"Mas!" Sabrina berkata-kata dengan bibir yang terlihat gemetar serta tetesan bulir bening yang terus saja menggaris lurus di pipinya. Ia mengusap lembut pipi Azka dengan ibu jarinya. Ia sudah tidak sabar ingin melihat suaminya membuka mata dan menjawab ucapannya.
Tak lama, kelopak mata yang awalnya menutup rapat itu, tiba-tiba mulai terbuka sedikit demi sedikit. Manik berwarna hitamnya kini terlihat membulat sempurna.
"Mas!" lirih Sabrina seraya memeluk erat kembali tubuh Azka karena terharu melihat suaminya sadar.
Azka yang masih lesu kemudian mengangkat sebelah tangannya lalu ia letakan di atas kepala Sabrina seraya mengusapnya. Ia pun tidak menyangka ia masih bisa menghirup udara segar setelah ancaman kematian yang menyelimuti hari-harinya.
Setelah beberapa menit dalam dekapan Azka, Sabrina kemudian melonggarkan pelukannya menatap wajah Azka yang lusuh seraya mengusap halus pipi suaminya yang tampak kasar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com