"Bang, bisa ajari aku mengemudi?" Tanya Lita sambil menatap lurus kedepan.
"Bisa, mau sekarang?" Jawab Leo cepat.
Lita mengangguk antusias, Sambil memamerkan cantik wajahnya. Leo dan Lita kemudian saling bertukar posisi dan Lita mulai memegang kemudi. Lita hanya belajar mengemudi di jalanan area taman Berputar putar kurang lebih satu jam. Perlahan tapi pasti, Lita mulai lancar mengemudi. Saya tangkap Lita memang pantas di acungi jempol. Sungguh sangat mudah menerima hal baru dan mudah sekali hafal.
Saat dirasanya Lita mulai mahir mengemudi, Leo melakukan VC dengan Robby. Niatan Leo adalah membangunkan sisi cemburu Robby dan berharap lambat laun bisa berubah menjadi perasaan saling memiliki antara Lita dan Robby.
"Hai, lihat! Istrimu mulai pandai mengemudi." Ucap Leo penuh percaya diri dan senyum sumringah.
"Kami sedang mengemudi sekarang, kamu sedang apa?" Tanya Lita dengan wajah bahagia karena bisa mengemudi dan sesaat lupa jika dia dan Robby sedang tidak bertegur sapa.
"Besok kamu pulang kan?" Tanya Leo.
"Ya." jawab Robby singkat.
"Tunggu, ini mirip seperti mobil kecilku?" Kata Robby yang mengenali mobil mini Cooper kesayangannya yang di namainya honey.
"Iya, aku suka. Dia imut!" Jawab Lita spontan tanpa melihat ekspresi wajah Robby.
"Berhenti sekarang! kalian apakan honey ku? Tidak...! Berhenti!" Teriak Robby penuh amarah.
"Kenapa dia marah?" Tanya Lita kepada Leo, Lita melihat Leo dan tidak memperhatikan jalanan. Lita bingung dan gagal fokus hingga menabrak sebuah pohon besar di tepian jalanan area taman.
Video call masih terhubung, terdengar keributan saat tabrakan itu terjadi. Tubuh Robby menjadi lemas seketika melihat itu dari VC yang asih terus di lakukan.
"Kita nabrak?" Tanya Lita yang terlihat syok diam melongo menatap kap mobil yang sudah penyok dengan jantung Jang berdetak tak beraturan.
"Matilah kita bakal kena marah suamimu." kata Leo sambil menepuk keningnya dengan kecemasan yang amat sangat.
"Kenapa? kan hanya nabrak dikit." Kata Lita yang belum turun melihat keadaan mobil suaminya.
Lita dan Leo turun dan ingin memanggil truck derek. Mata mereka tertuju pada kap mesin yang terlihat setengah melipat dan mengebul Serta bumper depan yang jatuh terlepas saat akan di derek. Lita melongo menutup mulutnya dan Leo menggeleng gelengkan kepalanya sambil menunduk Kelu.
Di Dalam hotel.
Robby tiba tiba menendang kursi yang menghadap ke jendela luar. Dengan sigap Rio langsung menyisihkan benda benda berharga dari hadapan Robby. Rio ingin menyelamatkan benda benda itu dari amukan tuannya.
"Honey! Dia, berani dia menyakiti honeyku?" Kata Robby sambil memasang wajah kecewa dan marah sekaligus.
"Ada apa lagi pak?" Tanya Rio yang bingung.
"Ada apa, ada apa. Kapan kita selesai pertemuan?" Tanya Robby balik.
"Kita masih ada janji temu klien dua hari lagi. Dan hari ini, jadual kita masih padat sampai dua hari kedepan."
"Oh iya, kita ada janji makan malam dengan nona Bella." Kata Rio menjelaskan agendanya.
"Arggghh...! Honey! Kamu baik baik saja?" Teriak Robby penuh kecemasan mengkhawatirkan keadaan mobil kesayangannya.
"Sinikan ponselku, sinikan!" Teriak Robby kepada Rio yang mendekap laptop dan ponsel Robby.
*Kalau ini di banting lagi, akan bertambah runyam lagi pekerjaanku. Aku harus melindungi benda ini.* Pikir Rio sambil mengulurkan ponsel tuannya.
Robby mengotak atik ponselnya lalu menghubungi Lita.
"Hallo!"teriak Robby di awal pembicaraan.
"Ya" jawab Lita perlahan.
Lita sadar betul akan kesalahannya, hal itu membuatnya tak berani berbicara banyak dengan suaminya sendiri.
"Ya, Ya! Mana tawa kamu yang cengengesan tadi huh!" Ketus Robby penuh kekesalan.
"Maaf" Jawab Lita lirih sambil menggigit bibir bawahnya.
"Maaf, katamu? Huh, enak saja. Tunggu aku pulang. Aku akan membuat perhitungan dengan kalian!" Teriak Robby kuat.
