webnovel

Cinta & Gairah (Ana dan Andre)

Catatan : 21+ Gairah atau cinta manakah yang benar kamu rasakan terhadap ku? ketika muda, nafsu keingintahuan begitu meluap-luap. Apakah pertemuan yang kusesali ataukah rasa ini yang menyakitkan! Entahlah, semuanya terjadi begitu saja. Cerita ini berkisah mengenai cinta diantara Andre dan Ana yang telah menjalin hubungan selama 8 tahun, namun harus mengalami masalah ketika hendak menikah. Bagaimana akhir kisah mereka, akan tertuang dalam novel ini. Berharap kalian menikmati cerita kisah ini dalam menemani waktu luang kalian.

Pom_Pong · Urban
Not enough ratings
16 Chs

Swalayan

Setelah Andre pergi ke kantor, aku membersihkan rumah dan duduk bersantai di taman memandangi mawar-mawar kesukaanku yang Andre tanami untukku.

Waktu berlalu begitu cepat, seakan-akan baru kemarin kami menjalin asmara yang begitu mendebarkan. Tidak terasa kami akan segera menikah dan sebentar lagi aku akan mengenakan pakaian pengantin.

"Haahh (mengeluarkan nafas panjang),,, ini adalah hidup yang sempurna. Andre adalah kehidupanku" gumamku sambil menengadah ke langit yang cerah siang itu.

"Oh iya, Saya harus ke swalayan…"

Aku bergegas pergi mengambil dompet dan tasku yang berada di dalam rumah kemudian menuju ke swalayan di dekat rumah Andre.

Sesampainya di swalayan aku mengambil troli belanjaan hendak akan berbelanja untuk acara weekend kami. Kemudian aku menyusuri bagian daging sapi dan bahan-bahan untuk membuat barbekyu, dan tentu saja tidak lupa untuk mengambil beberapa bir kalengan.

Bruuk…. troli ku tak sengaja berbenturan dengan troli belanjaan orang lain, karena aku terlalu sibuk mengecek bahan-bahan yang harus di beli di dalam list handphone ku.

"Ah, maafkan saya. Saya sungguh tak melihat anda ada di depan saya"

"Hei… kenapa kamu bisa ada di daerah ini?" ujar seorang pria yang cukup tinggi dengan mata yang indah

Aku menegok ke kiri dan ke kanan, namun tidak ada seorang pun yang ada di hadapan pria itu, "Anda berbicara kepada saya?"

"Iya kamu…" kata pria itu

"Apa kita saling mengenal?" tanyaku bingung

"Ah, kamu rupanya mudah untuk melupakan orang-orang yang pernah kau temui. Aneh, bagaimana bisa kamu melupakan pria setampan diriku" ujar pria itu sambil sedikit menunjukkan ekspresi jika dia sedang berpikir.

"Dasar pria narsis" gumamku pelan

"Kamu bilang apa, saya tidak mendengarmu.."

"Ah, maaf kamu mungkin salah orang. Saya permisi dulu" Aku melangkah mendorong troli ku. Belum beberapa langkah, ia mengatakan sesuatu yang membuat aku kembali berbalik ke arahnya.

"Wanita bir... Apa sekarang kamu ingat denganku?"

Sontak aku teringat sewaktu beberapa hari yang lalu bertemu dengan seorang pria yang mengejekku di swalayan di dekat rumahku.

"Permisi, apa anda adalah seorang penguntit?

Bagaimana bisa kamu juga ada di daerah ini…"

"Hah… apakah wajah setampan diriku terlihat sebagai seorang yang suka menguntit wanita yang bahkan memiliki dada rata sepertimu" Ujar pria itu sambil melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Maaf, tapi kamu bukan tipeku" sambungnya lagi sedikit meledek

Ah, ada apa dengan pria ini. Dia selalu saja berhasil membuatku naik pitan ketika bertemu dengannya, kataku dalam hati. Dan entah mengapa aku seakan mau meladeni orang sepertinya untuk mencari perkara.

