webnovel

Cinta diusia senja.

Alunan tasbih dilangit doa Laksana diam memberi makna.

windaresta13 · Teen
Not enough ratings
19 Chs

Sebait kertas masa suram.

 Kenangan bukanlah luka yang harus dirawat dengan cinta. Bukan hal baru yang harus selalu kau tunggu. Melainkan hanya sisa-sisa rasa yang terjebak oleh masa.

                                   _Naqueen-Zhea.

Alzhea pov.

"Qil, lo juga ada disini? " Tanya Zikran kearah Alfian.

     

   Aku hanya terdiam menatap lelaki itu. Ya dia tersenyum kearah ku. Tapi mata nya menyiratkan kepedihan yang tak mampu terbaca sekilas orang. Aku juga tak tau apa itu.

    Aku kembali fokus pada perahu kertas yang kulayarkan ditengah deraian hujan.Aku tak sekuat lelaki itu dalam menyembunyikan luka. Aku sadar sedari tadi air mata ku tak bisa berhenti mengalir bersamaan dengan air hujan.

    (Kalau kalian nanya gimana keadan mereka bertiga, mereka basah kuyup karena guyuran hujan yang lumayan lebat. Author mah nggak ikut hujan-hujanan. Takut ntar author sakit. Yahh, author hanya menjadi penonton mereka saja...)

     "Ia, tadi gue habis ketemu teman disini, dia pulang duluan karena ada acara dadakan. "Jelas nya yang hanya diangguki oleh Zikran.

     " Btw, lo sama Zhea ngapain disini?"Tanya nya sambil melihat kearah ku yang bungkam.

    "Gue lagi nemanin Zhea, mandi hujan, hehehe. " Aqil hanya ber oh ria mendengar jawaban Zikran.

     "Lo mau ngehancurin kenangan  bersama perahu kertas ini? " Kali ini pertanyaan Aqil mengarah kepadaku. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa ingin bersuara.

     "Ok, kita sama aku juga bawa diary kenangan kesini tapi bukan untuk dijadikan perahu kertas. " Aku menyernyitkan kening ku. Jujur, aku sama sekali tidak paham dengan perkataan laki-laki itu. Aqil segera mengeluarkan buku kecil berwarna abu-abu itu dari saku sweater nya.

      "Mana diary lo? " Gue mau ngajak lo kerja sama, buat hancurin semua kenangan pahit lo. "Lanjutnya yang kembali membuat ku heran. Matanya fokus pada Diary biruku yang belum sempat ku buat perahu. Tanpa persetujuan dari ku, dia langsung mengambil diary itu dari tanganku.

    " Lo pegang diary gue, dan gue pegang diary lo. Gue akan kembalikan pas gue udah berhasil menghancurkan kenangan pahit lo. Dan begitu juga sebalik nya. "Jelasnya.

   Aku melongo mendengar kata-kata Aqil barusan. Demi apa ada seseorang most wanted SMA Albaihary sebucin ini dalam perihal kenangan. Sampai-sampai dia mempunyai diary khusus.

   Kayak cewek aja, Bathin ku.

  " Kayaknya nih hujan nggak reda-reda deh zhe. Mending kita balik aja yuk."Ajak Zikran yang membuyarkan lamunanku. Aku hanya membalas nya dengan anggukan.

     "Qil, duluan ya." Pamit nya pada laki-laki yang menggengam Diary milikku itu. Awal nga aku ragu memberikan  nyawa kedua ku itu pada Aqil. Tapi Zikran memberikan tatapan isyarat pada ku. Ya, aku kan nggak mau nanti Zikran nurunin aku dijalan. Kan nggak lucu, nanti dikira gembel cantik lagi. Iya nggak Author?

     ***

   Sesampainya dirumah aku segera membersihkan diri. Dan setelah itu aku membuka Diary yang dititipkan oleh manusia misterius yang sangat aneh bin ajaib.

                             19 februari.

