webnovel

cinta mu pada ku terlihat di dirinya (CMPKTDD)

Pertemuan kita lima tahun yang lalu memang sudah takdir yang di Atas. Kita bertemu di kampus yang sama. Suka dan duka kita lalui bersama, dan aku pun jatuh cinta padamu. Aku tahu kamu juga suka padaku, tapi aku masih ragu apakah suka yang kamu berikan pada ku hanya sebatas teman atau akankah kita pergi ke pelaminan. Berkali-kali ku coba memberanikan diri untuk menyatakan cintaku pada mu. Baik yang spontan atau dengan beberapa persiapan, tetapi entah kenapa selalu saja gagal dan yang membuat gagal selalu dari dirimu. Di tolak sebenarnya tidak. Kamu begitu pandai membuat semua rencana ku gagal. Kamu terlalu misterius untuk bisa ku tebak. Tapi yang selalu ku percaya adalah matamu yang selalu berbicara bahwa kamu cinta padaku. Kami tiga sahabat yang saling kenal di kampus tercinta kami ini. Kami kuliah di teknik mesin, pertama ku melangkahkan kaki di kampus, ku pikir aku hanya akan mendapati teman teman ku laki-laki semua. Tetapi tidak, mataku terpaku pada sosok perempuan cantik dengan rambut panjang lurus tergerai. Cantik dan lembut, itu penilaian pertama ku saat melihat dia. "Masak ada ya perempuan cantik, ayu dan anggun kuliah jurusan ini" Batinku berbicara sendiri dengan mata masih terus tertuju padanya. Dibilang jatuh cinta pada pandangan pertama bisa juga dibilang seperti itu, tapi aku bukanlah orang yang gampang untuk suka pada seorang gadis. Sebenarnya yang aku rasakan saat pertama melihat dia bukan cinta, cuma kagum ada perempuan secantik itu di kampus yang kerjaan kasar dan biasa dikerjakan laki-laki. Aku akui, aku masuk kampus ini juga tidak disengaja. Mungkin ini salah satu sikap berontakku pada Ayah yang selalu menginginkan ku jadi pengganti dia di perusahaan yang dikelolanya. Ayah ku memang seorang pembisnis yang hebat. Tapi entah kenapa aku tidak suka jika harus mengurus semua bisnisnya, walaupun nanti kerjaan tidak berat karena banyak asisten yang mengerjakan setiap bagiannya. Tugasku paling hanya memeriksa kerjaan para asisten. Tapi tetap saja aku tidak mau selalu menjadi robot Ayah, apalagi setelah Ayah menikah lagi. Ini hidupku, aku yang akan menjalani. Walaupun berat dan penuh rintangan tapi itu lah seni yang aku inginkan dalam hidup. Begitupun menikah, aku hanya ingin menikah dengan dia. Akankah aku dapat menikah dengan dia. Akankah dia menerima diriku tanpa melihat harta yang Ayahku miliki. Aku pasti akan membuatkan mesin terbaru yang akan ku berikan saat aku melamarmu nanti. Atau adakah yang harus ku ciptakan untuk mewujudkan cintaku ini. Aku pasti akan berusaha yang terbaik untuk mendapatkan hati dan cintamu. Walaupun aku tahu tanpa itu semua kamu sudah lama jatuh cinta padaku. Tapi mengapa selalu saja kamu menghindar. Bagaimanakah perjalanan cinta ku ini, akankah dia jodoh yang Tuhan berikan pada ku atau bukan.

ismun_rahhid · Realistic
Not enough ratings
9 Chs

Di Rumah Bagus

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh lewat. Tetapi kami masih berada di jalan raya. Hujan juga turun membasahi seluruh jalan di malam ini. Andre yang sedang mengendari mobil juga sudah terlihat sangat lelah. Andre duduk dengan santai sambil menopang dagunya dengan tangan kanan dan bagian siku menempel di pinggir jendela pintu mobil, sedangkan tangan sebelahnya lagi sedang memegang stir dengan santai. Lagu yang diputarkan di radio sangat mengajak orang untuk segera memejamkan mata. Jam segini biasanya lagu-lagu yang diputar di radio kebanyakan adalah lagu melankolis sebagai lagu pengantar tidur.

Ana yang duduk di sebelah Andre sudah terlelap dalam mimpinya. Aku selalu berharap jika aku tidak bisa masuk ke dalam hidupnya setidaknya aku bisa masuk dalam mimpinya. Sebelum kita berangkat Andre memang menyuruh Ana untuk tidur di sebelahnya, karena tahu aku baru saja mendingan dari alerginya. Jika Ana duduk di sampingku entah apa yang akan terjadi dalam perjalanan ini.

Jalanan terlihat sangat padat merayap di depan pintu tol Cikampek. Terlihat lampu-lampu mobil mewarnai sepanjang jalan. Bahkan ada beberapa mobil yang lebih memilih menepi untuk istirahat, dan melanjutkan perjalanan mereka besok pagi.

"Kalian nginep di rumah gua aja, udah malam" kataku.

"kalian mau nyampek rumah jam berapa, kalau jam segini masih di sini" lanjutku.

"Oke aja, Ana juga sepertinya sudah lelah" Kata Andre terus fokus ke depan.

"Besok gua anterin kalian ke pulang, jadi tidak usah order mobil online" kataku

Aku sudah sangat penasaran di mana sebenarnya tempat tinggal mereka. Jika mereka balik ke Jakarta hanya mengantar aku sampai rumah, lalu pesan taksi atau mobil online. Mereka tidak pernah mengizinkan aku tahu mereka tinggal di mana. Ada apa dengan tempat tinggal mereka, dan apa hubungan mereka berdua. Bayangan itu terus menghantuiku.

