44 Sebuah dua garis

"Kucem banget mukanya"celetuk edna begitu melihat kedatangan nita pagi itu.

"Benarkah? "segera saja dia melihat dirinya di cermin, melihat wajahnya.

Tapi dia melihat edna yg terlihat jelas menahan tawanya, dia sedang mempermainkannya.

"edna! "nita membalasnya dengan cubitan di tangan edna.

Edna meringis kesakitan"takut banget di bilang jelek neng yg paling cantik"

Nita tertawa kecil,menjulurkan lidahnya.

Dia bergegas membereskan arsip-arsip hari kemarin yg belum dia bereskan.

"Kamu kurusan,nit"perkataan edna kembali mengingatkannya pada ucapan kak ismi.

"Padahal aku makan dengan porsi biasa"

Edna tersenyum"aku dulu pernah kurus seperti itu, waktu hamil anak pertama. Karena gak masuk makanan apapun"

"Hamil?? "suara nita memelan dia melihat perutnya yg terlihat masih baik-baik saja. Dan juga tidak ada gejala sama sekali.

Pembicaraan mereka terhenti begitu yoga datang,dan masuk ke dalam ruangannya. Nita mengikutinya dan memberikan arsip pasien hari ini.

"Kamu sakit? "yoga melihat ke arah nita

"Nggak, kenapa memangnya? "

"Wajah kamu pucat tidak seperti biasanya"jawabnya

Nita tersenyum"sepertinya aku Lupa memakai lipstiknya"

"Kamu ini"nadanya meninggi"mau kerja atau mau membuat para suami pasien terpesona? "

Nita tertawa kecil"Dua-duanya.Dan juga termasuk dokternya!!!"

Wajah yoga terlihat memerah dan dia berusaha memperbaiki sikapnya di depan nita.

"aku sudah menyuruh mba mumu sementara merawat elsa di rumah sakit.Jadi kamu tidak perlu kesana"

Nita hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.

"Kenapa dia menjawab sedatar itu"yoga berkata dalam hati"padahal aku sudah susah payah memikirkan rencana ini,supaya bisa pulang kerumah hari ini"

Nita meninggalkan yoga dengan cepat, dan menahan tawanya. Dia begitu senang mempermainkan perasaan suaminya itu, padahal tadi itu dia ingin memperlihatkan kebahagiaannya karena yoga pasti akan pulang hari ini.Kali ini dia ingin membiarkan yoga menyadari perasaan bersalahnya sudah meninggalkannya beberapa hari ini.

Perasaan nita hari ini sangat aneh, dia tidak sedikitpun merubah arah pandangannya yg terus saja menangkap sosok yoga yg tengah sibuk memainkan laptopnya.Padahal sudah begitu lama nita terduduk di sampingnya.

"Kamu seperti singa yg sedang mengawasi mangsanya"celetuk yoga yg spontan membuat nita tertawa,dan menyandarkan kepalanya di bahu yoga.

"Akhir-akhir ini aku suka mencium wangi parfum yg dia pakai"nita berkata dalam hati, dia berusaha tidak mengganggu pekerjaan yg sedang dilakukan suaminya itu.

"Sudah selesaikah? "nita teraneh melihat yoga yg menutup laptopnya.

"Sudah"yoga mengacak-acak rambut nita sambil tersenyum

Nita bergegas merapikan rambutnya"sepertinya aku mengganggu pekerjaanmu"

Yoga tersenyum, dan ingin menjawab:bagaimana dia bisa berkonsentrasi kalau nita bersikap seperti itu.Lagipula dia pulang lebih awalpun memang untuk membayar tumpukan kerinduannya pada nita,setelah beberapa hari ini sibuk mengurus elsa di rumah sakit.

"Apa keadaan elsa sudah membaik? "tanya nita

"Sudah mulai membaik"yoga memeluknya"bisakah kita tidak membicarakannya disaat kita berdua? "

Nita tersenyum"baiklah.Tapi apa kamu sudah tahu tentang pembicaraan orang-orang tentang kamu dan elsa? "

"Aku pergi kesana karena kamu yg mengijinkan"yoga memegang kedua pipi nita"seharusnya kamu tahu akan ada gosip seperti itu, tapi kamu itu tidak tegas pada suamimu"

Wah, kenapa sekarang justru aku yg sepertinya jadi penyebab utama gosip itu tersebar. Nita mulai cemberut dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku kan cuma tidak tega melihat dia sendirian ketika sakit.Itu sebelum aku berpikir kalau mengijinkanmu itu tidak apa-apa, tapi setelah ada gosip ini sepertinya aku harus menggunakan kekuasaanku dan memerintahkan kamu supaya tidak tidur di rumah sakit di ruangan dimana elsa dirawat, tapi kamu boleh menjenguknya sesekali"

Yoga tertawa dan kembali memeluknya"aku minta maap kalau kemarin perhatianku terbagi, sampai tidak memperdulikan perasaanmu sebagai pasanganku"

Nita menanggapinya dengan sebuah senyuman, dan mengatakan sesuatu dalam hatinya:

Benar, aku sebenarnya sakit hati.Tapi aku tidak bisa memperlihatkannya,karena itu percuma saja,mereka semua juga tidak tahu kalau aku istrimu.

"Hei,kenapa istriku ini jadi semakin mungil saja badannya"yoga mempererat pelukannya ketika menyindirnya.

"Sepertinya ada masalah dengan berat badanku"nita berkata pelan"semua orang bilang aku semakin kurus"

"Sebaiknya kamu perhatikan juga kesehatanmu,perhatikan makananmu.Kamu harus mengajarkan axel untuk mandiri,supaya kamu tidak terlalu cape mengurusnya"

Nita tidak mengeluarkan kata apapun, hari ini dia seperti tidak ingin pelukan ini lepas.

Dia menyadari keanehan dalam dirinya itu, dari mulai ketertarikannya untuk mencium wangi parfumnya sampai tiba-tiba matanya berair ketika dia membicarakan hal yg membuatnya sedih.

Pagi-pagi sekali, nita bergegas beranjak dari tempat tidurnya,tanpa membangunkan yoga yg masih terlelap.

Dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi, dia sedang merencanakan sesuatu yg sejak kemarin ingin dia lakukan.

"Apa aku benar-benar sudah gila memikirkan ini"nita berkata pada dirinya sendiri, mengeluarkan alat yg sudah dia belinya kemarin di apotek, dan mencelupkannya kedalam wadah kecil yg berisi cairan.

Seperkian menit nita menunggu alat itu bekerja,dia menatap tajam ke arah dua garis yg dihasilkan alat tersebut.

Tangannya bergetar dan jantungnya mulai bekerja cepat,membuat tubuhnya melemas dan terduduk di lantai kamar mandi.

Kali ini air mata dan tawanya muncul bersamaan,tangannya menggenggam begitu erat alat tersebut.

avataravatar
Next chapter