webnovel

Harga – bagian 1

Editor: Wave Literature

Didalam galeri Proulx. Terdengar alunan musik elegan yang dimainkan untuk para pengunjung selagi para pengunjung itu menikmati patung batu yang dipamerkan satu persatu.

Galeri itu dibagi menjadi galeri utama, galeri para ahli dan galeri master.

Galeri utama memiliki tempat yang sangat luas dan juga memiliki patung batu yang paling banyak. Di sebelah timur laut dari galeri itu terdapat tiga karya seni yang ketiga-tiganya memancarkan aura yang tidak biasa. Siapapun yang pernah mempelajari ilmu seni ukir batu pastinya akan dapat meraksakan aura itu secara langsung.

Tapi disana terdapat lebih dari sepuluh ribu karya seni ukir di galeri itu dan ketiga patung batu milik Linley bagaikan jarum ditumpukan jerami. Sangat sulit untuk siapapun dapat menemukan patung batu milik Linley.

"Kebanyakan patung batu ini terasa kosong. Ukiran itu semua memang berbentuk tapi tak memiliki aura."

Count Juneau [Zhunuo] yang berusia 180 tahun itu berjalan melalui aula utama, tatapannya melihat semua patung batu yang ada disana satu persatu. Count Juneau tidak memiliki hobi, hal yang paling disukainya adalah patung batu. Tiap hari, dia akan menghabiskan waktunya di pagi hari untuk mengelilingi seisi galeri Proulx.

Tapi dalam galeri utama itu, ada beberapa patung batu yang dapat menarik perhatian Count Juneau.

"Yang mulia, kualitas dari patung batu ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan patung batu yang berada di aula para ahli maupun aula para master. Namun mengapa anda selalu datang kemari setiap paginya?" Tanya seorang pengiring wanita heran.

Count Juneau sengaja tertawa dengan misterius. "Kau tak akan mengerti. Banyak patung batu didalam aula utama ini. Mungkin ada beberapa patung batu yang tersembunyi di aula utama ini. Sensasi menemukan sebuah kepingan emas di gundukan lumpur itu sangatlah mantap."

"Oh?" Pengiring itu menatap Count Juneau terheran-heran.

Count Juneau tidak menjelaskan lagi dengan lebih rinci. Dia melanjutkan melihat patung batu itu satu persatu tanpa henti, namun ketika dia tiba di ketiga karya seni patung batu yang dikerjakan oleh Linley, matanya langsung berbinar. Karena telah melihat banyak sekali patung batu itu selama ratusan tahun, dia bisa mengatakan dengan segera bahwa ketiga patung batu itu spesial.

"Keren, alami, membanggakan dan indah…"

Count Juneau mengeluarkan beberapa kata pujian.

Kata yang sesuai adalah 'esensi'. Sebuah patung batu yang bisa disebut dengan hasil karya yang indah haruslah memiliki beberapa esensi tersendiri dalam ukiran itu. Dengan sekilas saja, Count Juneau dapat mengatakan bahwa ketiga hasil karya itu mengeluarkan sebuah aura yang keren, kebanggaan dan tangguh. Aura seunik itulah yang membuat Count Juneau menghentikan langkah kakinya.

"Kemarilah dan bantu aku memasang sebuah tawaran. Untuk ketiga patung batu ini, aku mau menawarkan seharga seratus keping emas tiap satuannya." Kata Count Juneau kepada pengiring wanita itu.

Pengiring itu langsung mengeluarkan sebuah buku catatan. Setelah mencatat nomor registrasi pada tiap patung batu itu, ia menyobek tiga lembar kertas dan meletakkannya di sebelah patung batu itu dengan tulisan di tiap kertasnya 'seratus keping emas'.

Selagi pengiring wanita itu sedang melakukan pekerjaannya, Count Juneau terus menikmati ketiga hasil karya patung batu itu.

"Tunggu sebentar!" Mata Juneau langsung berbinar lagi selagi dia melihat sebuah patung batu seekor 'Velocidragon'. "Bagaimana mungkin pelindung sisik di punggung velocidragon memiliki garis guratan yang sama dengan kakinya, seakan ukiran ini adalah satu bagian? Logikanya, sisik pelindung ini seharusnya diukir dengan menggunakan butterfly chisel, sedangkan kakinya diukir dengan menggunkan straight chisel. Seberapa telitinya para pengukir itu, seorang pengukir tak mungkin bisa membuat garis yang seirama seperti ini dan 100% sempurna seperti ini!"

Count Juneau telah mempelajari seni ukir batu selama lebih dari seratus tahun.

