webnovel

Prolog

Richard...

"Apa yang kamu tawarkan untuk menjadi suamiku? Harta? Rumah? Kekayaan? Perhiasan?" tanya wanita cantik itu sinis.

Laki-laki di hadapannya menatap wanita itu dengan tatapan tenang. Sangat jelas karismanya terpancar dari ketenangannya dalam menghadapi wanita itu.

'Sial! Dia tampan sekali. Jantungku bahkan mulai berdebar tak keruan,' rutuk Jelita dalam hati. Sekilas tadi, matanya memindai keindahan dari wujud laki-laki tampan di hadapannya itu.

Wajah yang tampan secara paripurna dengan rahang yang begitu kokoh dihiasi sedikit bulu halus di dagu membuat kesempurnaan pada salah satu karya Tuhan itu.

"Kamu tahu, aku punya semua yang kamu sebutkan tadi. Tapi, aku tidak menilaimu berdasarkan materi. Kamu lebih berharga dari emas di puncak Monas dan lebih mewah dari bangunan Taj Mahal di India," sahutnya lembut.

Masih dengan sikap tenang yang memabukkan bagi Jelita. Laki-laki itu menatap wanita yang ia damba tanpa berkedip sedikitpun. Ia mencoba menerobos pertahanan dinding es yang sengaja Jelita buat untuk mengusir para kumbang-kumbang yang iseng.

"Lalu? Apa yang kamu tawarkan jika bukan semua itu?"

Jelita hampir saja tergagap memastikan kelanjutan ucapan dari laki-laki yang kini tengah menatapnya sangat intens. Keahliannya dalam berperan sedang diuji oleh seorang Richard.

"Menurutmu, kamu membutuhkan apa dariku?" ucapnya balik bertanya.

Jelita tak menyangka jika ia akan mendapatkan lontaran pertanyaan dari laki-laki yang menginginkan dirinya.

Sejarah selalu mencatat bahwa ia selalu saja menang dalam menghadapi para lelaki hidung belang. Mereka selalu sesumbar dengan kalimat yang hampir mirip dengan maksud yang sama, yakni cinta. Bagi Jelita, cinta hanya untuk orang yang lemah. Ia tidak pernah percaya pada cinta, bahkan romantika cinta pertama atau jatuh cinta pada pandangan pertama, itu hanya terjadi dalam drama Korea. Realita tak pernah mengajarkan Jelita untuk terbuai dalam angan manis seperti itu.

Namun kini, Jelita harus menjawab apa untuk mendorong laki-laki di hadapannya itu agar menjauh darinya. Ia bahkan tak berani lagi menatap netra coklat terang milik sang lelaki. Ia takut jatuh cinta!

'Sial! Wahai jantung, berhentilah membuatku kerepotan!' maki Jelita dalam hati.

Jelita benar-benar dibuat tak berkutik di hadapan Richard. Seorang duda tampan nan tajir. Siapa yang tak tergoda menjadi istrinya. Tapi Jelita tak melihat itu. Ia butuh lebih dari sekedar penilaian manusia.

***

Gilang...

"Aku mencari laki-laki yang kuat. Kuat iman,

kuat mental dan kuat tahan lama," ujar wanita cantik itu sambil menyunggingkan senyum miring di bibirnya.

Laki-laki di hadapannya hanya bisa melongo saja. Otaknya seperti sedang mencerna kalimat-kalimat yang terlontar dari bibir mungil nan pedas itu.

"Maksud kamu ... Seperti binaragawan Ade Rai?"

Laki-laki itu benar-benar polos. Jelita hampir saja merobek posisi bibirnya untuk tertawa terbahak-bahak.

'Sial! Dia imut sekali,' rutuknya dalam hati.

"Bisa jadi," sahut Jelita sambil mengedikkan bahu.

Sang lelaki semakin terhanyut dalam kebingungan. Dalam otaknya tergambar tubuh Ade Rai yang kekar dengan otot-otot lengan yang bergelembung.

Melihat wajah sang lelaki seperti itu, membuat Jelita akhirnya mau tak mau melanjutkan ide jahil yang sejak tadi bersarang di otaknya itu.

"Hei, kamu! Dengarkan baik-baik dan camkan dalam otak laki-lakimu itu!" ujar Jelita sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan hidung sang lelaki.

