yang kini sangat merasa marah setelah mendengar semua cerita dari Echa sahabat nya.

"Aku tidak bisa melaporkan dia pada polisi, dia memiliki kuasa yang sangat besar, sekali pun dia di penjara, dia pasti akan segera bebas, dan kamu akan tahu sendiri apa yang akan terjadi nanti jika dia sudah bebas, pasti dia akan kembali menganiaya ku, dan mungkin akan lebih kejam dari sebelum-sebelum nya." ucap Echa mengatakan ketakutan nya.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang Cha ? Apa kamu hanya akan diam saja ?" tanya Farah yang ikut frustasi memikirkan nya.

"Yang ingin ku lakukan saat ini hanyalah ingin pergi jauh, pergi ke suatu tempat dimana dia tidak dapat menemukan keberadaan ku." jawab Echa dengan di sertai deraian air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata nya yang indah.

"Pergi ? Apakah ada tempat yang mau kamu tuju ?" tanya Farah yang ingin sekali membantu nya.

Echa hanya menjawab dengan menggelengkan kepala nya, ia kini tidak memiliki tempat tujuan, karena ia memang tidak memiliki sanak saudara, hidup nya saat ini benar-benar sebatang kara.

"Bagaimana kalau kamu pergi ke kampung halaman ku saja ?" kata Farah menawarkan bantuan untuk Echa.

"Kampung halaman mu ?"

"Iya, kamu tahu kan aku ini anak perantauan, kampung halaman ku berada sangat jauh dari sini, kamu akan aman di sana, kakak tiri mu tidak akan menemukan mu jika kamu bersembunyi di kampung halaman ku." ujar Farah dengan sangat begitu yakin.

"Dimana itu Farah ?" tanya Echa.

"Di desa bandialit, perkampungan nelayan. Kamu tidak pernah mendengar nya bukan ? Karena perkampungan ku sangat lah pelosok, ada di atas gunung pula." Farah menjelaskan nya dengan begitu detail.

"Kalau aku di sana, nanti aku tinggal nya sama siapa ?" tanya Echa lagi.

"Tentu saja dengan ibu ku. Ibu ku sudah janda, di sana ibu ku tinggal berdua dengan adik ku yang masih SD, dia pasti senang kalau kamu mau tinggal di sana, karena rumah tidak akan sepi lagi." ujar Farah berharap Echa menerima niat baik nya.

"Baik lah kalau begitu, bisakah kau mengantar ku ke tempat itu besok pagi sebelum terbit nya matahari ? Aku takut kakak tiriku akan menemukan ku sebelum aku pergi dari sini." kata Echa menerima tawaran Farah yang dengan tulus ingin membantu nya.

"Baiklah, besok pagi kita ke pelabuhan, aku akan mengantar mu sampai rumah dengan selamat."

"Terima kasih atas bantuan mu Farah, dan maaf karena telah merepotkan mu." ucap Echa yang melihat secercah harapan untuk pergi jauh dari sosok iblis yang selalu menyiksa nya.

"Jangan sungkan-sungkan, kita sudah seperti keluarga, di masa lalu kamu sudah sering membantu ku, jadi sekarang sudah waktu nya aku yang membantu mu, karena kamu sedang berada dalam masa yang sangat sulit. Sama seperti diri ku dulu, saat aku dalam kesulitan kamu selalu datang untuk membantu ku." ujar Farah yang memang benar ada nya. Dulu Echa sering kali datang membantu nya saat Farah sedang dalam masa kesulitan mencari nafkah.

"Aku sangat bersyukur karena masih ada kamu dalam hidup ku. Aku tidak tahu lagi bagaimana hidup ku sekarang jika tidak ada kamu Farah." kata Echa sembari memeluk sahabat nya, dan tangis nya pun semakin pecah.

"Sudah, sudah, ayo kita cepat istirahat, besok kita harus segera bangun untuk ke pelabuhan." Ajak nya.

Kedua gadis itu pun pergi ke alam mimpi, istirahat dengan cukup untuk mengumpulkan energi yang akan di gunakan menempuh perjalanan panjang besok.

--------------------------------

Pagi pun tiba, kini kedua gadis itu bersiap untuk pergi meninggal kan kota.

"Echa, kamu sudah siap ?" tanya Farah.

"Sudah, ayo kita berangkat." Jawab nya.

Kedua gadis itu pun bergegas melangkah untuk segera berangkat ke pelabuhan. Namun, saat mereka membuka pintu utama, kedua nya di kaget kan oleh sosok seorang pria dewasa yang telah standbye bersandar di pintu mobil, menunggu salah satu dari mereka.

"Bukan kah itu kakak tirimu ?" ujar Farah saat melihat sosok pria di depan sana.

"Seperti nya semua rencana kita telah gagal sebelum di mulai." ucap Echa.

"Pergilah ikut kakak tirimu terlebih dahulu, kita bisa pergi di lain waktu." kata Farah.

"Baiklah, terima kasih atas bantuan mu." Echa pun melangkah menghampiri Nathan yang kini masih tetap berdiri di tempat nya, sembari mengamati kedua nya.

"Bagaimana kakak tahu tempat ini ?" tanya Echa.

"Aku akan selalu tahu dimana pun kau berada, jadi jangan coba-coba kabur dari ku." bisik Nathan di telinga Echa.

Mendengar hal itu, membuat Echa merasa sangat marah dan kesal, kini hidup nya benar-benar telah berada di dalam genggaman pria itu.

"Masuklah." ucap Nathan sembari membukakan pintu mobil bagian bekalang untuk adik tirinya. Dan tanpa berkata apa pun, Echa segera memasuki mobil mewah tersebut.

"Terima kasih sudah menjaga adik ku." kata Nathan pada Farah yang masih berdiri di depan pintu rumah kost nya.

Farah hanya menanggapi dengan senyum getir. Perasaan nya sangat merasa tidak tenang dan khawatir terhadap sahabat nya itu. Takut hal buruk akan terjadi setelah ini.

Nathan. memasuki mobil nya, dan mulai mengemudi meninggalkan tempat tersebut.

"Kenapa semalam kau kabur ? Padahal aku datang untuk menyelamatkan mu dari para preman itu." tanya Nathan dengan di sertai senyum evil yang mengerikan.

To be continued...

Next chapter