Andre dan Ana, mereka terlihat sangat dekat. Mereka juga saling memahami satu dengan yang lainnya. Aku sempat mencurigai mereka punya hubungan yang lebih dari teman. Tetapi, Andre mengelak prasangka itu. Andre selalu meyakinkan kepadaku, bahwa dia dan Ana hanya punya satu hubungan, teman dari kecil. Dan aku sampai sekarang tidak berani menanyakan hal yang serupa kepada Ana. Aku takut, Ana akan salah sangka, jika aku menanyakan hal itu.

"ni bro" kata Andre sambil melemparkan kunci mobil ke aku sesaat setelah mobil diparkirkan di bagasi rumahku.

"Oke kalian istirahat deh, gua juga lelah" kataku sambil berjalan meninggalkan mereka di belakang. Mereka sudah tidak perlu ditunjukan mana kamar tamunya, karena mereka pernah main dan sesekali menginap di sini.

"Malam bro" kata Andre menuju kamar tamu dan Ana yang mengikutinya masih berjalan dalam setengah sadar dari tidurnya. 

***

Ana Prov

Aku akhirnya tidur lagi di rumah ini. Sebenarnya sangat tidak nyaman tidur di sini, rumah yang pernah meninggalkan kenangan yang tidak nyaman buatku. Rasa kantukku tang aku rasakan di dalam perjalanan tadi mendadak menghilang saat aku tahu kalau harus menginap di rumah ini lagi. Apalagi hari ini hari jum'at besok adalah akhir pekan.

Saat yang paling tidak inginkan adalah secara tidak sengaja akan bertemu dengan pemilik rumah ini, Handoko Nugraha. Dia adalah Ayah Bagus, sekaligus orang yang sangat aku hindari. Selama aku mengenal Bagus, aku tidak ingin sekali pun melihat wajah Handoko.

Aku sudah sering mendengar tentang orang ini, orang yang sangat maju di dunia bisnis. Bukan hanya bidang industri pangan saja yang dia kembangkan tetapi dia juga menguasai bisnis di bidang industri tekstil. Entah sekarang dia sedang mengembangkan industri apa lagi setelah ini. Wajah dia sudah sering terpampang di majalah – majalah bisnis yang beredar.

Dunia bisnis yang sangat maju, juga mempunyai banyak rahasia di dalamnya. Dan aku salah satu sisi gelap dari Handoko Nugraha, dan aku harus merasakan sisa hidupku seperti sekarang ini. Tapi aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupan ini. Aku bisa melalui hari hariku sebagian besar karena bantuan dari Andre. Entah apa jadinya aku, jika tidak ada Andre di sisiku.

"hfff….. Aku harus segera tidur, agar besok pagi pergi dari rumah ini" kataku sambil menghembuskan nafas sekuat kuatnya seperti membuang angin sebanyak-banyaknya dari dalam para-paruku.

"Semoga saja aku tidak bertemu dengan Handoko" lanjutku sambil mulai merebahkan diri di kasur.

Handoko adalah salah satu orang yang sangat tidak ingin aku temui. Tapi pertemanan aku dengan Bagus murni tidak ada sangkut pautnya dengan Handoko. Aku selalu mengajak Bagus untuk tidak terbiasa dengan kehidupan mewahnya sekarang. Aku tidak mau Bagus menjadi Handoko selanjutnya yang menghalalkan semua cara untuk mengembangkan bisnisnya.

Bagus tidak sama dengan Handoko. Saat pertama kali aku mengenal Bagus, terus terang saja aku tidak tahu jika dia anak dari Handoko Nugraha. Aku melihat dia sosok yang sangat darmawan, mungkin sifatnya turun dari mamanya. Tidak terlihat sifat ambisus dan egois di diri Bagus, walupun masih ada sifat sombong terkadang terlihat di dirinya tapi itu masih bisa dihilangi.

Tiga tahun kami menjadi teman dekat, sifat sombong yang terlihat pertama kali kenal dia sudah mulai menghilang. Tetapi sekarang yang muncul di dirinya sifat playboy, dengan mulut yang gampang mengeluarkan kata-kata sayang. Di otak mulai berputar kembali kata-kata sayang yang pernah bagus ucapkan.

"Andai dulu tidak ada kejadian yang menyakitkan, akankah kita seperti sekarang ya?" tanyaku sambil mengenang masa laluku bersama bagus.

"kita pasti masih saling kenal dan akrab seperti sekarang, tapi pasti jalurnya tidak sama" kataku dan tidak terasa air mata sudah membasahi pipiku karena mengenang masa-masa indah sekaligus menjadi masa-masa yang menyedihkan. Aku tutupi wajahku dengan bantal agar suara tangisku tidak terdengar. Dan aku coba untuk mulai memejamkan mata ini walaupun sangat sulit aku lakukan.

Kenangan-kenangan pahit dulu masih terus berputar dalam otakku. Aku sangat sedih, takut dan benci. Semua perasaan itu bercampur menjadi satu saat ini. Aku masih sangat mengingat orang-orang yang menyebabkan kejadian lima belas tahun yang lalu. Kejadian yang tidak bisa aku lupakan.

Lima belas tahun yang lalu, aku dan Bagus pernah saling mengenal. Dan kami juga cukup akrab saat itu. Tetapi, sepertinya Bagus tidak mengingat kejadian lima belas tahun yang lalu. Saat aku menanyakan dia sekolah di mana saat sekolah dasar, dia tidak ingat. Yang dia ingat, dia hanya bersekolah dari rumah. Dia tidak ingat tentang masa kecilnya, dan dia juga tidak mengingat aku dan Andre.

Malam ini, aku harus segera tidur. Agar besok pagi, aku bisa segera meninggalkan rumah ini. Sebelum aku bertemu dengan Handoko.