webnovel

Meet Him Again 1

Dia adalah sosok indah yang Tuhan berikan untukku. Segala yang aku inginkan ada padanya.

Dia tampan, bukan narsis, tapi kata orang begitu. Dia bisa memainkan berbagai macam alat musik. Suaranya pun layak masuk ruang audisi. Dia tinggi dan sedikit agak kurus. Aku hanya sepundaknya.

Begitu nyaman saat aku bersandar pada punggungnya.

Aku menyukai hal romantis. Tapi aku membenci gombalan receh. Tapi kadang romantis dan gombal itu tak jauh berbeda. Banyak wanuta yang sering salah memaknai. Haha... dia memang penuh kejutan.

Tak banyak bicara dan cenderung cuek.

Mungkin banyak yang menganggap tipe seperti ini adalah tipe cowok yang membosankan. Tapi bagiku, ayolah, aku justru terobsesi padanya.

Semakin dia cuek padaku, semakin semangat aku untuk menggodanya. Aku berambisi untuk menurunkan dia dari singgasana egonya.

Dia memang rajanya egois. Tapi aku suka.

Karena dengan keegoisannya, dia hanya melihat aku sebagai wanitanya.

Senyuman tipis dan pelitnya membuatku tidak bisa tidur. Selalu membayangi hariku.

Aku bisa senyum-senyum sendiri hanya teringan tentangnya. Ah, pipiku jadi memanas. Aku memerlukan kipas!

Dia memang tak terlupakan.

Karena sikapnya yang cenderung cuek, dia bahkan jarang sekali mengucapkan kata cinta padaku. Meski aku memintanya untuk mengucapkan kata cinta padaku, dia tetap ogah melakukannya.

Wanita itu akan merasa tenang jika sang pasangan mengatakan cinta padanya.

Simple mind memang. Dia jarang mengucapkan cinta padaku membuatku berpikir jika dia tidak mencintaiku.

Namun aku salah...

Aku yang belum memahaminya.

Dia mengekspresikan rasa cintanya padaku dengan caranya sendiri. Tidak bilang cinta belum tentu tidak cinta. Iya, dia adalah sosok yang seperti itu. Tipe yang lebih banyak aksi daripada bicara. Kenapa aku meragukan cintanya? Dasar bodoh... harusnya aku paham sifat bawaan lahirnya yang super cuek bin cool itu. Yang tak kenal dekat dengannya pasti akan membeku jika berdiri di sampingnya.

Ayolah, aku tahu aku ini hanya berlebihan dalam mendiskripsikan dirinya. Hanya saja, semua itu dari hatiku, dari bagaimana aku melihatnya.

Kisah kami berjalan sangat baik pada awalnya. Kami berkencan layaknya kekasih pada umumnya.

Jalan-jalan...

Hujan-hujanan...

Bergandengan tangan...

Bahkan belajar bersama demi ujian...

Tuhan.. saat itu begitu manis.. aku selalu ingin waktu berhenti ketika aku berbagi kasih dengannya.

Ada getaran besar di dadaku saat aku memandangnya.. begitu kosong jika aku jauh darinya.

Seberapa besar cintaku?

Jangan tanyakan itu! Akupun tak bisa mengukurnya. Saat aku memikirkannya, dia langsung mengirimku pesan dan menanyakan apakah diriku baik-baik saja.. saat dia ada masalah, aku merasakan kesedihan yang dipendamnya..

Inikah yang dinamakan batin yang terhubung?

Alay mungkin.. ataukah lagi-lagi berlebihan. Percayalah, itu yang kami rasakan!

Namun...

Namun..

Kisah itu sudah usai... sudah usang.

Tak ada lagi kisah antara aku dengannya. senyuman itu berbuah luka.. tali yang kami ikat bersama mencekik diri.

Tak ingin berpisah, tapi nasib membuat kita memilih jalan masing-masing.

Kami tak berdaya..

Aku tak bisa..

Diapun tak kuasa...

Sebanyak apapun kita berpikir. Sebanyak apapun harapan untuk tak berakhir. Tapi gunung nan tinggi berdiri kokoh tak terkikis. Memisahkan jarak yang tak kunjung menipis.

Sadarkan diri.. tak boleh egois.. air mataku ini, tidak! Tapi air mata kita menjadi bukti betapa besar kita saling mencintai.. pelukan hangat ini menjadi saksi bagaimana kita mencoba mengerti. Mencoba untuk memahami.