  𝓓𝓮𝓪𝓻 𝓼𝓲𝓼𝓪-𝓼𝓲𝓼𝓪 𝓱𝓪𝓽𝓲,,,

𝓢𝓪𝓪𝓽 𝔀𝓪𝓴𝓽𝓾 𝓼𝓮𝓭𝓪𝓷𝓰 𝓭𝓲𝓹𝓮𝓻𝓶𝓪𝓲𝓷𝓴𝓪𝓷 𝓴𝓪𝓷. 𝓐𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓾𝓼𝓪𝓱𝓪 𝓽𝓮𝓻𝓼𝓮𝓷𝔂𝓾𝓶, 𝔀𝓪𝓵𝓪𝓾 𝓼𝓮𝓽𝓮𝓵𝓪𝓱 𝓲𝓽𝓾 𝓵𝓪𝓰𝓲 𝓭𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓰𝓲 𝓪𝓴𝓾 𝓴𝓮𝓶𝓫𝓪𝓵𝓲 𝓽𝓮𝓻𝓲𝓼𝓪𝓴.

  𝓞𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓲𝓵𝓪𝓷𝓰, 𝓼𝓮𝓽𝓲𝓪𝓹 𝓬𝓮𝓻𝓲𝓽𝓪 𝓲𝓶𝓪𝓳𝓲𝓷𝓪𝓼𝓲 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓾 𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓴𝓪𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓪𝓻𝓲𝓴. 𝓣𝓪𝓹𝓲 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪 𝓽𝓪𝓴 𝓹𝓮𝓻𝓷𝓪𝓱 𝓽𝓪𝓾 𝓼𝓮 𝓽𝓮𝓻𝓹𝓾𝓻𝓾𝓴 𝓪𝓹𝓪 𝓪𝓴𝓾, 𝓴𝓮𝓽𝓲𝓴𝓪 𝓴𝓮𝓶𝓫𝓪𝓵𝓲 𝓶𝓮𝓶𝓫𝓾𝓴𝓪 𝓵𝓮𝓶𝓫𝓪𝓻𝓪𝓷 𝓵𝓪𝓶𝓪 𝓭𝓲𝓼𝓪𝓪𝓽 𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓫𝓾𝓽𝓾𝓱 𝓽𝓮𝓶𝓪.

    𝓞𝓻𝓪𝓷𝓰 𝓫𝓲𝓵𝓪𝓷𝓰, 𝓼𝓮𝓽𝓲𝓪𝓹 𝓫𝓪𝓲𝓽-𝓷𝓪𝓲𝓽 𝓻𝓪𝓼𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓴𝓾 𝓻𝓪𝓷𝓰𝓪𝓴𝓪𝓲 𝓶𝓮𝓷𝓳𝓪𝓭𝓲 𝓴𝓪𝓽𝓪. 𝓐𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓴𝓮𝓲𝓷𝓭𝓪𝓱𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓮𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓮𝓻𝓽𝓪𝓽𝓪. 𝓣𝓪𝓹𝓲 𝓶𝓮𝓻𝓮𝓴𝓪 𝓽𝓪𝓴 𝓹𝓮𝓻𝓷𝓪𝓱 𝓽𝓪𝓾 𝓼𝓮𝓼𝓾𝓵𝓲𝓽 𝓪𝓹𝓪 𝓪𝓴𝓾 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓵𝓲𝓼𝓷𝔂𝓪.

     𝓗𝓪𝓻𝓲 𝓲𝓷𝓲 𝓪𝓴𝓾 𝓱𝓪𝓷𝔂𝓪 𝓻𝓲𝓷𝓭𝓾, 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓴𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓪𝓴 𝓵𝓪𝓰𝓲 𝓹𝓮𝓻𝓷𝓪𝓱 𝓴𝓾 𝓪𝓳𝓪𝓴 𝓫𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾.𝓐𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻-𝓫𝓮𝓷𝓪𝓻 𝓶𝓮𝓷𝓬𝓲𝓷𝓽𝓪𝓲 𝓭𝓲𝓪, 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓽𝓪𝓴 𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓹𝓮𝓻𝓷𝓪𝓱 𝓵𝓪𝓰𝓲 𝓴𝓾 𝓪𝓳𝓪𝓴 𝓫𝓲𝓬𝓪𝓻𝓪.

                        _𝓐𝓵𝓲𝓼𝓱𝓪 𝓴𝓮𝓷𝔂𝓪𝓼𝓮𝓷𝓳𝓪.

    Aku hanya bisa bungkam membaca secarik kertas itu. Susunan kata yang sederhana, namun mampu mengusik jiwa. Aku tak pernah berfikir seberat inikah beban yang ditanggung Alfian.

    Alisha kenyasenja. Siapa perempuan itu? Aku jadi penasaran dengan jalur cerita hidup nya. Oh iya, aku kan belum pernah baca cerita Alfian. Kayak nya kalau aku baca aku aku akan tau sedikit banyaknya tentang Aqil.

 

   Wattpad.

