26 26 Bertanding Main Basket

Setelah antre, kini gililiran mereka yang ingin mengisi folmulir. Namun melihat kedatangan Amanda, Gadis menyindirnya.

"Kayaknya kita nggak bisa terima anggota ekskul yang langsung masuk tanpa beusaha, deh!" Sindir Gadis dengan suara yang keras.

"Eh, Amanda, lo mau masuk ekskul apa?" Tanya Roy yang melihat keberadaan mereka.

"Kami berdua mau masuk ekskul basket." Kali ini Nabila menjawab.

"Wah, ternyata anggota gue nih!" Seru Gadis.

Dari kejauhan seseorang mengamati tingkah Gadis terhadap Amnada, yaitu Gilang, ketua OSIS SMA MEKAR.

"Kalau lo mau jadi anggota ekskul bsket putri, lo harus turuti instruksi gue. Gimana? Setuju, nggak?" Tanya Gadis.

"Apa pun gue lakuin demi hobi gue," jawab Amanda.

Gadis bertepuk tangan diiringi gelak tawa. "Yaudah besok kalian berdua bisa ikut latihan setelah jam pulang. Nih, isi dulu folmulirnya," kata Gadis menyerahkan folmulirnya tersebut. Menatap Amanda dengan perasaan resah.

Semoga nih anak bertahan dengan kelakuan Gadis. Batin Roy.

Setelah Amanda selesai mengisi folmulir itu, dia menyerahkannya kepada Gadis,"besok gue tunggu kalian," Amanda meninggalkan lapangan dan menuju ke perpustakaan untuk melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.

Kali ini, Amnada mengikuti latihan ekskul basket bersama Nabila. Amanda merasa tidak nyaman karen keberadaan Gadis sebagai ketua ekskul basket putri. Bagaimanapun Amanda besikukuh mengikuti ekskul ini, katena basket sudah menjadi sumber kebhaagiaannya.

Tidak perduli jika gadis akan meremehkan dirinya dalam hal basket. Gadis belum tahu betapa hebatnya Amanda dalam basket.

Seperti sekarang Gadis langsung menantang Amnada untuk melakukan one bay one. Dengan senang hati Amanda menerimanya. Saat ini para anggota basket putra dan putri menyaksikan pertandingan mereka berdua, Roy menatap dari pinggir lapangan. Sementara Gilang merasa waswas, dia tahu sifat Gadis.

"Gue nggak yakin lo bisa tandingi gue," ucap Gadis meremehkan Amanda.

"Kita lihat aja nanti," balas Amnada.

"Cih, baru aja lo masuk, udah berani sama gue," sinis Gadis melipat tangannya ke dadanya.

"Baru atau tidaknya gue masuk basket menurut lo, pertandingan nanti akan membuktikan semuanya," ucap Amanda.

"Lo bakalan kalah sama gue. Kemanapun lo hanya di bawa rata-rata, sementara gue pernah ikut lomba dan mengharumkan nama sekolah, dan asal lo tahu gue kapten basket di SMP PURNAMA," kata Gadis bertingkah seolah dirinyalah yang paling jago.

SMP PURNAMA? Bikannya itu sekolah Tika dan Rendy? Batin Amanda.

Rendy juga berasal dari SMP PURNAMA. Amanda bertemu dengan Rendy ketika dia melakukan sparing antara SMP MANDALA sekolahnya. Rendy saat itu merupakan kapten basket.

"Yakin lo pernah mengharumkan nama dekolah lo itu?" Tanya Amanda tersenyum sinis, setahunya tim basket putri SMP PURNAMA tak pernah menang satu kali pun.

Gadis terlihat gugup dan salah tingkah. Sial, kenap mulut gue lancar banget sebut SMP PURNAMA. padahal, kna, gue nggak pernah menang lomba pas SMP, batin Gadis merutuki diri.

Amanda merasa curiga dengan gadis, seperti saat pertama kali bertemu Gadis, dia familier dengan wajah Gadis. Aplagi barusan dia menyebut dirinya kapten basket sekolah itu.

Wajah itu mengingatkan dirinya dengan teman Tika yang snagat jahat dan licik hingga membuat dia cedera ketika sparing dan melakukna hal buruk ketika selesai sparing yang membuat Amanda ketakutan. Amanda mengamati wajah Gadis dengan seksama, wajahnya itu sangat familier.

Amanda mencoba mengingat namun nihil.

"Apa kita pernah ketemu sebelumnya?" Tanya Amanda, membuat Gadis menatap Amanda.