Sebenarnya dia bukanlah seorang bangsawan yang kaya raya, tapi berdasarkan dari pengamatannya yang jeli, dia dapat mengoleksi banyak patung batu dengan harga yang rendah dan nantinya dapat dijual lagi dengan harga yang jauh lebih tinggi. Itulah cara Count Juneau menjadi salah satu bangsawan terkaya di kota Fenlai.

"Mungkinkah karya seni ini diukir hanya dengan satu alat saja? Tidak mungkin, selain menggunakan butterfly chisel, peralatan apa yang bisa digunakan untuk mengukir tiap detail sisik ini dengan sempurna?" Count Juneau mengerut selagi berkonsentrasi dengan keras. Dia tidak pernah melihat sesuatu yang begitu aneh.

"Yang mulia?" Melihat Count itu terkagum, pengiring itu hanya bisa memanggilnya dengan lembut.

Mata Count Juneau berkedip. Dia mengatakan pada dirinya sendiri, "Aku tak mengira akan menemui karya seni yang sangat unik seperti ini di aula utama galeri Proulx. Aku tak mau orang lain tahu akan hal ini. Jika aku menawar seharga seratus keping emas, beberapa orang akan menyadari keunikan dari patung batu ini. Mungkin saja akan menyebabkan harganya meningkat tinggi."

Count Juneau langsung memutuskan sebuah keputusan.

Dia akan membiarkan patung batu itu selama beberapa hari, kemudian kembali menawarkannya lagi pada dua hari terakhir.

"Bantu aku membatalkan tawaranku." Count Juneau langsung menyuruh pengiringnya.

"Membatalkan?" Pengiringnya tentu saja langsung terkejut. Berdasarkan aturan yang ada, selama sebuah tawaran telah dibuat maka tak bisa dibatalkan. Tapi Count Juneau adalah seorang pelanggan yang sudah sangat lama di galeri Proulx, sehingga pengiringnya mengabulkan permintaan dari Count Juneau.

"Bolehkah saya bertanya mengapa Yang Mulia membatalkan tawaran Yang Mulia?" Tanya pengiring itu.

Count Juneau hanya tersenyum dengan misterius. "Tidak perlu banyak tanya. Oh iya, aku mau tanya, sudah berapa lama ketiga patung batu ini dipamerkan?"

Pengiring itu membolak-balikkan buku catatannya kemudian tersenyum. "Ketiga patung batu ini akan dipamerkan hingga tanggal 30 Juni. Ketiga patung batu ini sudah berada disini sejak kemarin."

Count Juneau hanya bisa mengangguk.

"Baiklah, aku akan berkeliling untuk sejenak. Kau bisa berkeliling dan lakukan apa yang kamu mau." Count Juneau tersenyum.

Tapi dalam hatinya, Count Juneau sangat puas. Menurut penilaiannya, harga sesungguhnya dari ketiga patung batu ini seharusnya berkisar mulai dari seribu keping emas. Sebuah patung batu pada umumnya yang diukir oleh para ahli memiliki harga seribu keping emas dan ketiga patung batu itu diukir dengan teknik yang unik. Hanya dari hal itu saja, harga sebenarnya dari batu itu akan dilipat gandakan.

…..

Count Juneau terus mengunjungi galeri itu setiap harinya. Tentu saja seperti yang diperkirakannya, karena galeri Proulx memiliki banyak sekali patung batu, tak ada yang mengetahui keunikan dari ketiga patung batu itu. Bahkan jika ada, mereka hanya merasa bahwa ukiran itu terlihat bagus namun tak dapat melihat nilai sebenarnya dari patung batu itu.

10 Juni.

Count Juneau datang lagi ke galeri Proulx. Mengelilingi sekitaran aula utama, dia melihat-lihat patung batu yang ada disana. Tapi ketika tiba di ketiga patung batu itu, wajahnya mengerut. Tepat disebelah patung batu itu terdapat kertas tawaran harga.

Tiga patung batu, tiap-tiap batunya ditawar seharga tiga ratus keping emas.

Melihat tawaran itu Count Juneau merasa jengkel. "Bodoh! Meski kamu bisa melihat nilai sebenarnya dari patung batu ini, kenapa kamu memasang tawaran harga langsung tinggi? Tentu akan banyak orang yang tertarik untuk melihatnya." Hati Count Juneau dipenuhi dengan kemarahan, tapi dia tak bisa melakukan apapun, Dia tidak memiliki hak untuk membatalkan tawaran harga milik orang lain.

Semuanya terjadi seperti perkiraannya.

Tanggal 12 Juni. Count Juneau melihat ketiga patung batu itu lagi. Sekarang, harganya sudah berbeda.

"Lima ratus keping emas?" Mata Count Juneau langsung menyipit hingga terlihat sedikit celah saja. "Sepertinya ada beberapa orang yang tahu akan kualitas ketika mereka melihatnya."