Langit Senja.

Perlahan aku mulai membaca part demi part cerita itu. Awalnya sih, ceritanya biasa aja. Tapi lama-kelamaan mata ku mulai berkaca-kaca.

"Lah, kok Alisha alias pameran utamanya dimatikan. Nih Aqil kek mana sih."

  "Ini ceritanya asli dari kehidupan Aqil. Kok nama tokohnya ada nama Danish. "

   "Apa iya Danish yang jadi musuh SMA Albaihary itu? Kalau iya berarti Aqil kenal dong. "

   "Ini kayak gimana sih ceritanya? Bikin gue puyeng deh."

   "Lahh iya Asli, ada nama  Alvarezz juga. "

Aku hanya berargumen sendiri seperti orang yang kurang waras.

    (Nih,, Author jahat benar ya, bilangin gue kurang waras. Awas aja kalau nyampek ketemu.)

*****

Alfian pov.

   Setelah kepergian Zikran dan Zhea aku langsung balik ke rumah. Aku langsung bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan ritual mandi ku selama 15 menit. Setelah itu aku langsung duduk di tepi ranjang.

   Mata ku langsung menangkap Diary lucu berwarna biru langit itu. Perlahan tapi pasti aku segera membukanya.

   𝕯𝖊𝖆𝖗 𝕾𝖚𝖗𝖆𝖒 𝖐𝖚,,

𝕬𝖐𝖚 𝖙𝖊𝖑𝖆𝖍 𝖇𝖊𝖗𝖚𝖘𝖆𝖍𝖆 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖚𝖇𝖚𝖗 𝖐𝖊𝖓𝖞𝖆𝖙𝖆𝖆𝖓 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖕𝖊𝖗𝖓𝖆𝖍 𝖉𝖎𝖙𝖚𝖒𝖕𝖆𝖍 𝖐𝖆𝖓 𝖔𝖑𝖊𝖍 𝖘𝖊𝖒𝖊𝖘𝖙𝖆. 𝕶𝖊𝖓𝖞𝖆𝖙𝖆𝖆𝖓 𝖙𝖊𝖓𝖙𝖆𝖓𝖌 𝖉𝖎𝖗𝖎𝖐𝖚 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖒𝖚𝖑𝖆𝖎 𝖒𝖊𝖑𝖊𝖒𝖆𝖍 𝖉𝖎𝖘𝖆𝖆𝖙 𝖗𝖎𝖓𝖉𝖚-𝖗𝖎𝖓𝖉𝖚 𝖐𝖚 𝖒𝖚𝖑𝖆𝖎 𝖒𝖊𝖓𝖏𝖆𝖒𝖆𝖆𝖍...

   𝕬𝖐𝖚 𝖙𝖆𝖐 𝖕𝖊𝖗𝖓𝖆𝖍 𝖒𝖊𝖓𝖆𝖜𝖆𝖗𝖐𝖆𝖓 𝖕𝖎𝖓𝖙𝖆 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖐𝖊𝖒𝖇𝖆𝖑𝖎 𝖇𝖊𝖗𝖒𝖎𝖒𝖕𝖎. 𝕸𝖊𝖗𝖆𝖎𝖍 𝖍𝖆𝖗𝖆𝖕 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖐𝖊𝖒𝖇𝖆𝖑𝖎 𝖒𝖊𝖓𝖆𝖓𝖙𝖎. 𝕭𝖆𝖍𝖐𝖆𝖓 𝖆𝖐𝖚 𝖎𝖓𝖌𝖎𝖓 𝖘𝖊𝖒𝖚𝖆𝖓𝖞𝖆 𝖒𝖆𝖙𝖎 𝖉𝖎𝖙𝖊𝖑𝖆𝖓 𝖇𝖚𝖒𝖎...