"Hah, kamu bahkan berpikir bahwa kamu mungkin saja akan menjadi idaman setiap wanita karena wajah tampanmu itu. Lihatlah, kamu terlalu tinggi untuk ukuran pria indo. Dan lihat caramu berpakaian, sungguh norak…"

"Oh, jadi kau mengakui bahwa aku adalah pria yang tampan" ia tersenyum manis.

Melihat senyumannya yang manis, aku sedikit kehilangan pondasi pertahanan… "Ah, dia benar-benar tampan… tidak…tidak… pria sepertinya banyak dimana-mana. Bahkan dia tak bisa dibandingkan dengan Andre" Pikirku

"Namun, berbicara mengenai tinggiku kamu telah terjebak" ujarnya.

Aku terkejut mendengar perkataannya, dan sadar kembali dari pikiran-pikiranku yang sempat memandangi dia yang agak sedikit manis saat tersenyum.

"Apa maksud anda?" kataku sambil mengernyitkan dahiku

Pria itu mendekat ke arahku dan berbisik "Bukan aku yang terlalu tinggi, tapi kamu yang terlalu pendek" Kata pria itu puas.

Wajahku memerah, dia berkata yang sebenarnya. Dan aku terlalu malu untuk melanjutkan perdebatan kami.

"Hmt,,, jika tidak ada urusan lain, saya permisi" Aku mengakhiri perdebatan kami sampai di situ dan melangkah dengan cepat menuju kasir untuk membayar.

"Saya harus cepat pergi dari sini, ah betapa malunya saya untuk terus ada disini" gumamku

Tanpa kusadari, pria itu tersenyum melihat tingkahku yang konyol. Entah apakah kami berjodoh untuk selalu bertemu di swalayan, ataukah ini hanya nasib sial lainnya yang mempertemukan ku dengan pria yang aneh. Namun satu hal yang pasti, saya tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi di lain waktu.

***

Di perjalanan kembali, ku melihat mobil Andre di coffee café dekat swalayan, aku mencari-cari melihat dari seberang jalan kemungkinan keberadaan Andre. "Ah itu dia, tapi dia bersama siapa!" Andre terlihat bersama seorang wanita muda sebayaku. "Sia…?" kenapa bisa mereka bertemu berdua. Mereka bahkan menghabiskan waktu mengobrol dengan melemparkan senyum satu dengan yang lainnya.

Aku hendak ingin menemui mereka, namun melihat belanjaan dan pakaianku saat itu, aku mengurungkan niatku.

Pip…pip… klakson mobil berwarna merah tepat berhenti di depanku. Seseorang menurunkan kaca mobilnya dan hendak berbicara denganku.

"Naiklah, aku akan mengantarmu" ujar pria dalam mobil

"Rupanya kamu si pria tinggi. Saya bisa kembali sendiri, sebaiknya anda berpura-pura saja bahwa kita tak pernah bertemu sebelumnya. Terimakasih" Ujarku menolak.

Bagaimana bisa pria ini ingin berbuat baik kepadaku setelah mengejekku di setiap pertemuan. Namun, saya terkejut ketika melihat pria itu turun dari mobilnya, dan tak kusangka ia membukakan pintu mobil untukku. Andre tunanganku saja bahkan tak pernah berpikir untuk melakukannya. Apa yang pria ini coba untuk lakukan terhadap ku?.

Aku hanya memandangi pria itu dengan kebingungan, lalu hendak melangkah pergi. Tiba-tiba tangan pria itu mengaitkan tangannya kepadaku,

"Jangan menolak niat baikku. Saya hendak berpikir mungkin kita akan menjadi teman yang menyenangkan" dia berekspersi menunjukkan ketulusannya.

Ada apa dengan pria aneh ini, "Ah, saya tidak berpikir untuk berteman denganmu yang mencoba mengejekku di setiap kesempatan" ucapku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya

"Anggap saja ini permintaan maafku, bagaimana?" ia masih bersih keras menawarkan niatnya

"Baiklah, Tapi hanya untuk kali ini saja. Kita tak saling kenal satu sama lain. Agak aneh jika sekarang kamu mau berteman setelah mengejekku" Ujarku pasrah saat tidak melihat peluang untuk menghindarinya yang terlalu bersih keras ingin mengantarku pulang ke rumah.

"Baiklah, silakan masuk" ujar pria itu dengan ramah

****