Kau dan aku tak bisa bersama. Bahkan lagi.

Tak bisa terikat dalam satu benang cinta.

Kami pasrah dan menyerah...

Beban beda keyakinan membuat kami tak berdaya.

"Sayang... aku saat ini tidak baik-baik saja. Apakah kau jauh lebih buruk dariku?"

***

Aku melangkahkan kakiku menyusuri gerbang masuk kampusku. Universitas K adalah satu dari jajaran kampus terbaik di negeri ini. Beruntung aku bisa menjadi salah satu dari 4000 mahasiswa yang diterima.

Usaha keras memang tak menghianati hasil.

Aku jadi ingat usahaku sebelum diterima di kampus ini. Aku mengikuti bimbel dan les sana-sini. Aku menghabiskan malam dengan banyak belajar. Kukira aku akan gagal karena sewaktu mengikuti ujian aku sempat demam. Tapi Tuhan sangat menyayangiku. Semua memang penuh kejutan.

Dan kejutan itu membuat hatiku berbunga.

Alma materku, aku berjanji akan menjadi yang terbaik. Sebisaku. Semampuku.

Fighting!!!

***

Ospek

Kuliah tanpa ospek rasanya hambar. Walau aku sedikit pemalu, sesungguhnya aku tak nyaman jika harus berhadapan dengan banyak orang. Tapi aku juga ingin menjalin pertemanan.

Uuhh...

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku saat harus berkumpul dengan kelompokku.

Ada banyak jenis orang dalam kelompokku. Tampan, cantik, baik, pendiam, humble, dan juga beberapa dari mereka terlihat sangat mencolok.  Bisa ya mereka dengan mudahnya bergaul?

Andai saja aku tak sekaku ini, aku yakin aku sudah bisa membuat banyak jalinan pertemanan.

Haaahh..

Aku malah hanya terdiam di pojokkan.

***

"Apa acara ospek kali ini membuatmu tak bisa bersenang-senang?" Suara seorang laki-laki menganggu istirahatku.

Aku menoleh kepadanya.

"Yo.." Kata dia sambil memamerkan senyum terbaiknya.

"Kak Rezky? Kau mengagetkanku!"

Rezky Juliansah. Tetanggaku, teman masa kecilku. Manusia pemilik senyum terindah yang bisa mengalihkan dunia. Tidak berlebihan, dia memang seperti itu. Aku bahkan sering dibuat bingung olehnya. Aku tak paham kapan dia sedih atau menderita. Yang aku tahu, saat ayahnya meninggalpun, dia masih bisa menangis sambil tersenyum seperti orang gila.

Hanya saja, aku merasakan luka yang begitu dalam dari sorot mata teduhnya.

Semua orang yang melihatnya saat itu pasti akan meminjamkan bahunya untuk dia bersandar. Akan memberikan tangannya untuk menghapus air matanya, untuk mengusap punggungnya, dan berucap jika semua akan membaik, semua akan baik-baik saja.

"Kau.. kenapa tidak membalas pesanku? Aku bilang akan menjemputmu! Kostmu dimana? Kenapa kau tidak memintaku mencarikan kost yang dekat dengan kostku saja? Bagaimana kalau kostmu itu tidak aman? Kau itu anak baru di sini, aku harus menjagamu!" Dia ngomel panjang lebar.

"Kau itu bertanya atau introgasi sih? Aku bukan tersangka! Lagian, aku sudah bukan lagi anak kecil cengeng yang perlu kau gendong kemana-mana!" Kataku.

"Hah? Bilang apa kau ini? Kau itu masih bocah ingusan yang bisanya nangis kalau beli es cream tapi pas buka es creamnya tumpah!" Dia tidak mau kalah.

"Itu dulu! Huh, aku tidak mengabaikanmu, Kak Rezky sayang... Kau bilang jadi Komisi Disiplin, kau pasti sangat sibuk. Aku tidak ingin menyusahkanmu."

"Kau boleh menyusahkanku seumur hidupmu.."

Aku tersenyum. "Iya, aku akan selalu menyusahkanmu.."

Dia mengacak-acak rambutku. "Jangan terlalu mencolok, kakak angkatan ganjen akan mengincarmu. Aku bukan pendamping kelompok, jadi aku tak bisa melindungimu setiap saat."

"Iya. Lagian, apa yang mencolok dariku?"

"Tidak ada.. hahaha.."

