"Rin! Maukah kamu memperjuangkan cinta kita?" tanya Azka memastikan dengan ucapannya.
Sabrina terperangah dengan ucapan Azka. Semakin tak habis pikir dengannya.
"Maaf, Tuan. Saya cape. Saya mau istirahat." Sabrina menghempaskan genggaman tangan Azka dengan sisa tenaganya yang sudah terkuras.
Ia melangkahkan kaki menuju peraduan. Mencoba tak mengingat kembali ucapan Azka yang baru saja keluar dari mulutnya.
Sungguh ini di luar dugaan. Bagaimana mungkin seorang Tuan Muda Azka akan memperjuangkan wanita yang jelas-jelas bukan kelasnya. Ah, Sabrina lelah ia tak ingin terus-menerus di hantui oleh rasa gundahnya. Ia mencoba menutup kelopak matanya berharap esok akan lebih baik lagi dari hari ini.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com