Suara Robby kuat memekik seperti menusuk gendang telinga Lita, Lita menjauhkan ponselnya dari telinga karena tidak kuat dengan teriakan suaminya.
"Maaf, aku akan perbaiki." Ucap Lita dengan nada memelas.
"Tidak!"
"Tidak, jangan pernah kalian sentuh lagi honey ku. Ingat, jangan pernah tanpa seijinku." Ujar Robby sambil mengepalkan tangannya.
Rio mulai berdiri siap siaga menangkap kearah mana ponsel tuannya itu akan di banting.
"Dasar pelit, sama istri sendiri saja seperti ini. Dasar, tukang marah marah. Nyebelin!" Gerutu Lita pelan sambil kembali menempelkan ponsel di telinganya.
"Apa? katamu tadi coba diulangi." Kata Robby yang samar samar mendengar Lita yang menggerutu.
"Tidak, aku tidak berkata apa-apa." Jawab Lita bohong.
"Pelit? istri sendiri, marah marah?"
"Hey, dengar ya kamu yang merasa sebagai istriku. Kamu mikir ya. Istri macam apa yang tidak melayani suaminya dengan baik. Istri macam apa yang tidak bisa memberi kesempatan kepada suaminya. Kamu, kewajiban apa yang sudah kamu penuhi terhadap kebutuhanku?" Oceh Robby dengan satu tarikan nafas.
"Pelit lagi katamu? di pikir lagi, kamu tinggal di rumah semua kebutuhanmu, dari makanan, bahkan uang shoppingmu semua sudah aku siapkan meski kamu tidak mau menyapa atau sekedar bertanya padaku. itu yang kamu bilang pelit?"
"Marah marah? Iya aku hobby marah marah! Puas kamu." Bentak Robby yang mengoceh sambil berjalan mondar mandir di ikuti Rio di belakangnya.
"Apa uang shopping?" Tanya Lita menekankan kata shopping.
"Iya, kenapa kurang?" Ketus Robby masih dengan nada marah.
"Tidak, aku tidak tau dimana kamu menaruh uang uang itu." Tanya Lita dengan polos.
"Astaga!! Kamu make up an atau tidak sih selama aku pergi? Uang itu ada di amplop coklat. Aku taruh di rak kosmetik kamu Lita!" Teriak Robby kesal.
"Ya maaf, selama kamu pergi aku tidak pernah memakai make up. Aku hanya memakai skincare yang ada di rak bawah." Jawab Lita jujur.
"Kenapa kamu ga pakai make up? Biar di gosipin orang orang, kalau seorang Robby Alfiansyah adalah laki laki yang pelit terhadap istrinya, yang hanya sekedar make up saja tidak mau membelikan.Kamu mau mencoreng namaku?" Kata Robby kesal.
"Bukan, bukan begitu. Tapi, bukankah kecantikan istri hanya bisa dinikmati oleh suaminya saja. Jadi kalau kamu tidak ada di rumah ya, aku biasa saja." Jawab Lita jujur.
"Apa?" ucap Robby yang masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Ah, sudah sudah. Aku mau kerja. Untuk mobil, bilang pada bang Leo. Suruh taruh di bengkel langganan aku." Kata Robby mengakhiri panggilan telepon seluler.
*Apa ini, dia tidak memakai make up berlebihan saat aku tidak dirumah. Dan uang itu aku taruh di dekat tak parfum, itu artinya dia sama sekali tidak memakai wewangian jika aku pergi. Dia berbeda dari mereka semua.* Batin Robby sambil tersenyum senyum bahagia.
*Itu berarti, baginya bang Leo bukan siapa siapa. Karena dia tidak mencolok atau menarik perhatian bang Leo. Hahahahaha* Batin Robby yang girang dengan pemikirannya sendiri.
"Kenapa aku tidak pernah menemui hal semacam ini sebelumnya?" Gumam Robby sambil menggenggam ponsel dan mengarahkan ke bibirnya.
Rio yang kebingungan bersiap menangkap ponsel itu.
"Kamu kenapa?" tanya Robby melirik tajam kepada Rio.
"Tidak pak, saya pikir setelah perdebatan dengan ibu tadi. Bapak akan melempar ponsel bapak lagi." Kata Rio sambil menutupi rasa malunya.
"Seperti ini maksud kamu?" Kata Robby sambil berpura pura melemparkan ponselnya.
Rio dengan sigap meloncat bersiap menangkap ponsel yang nyatanya masih aman berada dalam genggaman Robby.
"Hahahaha, Dasar! Siapkan berkasnya, ayo kita berangkat." kata Robby sambil melenggang dengan santainya.
*Sial, aku di kerjainnya. Eh tapi dia sudah bisa tertawa lagi semenjak kejadian dengan nona Sabrina itu. Atau, jangan jangan bapak sudah mulai menyukai nyonya Lita?* pikir Rio sambil menggaruk garuk kepalanya karena bingung.