webnovel

Bab 1 : Siapa itu?

"Halo sayang..,"sapanya lembut membalas telpon. "Nanti malam kita jadi ketemuan?"

"Jadi dong. Lagi dimana sekarang?"tanya suara centil di seberang sana.

"Kencan sama calon mama mertuamu." Dilihatnya pintu restoran terbuka dan orang ditunggunya datang. "Disini ma..,"panggil pria tampan berjas hitam itu berdiri dan melambaikan tangan nya pada seorang wanita paruh baya yang cantik dan sedikit montok. "Sudah dulu ya sayang. Bye. Muah."

Telpon berakhir.

"Sudah lama menunggu?"Wanita cantik dan montok yang bernama Sara, bertanya pada putranya sambil menarik kursi di meja makan tempat mereka akan menghabiskan makan siang bersama. Aaron, putra wanita itu, menggeleng.

"Tolong menu..,"panggil Aaron menaikkan tangannya ke arah pelayan. "Mama mau pesan apa?"tanya Aaron saat menerima menu dari pelayan.

"Salad buah dan es teh tawar." Jawaban mamanya membuat Aaron mendongak dan mengangkat sebelah alisnya.

"Diet? Dapat inceran lagi? Aaww..." Cubitan keras diterima Aaron di tangan nya saat mengomentari menu yang dipilih mama tercintanya.

"Sembarangan.."omel Sara yang tersenyum malu-malu.

"Omelette dan es jeruk." Aaron menutup buku menu dan menyerahkan pada pelayan.

"Baik, tunggu sebentar,"kata pelayan sopan lalu undur diri.

Aaron bersandar pada kursinya, menatap Sara penuh selidik. "Seperti biasa, serahkan..."

"Apa?"tanya Sara pura-pura bingung.

"Maaamaa.."

"Baiklah, baiklah,"gerutu Sara sambil mengeluarkan secarik kertas dari tas tangannya.

Aaron membuka kertas dan membaca.. "Rahmat Sanjaya, 57th, duda satu anak, pengacara.. Maksud mama Sanjaya & partner? Pak Sanjaya?"Aaron terkejut dan mendelik ke arah mamanya. Sara mengangguk.

"Ketemu dimana?"

Belum sempat Sara menjawab, makanan pesanan mereka datang dan dihidangkan.

"Terima kasih,"kata Aaron sepintas lalu. Perhatiannya pun kembali ke Sara, mamanya.

Sara mengambil garpu dan mulai menusuk salad buahnya. "Satu bulan yang lalu di pesta pernikahan anak perempuan Pak Adiwijaya."

"Hmm.. lalu?"tanya Aaron seraya memotong omelette dan memakannya.

"Kami sudah berken..can..,"jawab Sara pelan, melirik Aaron dengan hati-hati.

"Uhuk.. uhuk." Aaron meraih gelas minum dan langsung meneguknya habis.

"Pelan-pelan."

"Mama.."

"Apa?" Sara menantang membalas tatapan putranya.

"Bukan begitu perjanjian kita, ma..,"rengek Aaron kesal.

"Mama tahu.. mama tahu."

Perjanjian mereka adalah Aaron akan mengizinkan mamanya berkencan lagi dengan syarat Sara harus memberitahu identitas dan latar belakang pria yang diincarnya. Aaron akan menyelidiki pria yang akan menjadi teman kencan mamanya. Aaron tidak mau mamanya sakit hati karena ulah hidung belang. Meskipun Aaron sangat menyayangi papanya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu, tetapi melihat mamanya ceria kembali saat mulai berteman bahkan berkencan lagi, maka Aaron pun merelakan mamanya mencari sandaran lagi.

"Mama jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Huek.."

"Tidak sopan,"sembur Sara kesal.

"Ck.. ck.. cinta pada pandangan pertama? Tidak salah? Ingat umur ma.."

"Tidak ada yang salah dengan umur mama,"balas Sara semakin kesal sambil menusuk-nusuk salad buahnya.

Aaron melipat tangan di dada dan mengamati Sara. Atas bawah sebanyak dua kali. Lalu Aaron langsung menatap mata Sara dengan tajam, seperti dia menatap lawan bisnis nya yang kedapatan berbuat curang.

"Mama pasti yang nembak duluan kan?"tuduh Aaron yakin.

"Uhuk.. uhuk.. aduh.. uhuk.. uhuk.."

Aaron hanya menatap datar mamanya yang tersedak es teh tawarnya saat mendengar tebakan Aaron.

