Masih dengan keterkejutannya Sabrina mengikuti langkah Azka dengan Naswa di belakangnya. Ia bahkan sudah tak sudi lagi meladeni adik tirinya yang semakin lancang.
"Sialan! Berani-beraninya mereka pergi begitu saja!" murka Cantika. Dengan tatapan sinisnya Cantika menghempaskan genggaman suaminya dengan rahang yang masih nampak mengeras.
"Kamu kenapa sih, Can? Ini tempat ramai tidak enak dilihat banyak orang!" Reyno baru mempunyai keberanian untuk berbicara pada istrinya setelah membungkam bak kepiting sawah.
"Memangnya kenapa! Kamu malu?" balas Cantika dengan hardiknya. Ia bahkan tak bisa menjaga ucapannya di depan hal layak ramai. Bagai wanita yang tak bisa menjaga lisan itulah faktanya Cantika.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com