"Pertama, kuat iman. Artinya kamu tidak pernah tergoda dengan wanita manapun, meski wanita yang datang secantik Luna Maya. Kedua, kuat mental. Kamu harus kuat secara mental karena hidup bersamaku bagaikan hidup dalam aquarium kaca. Semua orang memandang kita. Dan semua orang seenaknya mencela pergerakan kita. Dan yang terakhir ... "

Jelita menjeda ucapannya. Matanya menatap tajam ke arah netra sang lelaki yang nampak serius mendengarkan ucapannya. Ketiga jarinya tak kalah berperan. Jelita masih menodongkan jarinya ke depan hidung sang lelaki.

"Kuat tahan lama di ranjang! Kamu ngerti 'kan? Atau harus ku artikan dengan penjelasan dan isyarat tangan?" ujar Jelita sambil sedikit mengibaskan tangannya seolah ingin mempraktekkan penjelasan kalimatnya.

"A-aku mengerti! Su-sudah ... Jangan diteruskan. Oke, aku paham," ucap Gilang gagap. Ia menyela ucapan Jelita agar wanita cantik itu menghentikan gerakan yang membuatnya berfantasi ria.

Buru-buru laki-laki itu mengembuskan napas lega. Ia bahkan mengusap dadanya untuk menenangkan diri.

"Astaghfirullah ... "

Telinga Jelita menangkap gumaman dari bibir tebal nan paripurna itu.

Jelita tersenyum simpul. Dalam hati ia ingin sekali tertawa lepas. Wajah polos Gilang sungguh membuatnya ingin sekali melahapnya.

'Gila! Dia benar-benar menggemaskan!' umpat Jelita dalam hati.

Jelita seperti berada di dimensi anak SMA jika berhadapan dengan Gilang. Seorang pemuda tampan dengan status perjaka ting-ting. Tak hanya itu, keunggulan yang dimiliki Gilang, sikapnya yang santun dan mampu menjaga diri dari pergaulan di sekitarnya yang mengusung tema kebebasan dalam berekspresi --pun dalam hal bersentuhan dengan lawan jenis.

'Andai aku masih SMA, sudah pasti akan ku abadikan laki-laki seperti dia di dalam lemari kaca!' batin Jelita saat pertama kali mengenal Gilang.

***

"Astaga! Kamu gila Lita! Ayolah ... Berhenti bermain-main dengan para laki-laki itu. Kamu harus move on, sayang... Kamu gak harus membuang waktumu yang berharga untuk meladeni para lelaki itu," ujar Vidya gemas.

Vidya, sahabat dekat Jelita yang selalu saja dibuat tertawa terpingkal jika sudah mendengar cerita para lelaki yang mendekati Jelita.

"Biar saja! Aku kesal dengan mereka yang terus menerus membuntutiku belakangan ini."

Jelita mendengkus kesal sambil mengaduk minuman dingin di tangannya.

"Oke... Oke... Terserah kamu saja. Aku percaya kamu bisa membasmi semua lelaki hidung belang di muka bumi ini!" goda Vidya seraya tertawa mengejek.

"Sialan kamu! Memangnya aku Cat Women!"

"Tapi ingat satu hal! Sekeras apapun prinsipmu untuk menjauh dari laki-laki, maka sekeras itu pula mereka akan terus merangsek masuk ke dalam hatimu. Aku harap, kamu sudah siap untuk menghadapi episode patah hati berikutnya," ujar Vidya.

***

Dibalik semua sikap judes dan dingin yang dibangun Jelita, tersimpan hati yang sangat hangat untuk kedua buah hatinya. Ya! Siapa yang menyangka tubuh mungilnya itu telah melahirkan sepasang bayi kembar lima tahun yang lalu.

Jelita adalah seorang janda dan itu adalah RAHASIA TERBESARNYA!

Tak ada satupun laki-laki yang mendekatinya, mengetahui rahasia di balik tubuh mungil nan cantik itu. Jelita pandai memainkan perannya sebagai seorang gadis perawan yang cantik.

Hanya keluarga dan sahabatnya saja yang mengetahui rahasia statusnya sebagai seorang Janda.

Bukan keinginan Jelita untuk menyembunyikan, tapi ia tak ingin citra buruk terus melekat di hidupnya, meski ia tak bisa memungkirinya. Tujuannya tak lain adalah kebahagiaan dan ketenangan bagi anak-anaknya.

Bagaimanakah kisahnya hingga ia bisa menjadi seorang janda?

Karyaku selanjutnya, setelah sekian lama hiatus, semoga suka yaaa...