    𝕵𝖎𝖐𝖆 𝖐𝖆𝖚 𝖇𝖊𝖗𝖙𝖆𝖓𝖞𝖆, 𝖘𝖚𝖉𝖎𝖐𝖆𝖍 𝖐𝖚 𝖚𝖓𝖙𝖚𝖐 𝖐𝖊𝖒𝖇𝖆𝖑𝖎 𝖒𝖊𝖓𝖌𝖚𝖑𝖆𝖓𝖌 𝖘𝖊𝖏𝖆𝖗𝖆𝖍 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖆𝖐 𝖐𝖆𝖓 𝖕𝖊𝖗𝖓𝖆𝖍 𝖇𝖊𝖗𝖚𝖇𝖆𝖍. 𝕸𝖆𝖐𝖆 𝖏𝖆𝖜𝖆𝖇𝖆𝖓𝖞𝖆 𝖙𝖎𝖉𝖆𝖐. 𝕶𝖊𝖗𝖊𝖓𝖆, 𝖗𝖆𝖘𝖆 𝖎𝖓𝖎 𝖒𝖆𝖙𝖎 𝖘𝖊𝖈𝖆𝖗𝖆 𝖒𝖊𝖓𝖉𝖆𝖉𝖆𝖐, 𝖇𝖊𝖗𝖘𝖆𝖒𝖆𝖆𝖓 𝖉𝖊𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖜𝖆𝖐𝖙𝖚 𝖞𝖆𝖓𝖌 𝖙𝖆𝖐 𝖕𝖊𝖗𝖓𝖆𝖍 𝖌𝖆𝖌𝖆𝖑 𝖇𝖊𝖗𝖙𝖎𝖓𝖉𝖆𝖐...

     𝕬𝖐𝖚 𝖒𝖊𝖓𝖞𝖊𝖗𝖆𝖍....

                  𝕳𝖆𝖋𝖎𝖉𝖟 𝕳𝖚𝖗𝖎𝖑 𝖎𝖑𝖍𝖆𝖒...

                            _𝕹𝖆𝖖𝖚𝖊𝖊𝖓_𝖅𝖍𝖊𝖆.

    "Apa, jadi masa lalu nya Zhea itu Hafidz? Lalu siapa Zikran dan Fathur?

Zhea please,,, berhenti buat aku frustasi."umpat ku sendiri didalam kamar itu.

     Mungkin ini adalah kesalahan ku mencintai seseorang yang tak pernah ku kenal. Apa Iya, aku telah berkhianat pada Alisha? Sekali lagi aku minta maaf Sha...

****

Saat kau tau duniamu membisu, apakah kau masih setia menunggu meski dengan kata ragu? Dan saat kau  rasa mu telah benar-benar tandas,apakah kau ingin segera terlepas tanpa ingin membalas...?

                            _senjalfian.

   Masih banyak kejutan dari semesta, yang tanpa kita sadari akan kita terima tanpa basa-basi dunia.  terisak lalu tersenyum. Taqdir memang suka bermain. Lagi, dan lagi...

   "Al, dibawah ada Alvarez... " Kata wanita separuh baya, yang masih setia mengetok pintu kamar anak kesayangan nya itu. Ya, berhubungan sekarang hari minggu jadi Alfian merasa merdeka dari segala urusannya tentang Matematika, fisika, kimia, dan banyak lagi yang nggak akan muat kalau Author nya maksa buat nulisin semua runitas pembelajaran Aqil tiap harinya.

Uagh..

"Ia ma, bentar lagi Al turun. "Jawabnya sambil berlalu kekamar mandi.

Beberapa menit kemudian Aqil turun dengan wajah segarnya.

   Wajah itu seolah-olah menampar Alfian kembali kemasa silamnya. Sosok penasehat terbaik yang telah lama tak pernah lagi menginjakkan kaki kerumah nya. Aqil hanya menatap nya heran.

   " A_rez, apa kabar? Tanya nya kikuk.

"Biasa aja Alfi, gue udah nerima semua kenyataan nya kok. " Balasnya telak. Lagi-lagi panggilan itu membuat nya kembali menvonis masa kelam.

   "Gue kesini cuma mau bilang, berhenti menyesatkan diri lo dari kenangan. Dulu Alisha pernah minta tolong ke gue, kalau suatu saat nanti dia pergi, tolong bantu lo jatuh cinta pada orang baru. Dan maaf setelah kepergian Alisha gue nggak pernah lagi temuin lo. "

  Kenapa semuanya harus kembali terungkit seperti ini. Seakan-akan ini luka lama laki-laki itu kembali berdarah. Aqil tetap bungkam, sepertinya diam adalah emasnya saat itu.

     (Tapi walaupun begitu Aqil tidak akan menjual atau menggadaikan emasnya itu. Reader's tenang aja.)

  "Dan jangan panggil gue Arez, gue masih Alva nya Alisha dan lo juga masih tetap Alfi nya Alisha. Tapi gue rasa sekarang lo butuh orang baru untuk mengembalikan Alfi yang dulu."

