webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Not enough ratings
404 Chs

334. PENOLAKAN UNDANGAN

"Saya … saya hanya melakukan hal yang biasa saya lakukan ketika dulu bertugas di pedalaman. Di sana tidak ada alat canggih atau dokter. Semua bayi lahir dari persalinan normal. Mengandalkan alat bantu dan keadaan yang seadanya."

Mata dokter Elizabeth memicing semakin heran.

"Lalu, apa yang kau lakukan?"

"Saya hanya … hanya menyedot mulut dan hidung bayi itu dengan mulut. Lalu memegangnya dengan posisi terbalik. Itu saja, selebihnya seperti yang anda lihat tadi."

Tatapan Wuri saat menjelaskan semuanya selalu tertunduk ke lantai. Dia sama sekali tidak berani melihat ke arah dokter Elizabeth. Sang Dokter menatapnya tanpa berkedip. Dia masih merasa heran dengan semua penjelasan Wuri.

Beberapa detik kemudian, dia memeluk Wuri.