webnovel

Pertemuan

Reina memasuki halaman kampusnya dengan langkah pasti, setelah Nathan hanya mendropnya di halaman kampus. Seperti biasa, Reina selalu mencium punggung tangan Nathan sebelum ia keluar mobil dan Nathan pasti mencium keningnya.

"Nanti pulang aku jemput jadi jangan pulang sendiri kaya kemarin", pesan Nathan sebelum pergi dan Reina hanya mengangguk.

Nathan hari ini harus ke kantornya, ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan, apalagi hari ini ia tidak ada mata kuliah apapun jadi Reina hanya di drop saja di kampus.

Nathan sudah mengantongi daftar mata kuliah yang diambil Reina apalagi memang dia yang membayar semua biaya kuliah Reina. Saat pembayaran, Yanda Reina sempat akan membayarnya namun Nathan melarang karena ini sudah merupakan kewajiban nya.

Yanda Reina amat bangga dengan menantunya, makanya ini membuat Reina makin tidak enak hati mengingat hal yang menjadi hak Nathan belum bisa ia berikan.

Masih banyak keraguan dalam hatinya sehingga sampai saat ini Reina masih belum melepaskan miliknya yang paling berharga yang seharusnya sudah menjadi hak suaminya Nathan.

Saat Reina memasuki ruang kelasnya, ada notif pesan masuk ke HP nya, Reina buru-buru mensilentkan HP nya karena akan memulai pelajaran. Tapi sebelumnya dia sempat melihat pesan masuk tersebut dan terpapang nama orang yang pernah memasuki hatinya.

"Pras ... Mau apa ya ?", bisik Reina dalam hati. Dibukanya chat dari Pras.

"Hai Rei. Sibuk?", cuma itu kata-kata dari Pras.

Reina hanya diam, dia lalu memasukkan HP nya ke dalam tas tanpa menjawab chat Pras. Sebentar kemudian dosen memasuki ruang kelas dan mulai mengajar. Reina berusaha fokus ke mata pelajaran namun tetap saja pikirannya tertuju pada chat yang dikirimkan Pras.

"Apa maksudnya ya", gumam Reina.

Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah memasuki jam 2 siang. Reina buru-buru menuju ke mushola kampus untuk menunaikan sholat Dzuhur terlebih dahulu walaupun perutnya sudah berbunyi minta di isi. Setelah selesai melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan, Reina bergerak ke arah kantin.

Saat ia sedang berjalan, matanya menangkap sesosok pria yang amat dia kenal. Darahnya seperti berhenti beredar. Cepat-cepat Reina berjalan mendekati pria yang tak lain adalah Pras.

"Ada apa ke sini Pras? Nathan sedang tidak kuliah hari ini", ujar Reina begitu ia berhadapan dengan Pras.

"Aku mencarimu", ujar Pras pelan.

Banyak mata memandang ke arah mereka karena mereka mengenal siapa sosok Pras, seorang model yang sedang naik daun.

"Ada apa mencariku? Bisakah kita ke tempat lain? Tak enak terlihat orang", ujar Reina agak risih.

"Aku hanya ingin bertemu", ujar Pras pelan.

"Sekarang sudah bertemu, jadi pulang lah", ujar Reina datar walaupun hatinya ingin berlama-lama dengan Pras.

"Kamu belum makan kan? Ayo makanlah bersamaku", ajak Pras sambil mengambil tangan Reina. Reina menepis tangan Pras.

"Baiklah, temani aku makan tapi ngga usa menyentuh ku Pras", ujar Reina bertambah risih. Reina kemudian berjalan ke arah kantin dan diikuti oleh Pras dibelakangnya.

"Kamu mau makan apa", tanya Reina setelah mereka memasuki kantin.

"Apa aja deh", ujar Pras tetap mengikuti langkah Reina.

Reina memesan 2 porsi somay dan lalu saat membayar, Pras lebih dulu menyodorkan uang untuk membayar makanan mereka. Lalu Reina mencari tempat duduk agak di pojok kantin itu.

