webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Not enough ratings
404 Chs

182. KEPUNGAN MASALAH

Wajah Eropa yang tampan itu terbingkai kaca mata hitam. Matanya fokus melihat ke arah depan. Mengendarai sebuah mobil hitam yang sedang melaju di jalan tol menuu ke Tangerang. Sudah berbulan-bulan sejak terakhir kali Sander melalui rute ini. Bukan karena Sander tidak punya waktu, tapi karena Sander tidak punya cukup energi untuk mengingat ulang semua perjalanan menuju ke panti asuhan itu bersama Wuri.

Sander hanya memastikan bahwa panti asuhan itu mendapatkan fasilitas dan keuangan yang telah Sander alokasikan untuk mereka.

Ketika dia baru tiba di depan halaman rumah, hal pertama yang Sander lihat adalah keramaian anak-anak yang sedang bermain di sore yang cerah. Keceriaan mereka yang sedang berlarian tak ayal membuat senyum pilu Sander semakin melebar.

Dia pun turun dari mobi dan mulai berjalan memasuki panti asuhan. Beruntung di teras panti, Bu Merry sedang duduk dan sibuk dengan beberapa sayuran di dalam keranjang.

"Sander! Sini Nak, masuk!" seru Bu Merry.