Anjir banget Kak Rezky mah. Kukira dia bakal memuji kecantikanku, tapi selalu seperti itu. Bercanda dan bercanda melulu.

Sepeninggal Kak Rezky, ospek kembali dilanjutkan dengan pengenalan lokasi dan lingkungan sekitar kampus. Banyak tempat yang belum aku ketahui. Ini menarik, aku bisa mengelilingi fakultasku.

Oh iya, sudah sejauh ini aku belum berkenalan.

Namaku Ayumizawa Rie. Rie panggilanku. Anak tunggal keluarga Ayumizawa. Nama Jepang? Ya, berasal dari mendiang kakekku. Tapi aku tak bisa berbahasa Jepang, aku bahkan juga belum pernah ke sana.

Mahasiswi Universitas K. Fakultas Ekonomi. Jurusan Bisnis International. Usia 18 tahun.

Tidak ada yang menarik soal diriku. Aku hanyalah manusia biasa yang selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepadaku.

Jika aku bersyukur dengan apapun yang aku miliki saat ini, aku akan baik-baik saja. Aku tidak menginginkan hal lebih, tapi Tuhan selalu memberiku lebih.

Hidupku sudah sangat sempurna...

***

Jam 5 sore, acara ospek hari pertama usai. Aku menunggu Kak Rezky ambil motor di gerbang depan. Dia bilang ingin mengantarku pulang ke kost sekalian ingin tahu dimana aku tinggal.

Lamaaaa....

Sudah 15-an menit berlalu. Tidak apa-apa. Dia pasti apel panitia ospek terlebih dahulu. Aku akan menunggunya lagi.

Beeeb beeeb... bunyi notifikasi WA ku.

"Aku baru selesai apel. Aku langsung menuju parkiran buat ambil motor. Tunggulah sebentar lagi!" Bunyi pesan darinya.

Tuh.. benar, kan? Dia memang sedang sibuk. Padahal tadi aku sudah bilang jika aku bisa pulang sendiri.

Baiklah.. sebentar lagi dia paling akan datang.

Aku meluruskan kakiku. Pegal sekali rasanya. Hari ini terlalu banyak kegiatan outdor. Bikin lelah fisik saja.

Aww... kakiku sakit sekali.

"Maaf aku tidak sengaja." Sebuah tangan menjulur di hadapanku. Aku meraihnya dan bangkit dari dudukku.

Uhh, kaki sakit sekali karena 'ketendang' kakinya.

"Terima kasih..." Kataku.

"Kau baik-baik saja? Kakimu terluka? Haruskah kita ke klinik kampus depan sana?" Suara dia terdengar familiar. Laki-laki memang kebanyakan memiliki suara serak basah, kan?

"Tidak apa-apa." Kataku. Memang sakit. Tapi tidak perlu ke klinik juga kok.

Aku menoleh. Mencoba menatap lawab bicaraku.

Aku terdiam untuk beberapa saat.

Diapun begitu.

Wajah itu...

Mata indah itu...

Senyuman hangat itu...

Garis rahang yang tajam itu...

Hidung mancung itu...

Ahh...

Dia memang sangat familiar.

Semua yang ada padanya sangat familiar. Sangat mudah dikenali. Tak bisa dilupakan. Selalu terkenang. Selalu terbayang-bayang.

"Rie..." Katanya pelan.

"Yu... Yuwan?" Aku terbata. Nama itu sudah lama tak keluar dari bibirku. Aku gemetar hebat. Hatiku tergoncang.

Aku mencoba kembali memastikannya. Sungguh. Laki-laki bernama Yuwan itu sedang berdiri di hadapanku. Dia semakin tampan. Meski lebih kurus dari saat itu, tapi dia menjadi lebih tinggi.

Yuwan...

Yuwan Shang.

Benar. Dia adalah Yuwan Shang!

Aku tidak mungkin salah mengenali. Dia memang Yuwan Shang!

Aku tidak pernah lupa sosoknya. Aku tidak bisa melupakan segala yang ada dalam dirinya meskipun aku ingin.

Sungguh.. hati ini terasa tersayat. Sakit sekali.

Aku yang gemetar langsung melepaskan genggaman tanganku darinya.

Aku menundukkan kepalaku. Bagaimana aku harus menatapnya?

Setelah sekian lama. Setelah hampir tiga tahun berlalu. Kenapa harus bertemu kembali?

Yuwan Shang, mantan kekasihku.