"Kenapa kamu datang?", tanya Reina setelah mereka duduk.

"Entahlah. Aku habis menyelesaikan pekerjaanku dan tanpa sadar aku mengendarai mobilku menuju ke sini. Kemarinpun seperti ini. Hanya bedanya kemarin aku bertemu dengan Nathan tidak denganmu", ujar Pras pelan.

Reina dengan cueknya memakan somaynya sementara Pras belum menyentuh makanan nya. Dia hanya memainkan garpunya diatas piring dan matanya tak lepas memandang gadis yang ada di depannya.

"Akh Pras, kamu sekarang sudah menjadi suami orang, janganlah seperti ini", ujar Reina menegurnya.

"Aku sudah coba Reina, tapi aku tak bisa mengingkari kata hatiku. Aku masih mencintaimu", ujar Pras pelan.

"Pras, cinta kamu sudah terlarang buatku", ujar Reina membalas. Reina menyeruput teh manisnya, lalu ia menatap ke arah Pras.

"Pras tolong jangan lakukan ini lagi. Jangan katakan yang tak seharusnya kamu katakan dan jangan lakukan yang tak seharusnya kamu lakukan. Bukan kan aku dan kamu sudah saling mendoakan hidup kita masing-masing", ujar Reina tegas. Pras hanya diam. Dia lalu memainkan teh manisnya. Tak lama HP Reina berbunyi.

"Iya sayang. Aku ada di kantin sedang makan somay. Ini ada Pras di sini, dia mencarimu. Ya aku tunggu", ujar Reina berusaha setenang mungkin.

"Apa itu Nathan", tanya Pras. Reina mengangguk.

"Aku tidak mencarinya", lirih Pras.

"Tolonglah, bantu aku. Jangan katakan tentang kita pada Nathan. Aku tak mau Nathan berprasangka buruk terhadapku", ujar Reina pelan.

"Kamu mencintai Nathan?", tanya Pras yang membuat jantung Reina seakan berhenti berdetak. Belum sempat Reina menjawab, Nathan tiba-tiba membelai rambut nya dari belakang.

"Loh Pras ada apa, bukan kemaren kita sudah bertemu", ujar Nathan sambil duduk di samping Reina. Ia mengambil gelas teh manis Reina dan meminumnya.

"Itu aku sudah bawa proposal yang kemaren aku kasih tau kau", ujar Pras agak gugup.

Pras menekan perasaan nya saat ia melihat Nathan minum karena Nathan minum teh Reina tepat di gelas yang ada bekas lipstik Reina. Secara tidak langsung ia sedang menunjukkan kepada Pras kalau Reina adalah miliknya.

"Oh itu. Ya sudah mana? Nanti aku pelajari", ujar Nathan tersenyum.

"Kamu sudah selesai kuliah kan sayang?", tanya Nathan sambil tetap membelai rambut istrinya. Reina mengangguk.

"Aku mengantuk, nanti antar aku pulang dulu ya. Ini gara-gara kamu semalam jadinya aku mengantuk sekarang", ujar Reina.

Nathan hanya tersenyum, dia tahu maksud perkataan Reina. Pras lalu segera pamit kepada Reina dan Nathan setelah ia memberikan sebuah flashdisk kepada Nathan. Reina hanya mengangguk dan Nathan menyalami Pras. Reina sempat memandang ke arah punggung Pras yang berjalan menjauh.

"Apa masih mau bertemu?", selidik Nathan.

"Tidak. Aku sudah bersama mu jadi untuk apa aku bertemu dengan pria lain", ujar Reina agak judes.

"Maafkan perkataan ku", ujar Nathan lagi.

"Tak apa. Aku kalau jadi kamu pun mungkin akan menanyakan hal yang sama", ujar Reina sambil tersenyum.

"Ayolah hari sudah sore. Aku letih juga", ujar Nathan lalu menggandeng istrinya.

Reina hanya diam saat tangannya digandeng Nathan sampai menuju ke parkiran. Mobil Pras sudah tidak ada di parkiran. Tak lama merekapun keluar halaman parkir.