webnovel

Jangan Membicarakan Minat, Bicaralah Soal Uang!

Editor: Wave Literature

Meski Xu Weilai merasa kesal karena orang tuanya harus menyapa Gu Yu di saat seperti ini. Namun Gu Yu pun juga tidak nyaman dengan kedatangan orang tua keluarga Xu. 

Gu Yu tidak menunjukkan ekspresi lebih dari sekedar pandangan yang datar. Lelaki itu bertingkah seolah-olah tidak mendengar ucapan ayah Xu, "Paman Xu, aku ada urusan. Jadi aku pergi dulu."

Menyudahi itu, Gu Yu langsung membuka pintu mobil dan segera masuk. Mobil itu pun segera melaju pergi.

Sejak pertemuan pertama ini, Gu Yu sudah memandang Xu Weilai sangat rendah. Ekspresi orang tua Xu Weilai pun juga menjadi tidak baik, lebih tepatnya terlihat kasihan.

Sesampainya keluarga Xu di dalam mobil, ayah Xu Weilai seketika berujar, "Awalnya aku berpikir, Gu Yu akan mengingat masalah yang dulu. Kemudian ada kesempatan dirinya untuk mengasihani Xu Weilai. Tapi sekarang ia terlihat tidak merindukan perasaan lamanya."

'Merindukan perasaan lama? Harusnya itu ada perasaan dulu, baru bisa rindu!' Pikir Xu Weilai dengan kesal.

Sejak awal Gu Yu tidak punya perasaan terhadap Xu Weilai, bagaimana bisa rindu?

Xu Weilai pun hanya menolehkan kepalanya ke jendela tanpa angkat bicara.

Ibu Xu Weilai ikut mendengus, kemudian melihat ke arah anaknya dan bergegas berkata, "Bukan masalah. Tuan Zhang juga tidak kalah baik. Kita akan bahagia nanti saat bersamanya."

*****

Selama tiga tahun mengasingkan diri ke luar negeri, Xu Weilai tidak hanya bersekolah. Gadis ini juga bekerja di perusahaan majalah.

Saat Xu Weilai mendapat kabar untuk pulang ke negerinya, dirinya sudah ijin pada perusahaan majalah tersebut. Sialnya, pagi ini perusahaan majalah tersebut mengirimkan pesan berisi tawaran untuk mewawancarai artis terkenal Su Ziqian.

Sebenarnya, selain tidak ingin bertemu lagi dengan Gu Yu, ia juga tidak ingin berurusan dengan orang-orang terdekat Gu Yu. Apalagi permintaan ini, Xu Weilai harus mewawancarai gadis yang dirumorkan menjadi pasangan Gu Yu.

Namun, ada hal yang membuatnya merenung sejenak. Kemudian jemarinya mengetik balasan, "Jangan berbicara soal minat padaku, bicaralah soal uang yang akan aku dapat dari situ!"

Perusahaan majalah tempat Xu Weilai bekerja ternyata terbilang perusahaan nomor satu di negaranya. Perusahaan itu bahkan tidak hanya memberi gaji tapi juga bonus untuk merangsang kinerja wartawannya. Contohnya, saat ada kabar yang sedang meledak dan mewawancarai pihak yang tepat, tentu perusahaan akan memberi bonus yang sesuai.

Pesan itu langsung dibalas dengan cepat dan berisi sejumlah angka sebagai harga untuk mendapatkan berita eksklusif tersebut.

Bonus yang diberikan harus sangat besar dan tentu sesuai dengan kepopuleran artis yang akan diwawancarai.

"Kuterima!"

Setelah mematikan komputer, ia mencari nomor ponsel Su Ziqian menggunakan internetnya dengan lancar.

Mengingat Su Ziqian adalah artis yang populer, tentu manajer artis yang mengurusnya sudah tidak menerima lagi wawancara dari majalah. Xu Weilai pikir, dirinya harus berusaha lebih keras untuk mendapatkan wawancaranya secara eksklusif. Namun tidak disangka, hanya dengan menunjukkan identitasnya, pihak Su Ziqian menerima wawancara itu dan langsung menentukan jadwal. 

Setelah menutup telepon, Xu Weilai merasa ada reaksi yang sedikit berlebihan.

Ajakan wawancara ini, terlalu cepat berhasil kan? Jadi, apa mungkin ia termasuk orang yang gagal dalam percintaan, tetapi mempunyai ritme kesuksesan bisnis yang bagus? Entahlah, tapi yang pasti, ia sudah mendapatkan kepastian jadwal wawancara dengan artis tersebut.

*****

Jadwal wawancara sudah dipastikan akan diadakan besok siang.

Hari itu sebenarnya Su Ziqian ada jadwal di stasiun televisi, jadi ia hanya memberi waktu Xu Weilai sepuluh menit. Oleh sebab itu, Xu Weilai datang 30 menit lebih awal ke stasiun televisi. Ia juga menunggu Su Ziqian di ruang istirahat VIP.

Xu Weilai duduk di sofa sambil membaca majalah lokal, dirinya mencoba memahami berita yang disediakan majalah lokal tersebut.

Sampai akhirnya waktu yang ditentukan hampir tiba. Pintu ruang istirahat tiba-tiba terbuka. Dengan segera Xu Weilai menutup wajahnya dengan majalah dan merapikan pakaian, lalu melihat ke arah pintu yang sedang terbuka di ruangan itu.

Awalnya ia mengira Su Ziqian yang akan masuk. Nyatanya, ia sama sekali tidak menyangka, seorang lelaki tampan yang memasuki ruangan itu. 

Xu Weilai bergetar panik, pupil hitamnya mengecil.

Sebaliknya, Gu Yu justru tidak terkejut melihat gadis ini di ruangan tersebut. Langkahnya berhenti perlahan, sedetik berikutnya, pandangnya menatap dalam.

Seketika ruangan itu menjadi sunyi dan menakutkan. Atmosfer di dalamnya terasa sangat dingin hingga membuatnya bisa membeku.

Beberapa detik kemudian, Xu Weilai menyingkirkan majalahnya dan memandangnya. Bibirnya yang bergetar berniat melontarkan penjelasan, namun Xu Weilai merasakan tekanan yang sangat tinggi, sehingga tidak ada suara apapun yang keluar.

Ternyata, Gu Yu hanya menganggap Xu Weilai seperti angin. Dengan cepat ia berbalik badan dan pergi. Kalau seperti itu, Xu Weilai bicara atau tidak, tentu tidak ada bedanya, kan!

Namun tanpa disangka, Gu Yu berbalik lagi dan menatapnya. Pria itu juga sekaligus melangkahkan kaki menuju arahnya kembali. Langkah demi langkah terdengar di koridor tersebut, lelaki itu semakin mendekati Xu Weilai.