Hyun-Shik menikmati perubahan wajah gadis itu. malu, kesal, marah, kemudian menjadi datar tanpa ekspresi.
"Kau... Choi Hyun-Shik?" tanya gadis itu dengan wajah polos tanpa dosa.
"Astaga, bagaimana mungkin kau berharap di hamili oleh orang yang bahkan tidak kau kenali sama sekali?" ujar hyun-shik.
"Kau tidak pernah sama sekali belajar kalimat hiperbola?" tanya gadi itu dengan nada ketus.
"Hyuna~ya, sudahlah!" lerai ibunya, membuat Hyun-shik menautkan kedua alisnya.
Jadi nama gadis itu Hyuna?
"maaf, Hyun-Shik~a, anakku itu memang tidak bisa mengontrol mulutnya."
Hyun-Shik mengangguk sopan dan sedikit tersenyum terhadap wanitu paru baya itu.
"Bibi, ibu menyuruh ku mengundang kalian ke rumah untuk sarapan bersama.ayahku ingin berkenalan dan dia tidak bisa makan malam dirumah, jadi dia hanya punya waktu saat sarapan saja. kalau kalian tidak keberatan."
"Sama sekali tidak," jawab In-Jung cepat.
"Kebetulan sekali kau menawarkan sarapan bersama, aku memang sedang lapar sekali." ucap gadis itu lantas di ikuti dengan hantaman keras yang diberikan oleh ibunya ke kepala gadis tersebut.
"Akh IBU!! sakit!" ucap Hyuna yang baru saja mendapatkan sebuah jitakan oleh ibunya.
"Kim Hyuna, apa ibu mengajarkanmu untuk bersikap seperti itu pada orang lain? setidaknya kau masuk dulu ke dalam dan cuci muka lalu gosok gigimu!" kau ini serampangan sekali jadi gadis!"
Oh ya tuhan, apa dia setolol ini saat merasa gadis yang ada dihadapannya ini terlihat mempesona? bahkan gadis itu belum sempat menggosok giginya sama sekali! Choi Hyun-shik, apa seleramu pertama kali terhadap wanita semengerikan ini?
"Ibu, sarapan itu di bisa di kategorikan sebagai kegiatan menggosok gigi yang paling menyenangkan," ujar Hyuna sabil bergerak cepat melewati pagar rumahnya dan tidak sampai sepuluh detik ida sudah sampai di samping Hyun-Shik dengan cengiran lebar khasnya.
"Apa menu sarapan di rumahmu? ada kopi tidak? aku lapar sekali setelah menghabisan waktuku yg berharga berjam-jam untuk menyiram bunga."
"KIM HYUNA!!!!" teriak andalan In-Jung akhirnya menggelegar memekik kan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya, sudah habis kesabarannya mgehadapi anak gadisnya yang bodoh itu.
sedangkan Hyun-Shik hanya bisa menghela napas berat sembari menutup kedua telinganya.
~~~~
"Halo, bibi, paman, kakak. Aku hyuna. selamat pagi!" seru gadis itu seraya membungkukkan tubuhnya 90 derajat, membuat Hyun-Shik yang berada di sampingnya menjulurkan lidahnya mual.
Tabiat gadis itu lima menit yang lalau, dan tabiatnya saat ini seperti seseorang yang memiliki dua kepribadian sekaligus yang sangat bertolak belakang.
dia tidak tahu apakah gadis ini memang selalu ramah terhadap orang yang baru di kenalnya atau dia hanya melakukannya terhadap orang yang memberi makan geratis kepada gadis itu.
Dugaan kedua sepertinya sangat tepat. dan bukan dia saja yang melihat seperti itu, bahkan ibunya pun juga yang berdiri tidak jauh darinya.
"Kau bilang kau lapar, kenapa kau tidak langsung lari saja ke ruang makan?" ejek Hyun-Shik dengan nada sinis yang begitu kentara.
En-Jung mengerutkan dahinya kagum.
sejak kapan adiknya yang satu itu bisa begitu akrab terhadap gadis yang baru di kenalnya.
Hyun-Shik bahkan mengucapkan ejekan, yang biasanya hanya di lakukan terhadap dia dan ibunya saja. karena adiknya itu biasa bersikap cukup ramah, tapi jelas dia tidak terlalu bersahabat terhadap orang yanv baru saja dikenalnya.
"Kalian rupanya cukup dekat sekali ya." goda Sang Jae, membuat Eun Jung tersenyum.
ternyata bukan hanya dirinya saja yang menyadari hal itu, ibu mereka pun merasakannya juga.
"Bagaimana tidak," ucap Hyun-Shik dengan senyum setan yang tiba-tiba terpancar di wajahnya. eun jung bahkan bisa melihat Hyuna yang bergerak begitu gelisah di samping adik laki-lakinya itu.
"Gadis ini bilang, bahwa dia ingin aku meloncat ke balkon kamarnya secara paksa dan..." Hyun-Shik sengaja menghentikan kalimatnya memberi kesan yang lebih dramatis, ".... menghamilinya."
Sang Jae dan Eun Jung dengan serentak mereka melotot ketika mendengar ucapan Hyun-Shik dengan mulut yang ternganga.
"Jadi menurut kalian bagaimana mungkin aku tidak bersikap akrab terhadap gadis yang akan menjadi ibu dari anak-anakku nanti?"
~~~~
beberapa menit kemudian setelah mereka semua selesaj sarapan bersama, gadis itu telah mengacak tumpukan kaset game yang sudah di susun rapih oleh sang empunya di rak menjadi berserakan.