"Mana mungkin gue pernah ketemu lo. Lihat muka lo aja udah bikin gue muak."

"Lo ada masalah apa, sih, sama gue? Memangnya gue udah bikin ulah sama lo?" Tanya Amanda kesal setengah mati.

"Heh, cewek nggak tahu diri! Asal lo tahu, gue udah benci semenjak lo masuk OSIS dan semena-mena pegang jabatan, ngerti?"

Amanda menghela napas, ternyata Gadis mempermasalahkan itu meskipun sudah tahu jawabannya. "Terserah lo aja, deh," kata Amanda memilih tidak memperkeruh suasana.

Bunyi peluit akhirnya terdengar dari Fadli yang sekarang menjadi wasit pertandingan mereka berdua. Fadli berada di tengah mereka memberikan arahan dan melakukan jump ball.

Pertandingan dimulai, Amanda terlebih dahulu menguasai bola.

"Amanda, semangat!" Teriakan itu berasal dari Nabila dan Irma di pinggir lapangan.

"Gadis lo harus kalahin tuh cewek nggak tahu diri!!" Sahabat Gadis pun tak mau kalah hingga membuat Nabila dan Irma menatap mereka tajam.

"Heh, kalian tuh yang nggak tahu diri. Memangnya kalian belum ngaca, ya? Sana, gih, lihat siapa yang nggak tahu diri, kalian cuma pura-pura sahabat Gadis karena manpaatin kalau kalian shopping," sindir Nabila membuat Tiara dan Nisa menggeram.

"Jangan sok tahu lo l,"kata Nisa.

"Cih! Memang iya kali, kalian pura-pura kelupaan dompet kalau shopping supaya Gadis bayarin lo berdua. Ck! Nggak modal banget, sih, cari kesempatan dalam kesempitan!!!" Kali ini Irma yang ikut andil.

Tiara dan Nisa akhirnya diam tak mau melawan ucapan Nabila dan Irma. Karena memang benar mereka hanya memanfaatkan Gadis, bukan bersahabat dengan tulus.

"Sial! Lo mau main-main sama gue, hah?!!" Umpatan kasar keluar dari mulut Gadis ketika Amanda sengaja mempermainkan dirinya dengan melakukan gerakan pivot.

"Katanya lo jago, masa rebut bola dari gue aja lo nggak bisa!!!" Senyum Amanda kemudian melakukan lay up.

Kemudian Gadis berhasil merebut bola dari Amanda, namun saat menuju ring dia melakukan rebound. Bola pun dikuasai lagi oleh Amanda. Skor sementara empat puluh dua sama, yang artinya sama unggul. Kali ini semua penonton tegang melihat menit-menit terakhir, gadis berusaha mengbil alih bola dari Amanda dengan berbuat curang.

Gadis mengadang kaki Amanda lalu menarik bajunya hingga Amanda terjatuh.

"Makanya jangan cati masalah sama gue," ucap Gadis lalu merebut bola dari Amanda.

" Amanda!!!" Teriak Roy hendak menghampiri Amanda, namun tangan gadis itu terangkat tanda berhenti.

"Astaga si Gadia kasar banget, sih. Dia curang, ini nggak bisa dibiarin lutut Amanda berdarah!!!" Ucap Nabila.

"Sayang, bunyiin peluit kamu, deh, Amanda kesakitan di sana," Irma menghampiri Fadli agar bisa menghentikan pertandingan iu.

"Nggak bisa, sayang, waktunya masih tersisa delapan menit," jawab Fadli.

"Ini cuma pertandingan biasa, lagian kamu nggak lihat kalau si Gadia sengaja berbuat curang," kesal Irma.

"Ya, tapi, kan_"

"Horeeeee, Amanda menang!" Teriakan para penonton heboh, apalagi Nabila dengan suara kerasnya meloncat heboh.

Irma dan Fadli menoleh, ternyata Amanda berhasil mengejar poin setelah Gadis mncetak satu angka. Amanda melakukan three point sehingga sekor akhir empat puluh tiga melawan empat puluh lima yang dimenangkan Amanda. Irma dan Nabila berlari ke tengah lapangan memeluk Amanda. Meskipun Amanda menerima pelukan itu dengan kaki yang sakit.

"OMG, lo hebat banget, Da!!!" Pekik Nabila.

"Benar tuh, ternyata lo jago bsket, ya. Sejak kapan, Da?si Gadis aja bisa lo kalahin, yang notabene kapten basket sekolah ini," tawa Irma.

avataravatar
Next chapter