webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Not enough ratings
404 Chs

97. TEMPAT MASA KECILKU

Mereka tiba di panti asuhan yang dimaksud menjelang sore hari. Semua terlihat seperti yang pernah Sander katakan pada Wuri. Panti itu begitu kusam, bangunanya buruk dan tampak suram. Belum lagi mereka turun dari mobil, suasana hati Wuri sudah memburuk. Itulah tempat di mana dia pernah dibesarkan.

Karena Wuri sendiri sekarang menanggung hidup anak-anak dari Welasti, untuk beberapa lama dia tidak pernah mengunjungi tempat ini. Panti ini sekarang bahkan jauh lebih buruk dari sebelumnya. Ini adalah panti asuhan milik seorang wanita tua dan seorang anaknya.

Hari-hari yang pernah Wuri lalui di panti ini adalah tentang kesedihan. Selama tinggal di panti ini, dia nyaris tidak pernah merasakan kata 'kenyang'. Kekurangan, kelaparan dan rasa sedih menjadi teman bagi hari-hari Wuri kala itu.

Melihat Wuri diam termangu di tempat duduknya, Sander segera turun dan berjalan ke sisi Wuri. Dia membuka pintu dan mengulurkan tangannya pada Wuri.

"Ayo," senyumnya hangat dan lembut.