Hyun-Shik mengacak rambutnya frustasi dan memaki maki eomma dan nuna nya yang dengan santainya memberi tahu Hyuna bahwa Hyun-Shik satu spesies dengan gadis itu. dia bahkan tidak sudi berada dalam level ordi yanga sama dengan seorang gadis sakit jiwa!
tiba-tiba Hyuna mengajak Hyun-Shik bertanding game.
"Kita bertanding!" ucap Hyuna
"Baiklah. yang berhasil melewati level tiga terlebih dahulu dalam waktu satu jam ia lah pemenangnya" tantang hyun-shik
"kau pikir aku akan takut?"
Hyun shik meminjamkannya stick gamenya pada Hyuna dan mengambil tempat kosong tepat di samping gadis itu dan mulai bermain.
Lima puluh menit kemudian, pria itu nyaris saja ingin mebanting stick gamenya saat mendengar teriakan kemenangan dari gadis sialan itu.
dia bahkan baru melewati level dua, jadi bagaimana bisa gadis itu mengalahkannya secepat itu?
"Kau mau bertanding ulang? tanya Hyuna dengan raut wajah yang di buat pura pura di prihatinkan, membuat Hyun Shik memikirkan sepuluh cara untuk menyikirkan gadis ini dari bumi.
"Bertanding ulang apa maksudmu Kim Hyuna?"
mereka berdua berbalik saat mendengar suara dari arah pintu. ibu hyuna sedang berdiri berkacak pinggang di sana dengan raut tampang menyeramkan.
"Kau lupa bahwa satu setengah jam lagi kau ada kuliah, hah?"
Hyuna tampak mengerutkan keningnya, berusaha mengingatnya "benarkah, aku tidak ingat."
"Hyun Shik juga ada kuliah pagi ini. kalian satu kampus kan? setiap hari kalian berangkat bersama saja jika kalian memiliki jadwal yang sama." ujar Sang Jae dengan wajah berseri-seri.
"Benar," ucap eun jung sambil mengangguk - angguk setuju.
"Tumpangan gratis? wah bisa menghemat uang ongkos ku hahaha" ucap Hyuna semangat.
Apapun yang berbau geratis itu akan membuatnya bahagia seketika. karena ia akan hemat ongkos tidak peduki sekali pun meski itu akan mengantarnya ke dalam mulut buaya sekalipun.
Dan sialnya, Hyun shik tidak punya celah untuk menyuarakan penolakan di bawah tatapan maut dari dua wanita sekaligus yang baru saja berubah menjadi sekutu dari gadis sakit jiwa itu.
"Lima belas menit lagi aku akan siap," sambil tersenyum lebar.
"Lima belas menit?" ulang Hyun shik, merasa ada yang salah dangan pendengarannya.
"iya. satu menit untuk sampai di rumah, tujuh menit mandi, enam menit siap-siap, satu menit kembali lagi kesini."
"Tujuh menit untu mandi!" seru Hyun shik nyaris berteriak.
"Kau mandi atau hanya gosok gigi?"
"Tentu saja mandi, bodoh! aku tidak melihat alasan logis kenapa mandi itu harus dilakukan lama-lama."
Demi tuhan, gadis ini benar benar harus dimasukan dalam daftar makhluk paling dilarang untuk di kloning. cukup satu kali saja tuhan membuat kesalahan dengan menciptakan makhluk seaneh ini.
lupakan keterpesonaan sesaatnya terhadap wajah gadis itu tadi, otaknya pasti sedang bergeser ke tempat yang tidak tepat saat itu.
~~~~~
lima belas menit kemudian Hyuna sudah rapih dan siap pergi kuliah. gadis itu kini, sedang menunggu Hyun shik datang ke rumahnya.
Tidak lama pun pria yang sedari tadi ia tunggu pun akhirnya datang
"Kau itu lama sekali!" gerutu Hyuna yang sudah berdiri dengan tangan yang bersedekap di depan rumahnya.
Gadis itu benar benar melakukan apa yang ia katakan tentang waktu lima belas menit yang di perlukannya untuk bersiap siap.
Hyun shik sedikit terpana dengan cara berpakaian gadis yang ada di depannya.
hanya kemeja kedodoran berwarna putih, tank top, dan celana jeans, tapi gadis itu terlihat begitu segar.
Ditambah dengan rambutnya yang dijalin longgar di bagian sisi kanan wajahnya. dan hyun shik bisa mencium samar - samar wangi bunga lili yang mengguar dari tubuh gadis itu.
"Masuklah," ujar Hyun shik setelah menekan tombol untuk membuka pintu mobil hitam ferrarinya.
Hyuna menyusul pria itu dan menutup pintu mobil setelah ia duduk dengan nyaman di kursinya. gadis itu melirik pria yang ada di sampingnya sekilas. oh, batalkan saja kata sekilas itu. penampilan pria itu terlalu mempesona jika hanya untuk dinikmati sekilas saja.
Pria itu mengenakan kemeja biru laut pas badan dan dalaman berwarna putih, dengan celana jeans serta sepatu sneakers putih sebagai bawahan.
Dia tidak akan heran jika ternyata pria di sampingnya ini adalah salah satu senior yang digilai setiap mahasiswi di kampus barunya. pria tampan sudah menjadi biasa menjadi pusat perhatian.
Hyuna menghirup napas dan menangkap bau parfum yang bercampur dengan wangi tubuh pria itu. wangi pria itu begitu menyegarkan, seperti pinus. wangi yang mengingatkan pada tetes embun yang membasahi dedaunan saat mata hari muncul.
pria itu... seperti pagi kesukaannya. bersinar. menyilaukan. dan mematikan.