   Lagi dan lagi Alfian bungkam mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki yang berstatus sebagai kakak kandung nya Alisha, perempuan pertama yang membuatnya jatuh cinta,setelah wanita yang melahirkan nya.

    "Gu-gue nggak tau harus ngomong apa? " Jawabnya telak. Kedua tatapan laki-laki itu mulai sayu. Untuk saat ini Alvarez hanya berharap Aqil mampu mengalihkan susuana masa silam menjadi kenyataan. Tapi harapan laki-laki itu pupus seketika melihat lawan bicara terus saja membisu.

    "Gue tau lo udah jatuh cinta sama Zhea, cewek yang selama ini kita jaga, dan lo harus tau bukan hanya kita, tapi juga anak-anak viktorian. "

  "Jadi lo selama ini jaga Zhea, berarti lo juga suka dong sama dia? " Tanya Aqil yang mulai frustasi. Tapi berbeda dengan Alvarez yang tersenyum miris kearah nya. Tatapannya tetap fokus kedepan.

   "Lo masih Alfi yang dulu, gue nggak suka sama Zhea, gue hanya bantuin Fathur dan Zikran buat jagain dia. Gue rasa dia juga perempuan yang baik jadi nggak ada salah nya gue jagain dia. Lagian gue merasa dia itu sama kayak Alisha, tinggal lagi sikapnya yang dingin. Apalagi bersama orang baru. " Jelas Alvarez sambil mengingat bagaimana kecuekan dari seorang Alzhea Naqueenza Altha.

     "Lo mau nya gue gimana? " Akhirnya pertanyaan konyol Alfian mulai terdengar oleh Alvarez. Pertanyaan yang dulu akan menjadi pengganggu Alvarez saat dia bermasalah dengan Alisha.

    "Danish,,, gue yakin Danish nyerang sekolah kita gara-gara lo. Dia mencari Zhea juga gara-gara lo, gue juga yakin lo pasti tau. Tapi lo masih belum berani membuka semuanya." Sejenak Aqil berusaha mencerna setiap kata-kata yang dikeluarkan Alvarez, Alvarez memang selalu bersikap keras pada Alfian karena dia tau bagaimana cara melunturkan ego laki-laki itu.

     "Lo nggak niat gabung sama kita? Kami berjuang demi Albaihary, demi Zhea perempuan yang lo cinta. Kekacauan yang dibuat Danish itu, semua karena lo Al, walaupun tidak sepenuhnya. Dan apa usaha lo sebagai bentuk pertanggung jawaban ...?"

    "Lo hanya diam Al, meratapi masa silam yang sampai kapan pun tak kan pernah kembali. " Suara Alvarez mulai menurun ketika mengucapkan kalimat terakhirnya. Bagaimana pun Alisha adalah adik kandungnya dan tidak mungkin jika dia tidak sakit saat mengungkap masa lalu laki-laki itu.

    "Lo tau, meluluhkan hati Zhea bukan lah perkara yang mudah Al, Fathur saja yang telah bertahun-tahun kenal Zhea pun tak berhasil meluluhkan hati nya. Apa lo yakin dengan lo yang terus terjerat dengan kenangan ini bisa mendapatkan hati seorang Zhea. Saingan lo terlalu banyak diluar sana Al."

 

   Seakan mendapatkan pencerahan hidup Aqil tersenyum mendengar ucapan Alvarez. Memang selama ini cuma laki-laki itu yang paling mengerti tentang hidup nya. Tapi setelah kepergian Alisha mereka mulai renggang. Bukan Alvarez yang pergi tapi Alfian lah yang mulai menyalahkan dirinya atas kematian Alisha.

     "Lo benar Al, gue harus lindungi Zhea. Gue selama ini terlalu larut dalam kesedihan. Gue benar-benar bodoh. " Umpat nya pada dirinya sendiri.

  "Semangat Al. Alisha pasti senang lihat lo yang udah bisa kembali membuka hati setelah kepergian nya."Alvarez terlihat lebih tenang setelah berhasil menumbuhkan kembali semangat yang telah mulai hilang dari hidupnya.

   " Lo me_"

Drrrtt..

Seketika ucapan Alvarez terputus saat mendengar bunyi ponsel nya.

"Ya Hallo,,, "

   "..... "

  "Zhea hilang??? "

   "..... "

   "Ok, gue otw."

  Tut.

  "Siapa Al? " Tanya Alfian heran.

"Zikran, kita harus cari Zhea sekarang, Zhea hilang! "

  "Pakai mobil gue aja Al" Sambung Alvarez dengan nada khawatir nya.