"Betul kan?"tantang Aaron.

Sebab sepengetahuan Aaron, Pak Sanjaya ramah dan masih terlihat tampan di usia yang sudah memasuki usia senja. Tetapi untuk mengajak seseorang berkencan, Aaron meragukan hal itu. Karena dari yang dia dengar, Pak Sanjaya sangat mencintai istrinya yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Sara, Aaron percaya karena mamanya orang yang baik hati tapi sedikit nyentrik, membuat Aaron sering geleng-geleng kepala melihat tingkah mamanya.

"Jangan kurang ajar,"sembur Sara kesal. "Dia calon papa tirimu."

"Ha-ha-ha.. lucu sekali. Yang terakhir kemarin juga calon papa tiriku? Yang benar saja ma..,"kata Aaron sinis sambil bertepuk tangan. "Lalu bagaimana dengan yang lama?"

"Bosen. Buang ke laut."

"Ck.. ck.. Luar biasa... Puber kedua mama bener-bener luar biasa. Salut. Aku salut. Hebat." Aaron memberi Sara, dua jempolnya.

Plak.

  

Aaron mengerang, menunduk di atas meja sambil memegangi belakang kepalanya yang dipukul Sara.

"Ngawur."

"Ma..,"protes Aaron.

"Mama ke toilet dulu,"kata Sara mengusap bibirnya dan berdiri.

----------

Di meja kasir

"Kalian sudah datang?"sapa Lili, penjaga kasir. "Bos, mereka datang,"seru Lili sedikit keras, karena restoran sudah mulai sepi, hanya beberapa pelanggan yang duduknya agak jauh dari meja kasir, jadi tidak terlalu peduli.

"Suruh duduk di tempat biasa. Sebentar lagi akan ku bawa keluar makan siang mereka,"balas bos Lily yang juga sedikit berteriak, dari arah dapur.

"Dengar sendiri kan..,"kata Lili sambil tersenyum.

"Terima kasih kak,"sahut mereka bersamaan. Mereka berjalan beriringan menuju meja di dekat jendela dekat toilet.

----------

Sara keluar dari toilet sambil sedikit menunduk merapikan roknya. Tak sengaja bersenggolan dengan seorang anak laki-laki.

"Ma..maafkan saya Bu. Saya tidak sengaja,"kata anak itu sambil sedikit menunduk.

"Tidak pa.. a-pa.." Sara tertegun melihat anak laki-laki itu. Dia mirip siapa ya.. rasanya begitu familiar. Diperhatikannya dengan teliti, anak itu berjalan dan duduk berhadapan dengan anak lain yang... mirip sekali dengannya.

"Kembar?" celetuknya dalam hati. Sara yang masih tertegun berjalan perlahan mendekati mejanya sambil sesekali menoleh ke arah kedua anak laki-laki kembar itu.

Aaron melihat Sara yang terlihat aneh dan bingung saat keluar dari toilet. Aaron segera berdiri dan menghampiri Sara yang sedang berdiri tertegun di tengah-tengah restoran.

"Ma..,"panggil Aaron heran, membimbing Sara berjalan dan duduk. "Mama baik-baik saja?" Aaron cemas melihat Sara yang tertegun dan linglung. "Apa yang terjadi?"

Tapi Sara belum bisa merespons pertanyaan Aaron. Matanya terus menatap tajam ke arah kedua anak laki-laki itu. Aaron melihat ke arahnya pandangan mamanya.

"Mereka kenapa?" Aaron hanya melihat sekilas dan fokus kembali dengan Sara.

Sara mengalihkan pandangannya pada Aaron, dengan wajah pucat dia bertanya, "Apa kamu punya anak diluar nikah dan mama tidak tahu?"

"A..apa?"Aaron merasa seperti tersambar petir di siang bolong, mendengar pertanyaan aneh Sara.

"Punya?"desak Sara emosi.

Aaron tersentak mundur dan menggeleng. Tangan Sara menunjuk ke arah kedua laki-laki itu duduk. Aaron tidak terlalu memperhatikan mereka. Hanya menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke kondisi Sara yang sepertinya agak terguncang.

"Ma.. apa ma? Kenapa dengan mereka? Kenapa tanya aku sudah punya anak diluar nikah? Apa hubungannya?"tanya Aaron bingung.

"Mereka..."

"Iya mereka kenapa?"

"Mereka mirip denganmu, Aaron."

Bersambung...

Next chapter