webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Not enough ratings
404 Chs

309. TORNADO CAFE

Pemuda di depan Elvira mengetuk pintu. Wajahnya ketakutan namun tetap menunjukkan kesinisan. Sepertinya pemuda itu yakin bahwa Elvira tidak akan menyakitinya. Tampaknya dia melihat kebaikan di balik sikap Elvira yang tampak sangat berani.

Tidak lama kemudian pintu pun terbuka. Seorang pria tambun dengan rambut setengah botak berdiri kebingungan melihat pemandangan di depannya.

"Siapa mereka?" tanyanya pada pemuda itu.

Pemuda itu hanya mengangkat bahu dan alis, menandakan bahwa dia juga tidak tahu. Lalu pandangan Si Pria tambun beralih pada Elvira.

"Turunkan senjatamu, Nona. Kami rasa tidak ada masalah di antara kita."

Elvira melirik pria bartender di sebelahnya lalu bergantian melihat pada Sander. Perlahan di menurunkan senjatanya dari kepala pria bartender itu. Si Pria akhirnya bernafas lega.

"Kita memang tidak ada masalah. Andai saja anak buahmu di bawah sana mau mempermudah, maka aku tidak perlu melakukan hal seperti ini."