   Sesampainya didalam mobil Alvarez, aura kecemasan dua orang laki-laki itu, benar-benar tersirat. Alvarez membawa mobilnya seperti orang yang kesetan.

   "Al, kita nggak usah temuin Zikran. Kita langsung cari Zhea aja."

Ucap Alfian berusaha mencairkan suasana yang mulai tegang. Alfian juga heran, sepenting itu kah Alzhea dimata Alvarez.Bahkan raut wajah kekhawatiran nya lebih besar dari pada Alfian.

   "Kita mau cari kemana Al?...!!" Tanya nya dengan nada yang mulai meninggi.Alfian berfikir sejenak sambil memijit pelipisnya.

  "Danish." Tebak Alfian cepat.

   "Ok, biar gue aja yang bawa mobilnya. Gue tau kita harus cari kemana. " Alfian langsung mengambil alih kemudi mobil Alvarez.

   Selang beberapa waktu kemudian, mereka sampai di sebuah tempat.

Alvarez menatap tempat itu. Sunyi, itu kata yang ada dibenak nya sekarang. Sebuah gedung tua yang terletak di pinggir kota berhasil menumbuhkan beberapa pertanyaan diotak laki-laki itu.

   Tapi lain hal nya dengan Alfian, yang terlihat biasa saja. Seolah dia sangat mengenali tempat itu.

  Saat Alvarez ingin langsung masuk kedalam gedung tua itu. Tiba-tiba saja Alfian menahan tangan laki-laki itu.

"Tunggu Al, kita nggak boleh kegabah. Danish nggak mungkin hanya sendiri disini, pasti juga ada anak-anak Quagans. Mending lo hubungi yang lain dulu. " Tanpa membalas ucapan Alfian, Alvarez langsung menuruti perintah yang diberikan Alfian barusan.

   "Udah? Kita langsung masuk aja. " Ajak Alfian pada Alvarez.

  Dan benar, seketika sampai didalam gedung itu, terlihat seorang gadis yang tangan dan kaki nya sudah diikat. Dan tak lupa pula dengan mulut yang dilakban. Matanya sayu, sebelah tangannya ber alirkan darah , seperti terkena goresan pisau. Dia sedang tidak baik-baik saja, itulah kata yang sedang terangkai dibenak Alfian.

    "Pahlawan lo udah datang. " Itulah kata pertama yang lolos dari mulut Danish ketika melihat kedatangan kedua laki-laki itu.

  "Lepasin dia..! " Bentak Alfian geram.

   "Gue belum puas sakitin dia Qil. " Jawabnya sambil tertawa lepas.

   Bughh..

Satu pukukan mendarat mulus diujung bibir Danish. Dia tidak membalas malahan dia tambah menyeringai. Lalu dia memberikan kode-kode tak jelas, membuat Alfian dan Alvarez menyernyit. Seketika datanglah serombongan anak-anak Quagans. Dan menyerang mereka tiba-tiba. Pertarungan itu berlangsung sengit, setelah datangnya anggota Viktorian.

   Selang beberapa jam kemudian, anak-anak Quagans mulai mundur dari pertempuran itu, saat mobil polisi datang kesana. Ya, sebelum berangkat ke tempat itu, Zikran terlebih dahulu menghubungi pihak yang berwajib.

   Sedangkan disisi lain Zhea mulai melemah pandangan nya mulai kabur. Darah yang dikeluarkan tangannya semakin banyak. Ditambah lagi dengan lebam-lebam di pipinya seperti bekas tamparan. Perlahan mereka mulai mendekat ke arah Zhea. Dan Zhea mulai menutup matanya tak sadarkan diri.

   "Zhe, Zhea..! " Panggil Zikran frustasi dan tanpa aba-aba apapun Zikran, langsung menggendong tubuh Zhea keluar dari gedung tua itu.

  "Zhea bertahan lah... " Lanjutnya sambil memasukkan Zhea kedalam mobilnya.

Bagaimana dengan Aqil??

   ****

𝙂𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙥𝙖𝙧𝙩 𝙞𝙣𝙞 𝙜𝙪𝙮𝙨...?

𝘼𝙡𝙛𝙞𝙖𝙣 𝙤𝙧 𝘼𝙡𝙫𝙖𝙧𝙚𝙯 𝙤𝙧 𝙕𝙞𝙠𝙧𝙖𝙣???

𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖.

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.. 😁