webnovel

13 Seseorang Dari Masa Lalu.

Kudengar tawanya masih menggelegar di atas meja makan ini. Tidak lama setelah itu, Bie ikut tertawa bersamanya. Christ sungguh sangat menyebalkan. Awas saja, aku pasti akan membalas mu!

________________

_______________

_____________

__________

________

Aku membawa beberapa piring kotor ke bak pencucian piring. Ku cuci semua piring kotor sendirian. Tadi Christ bersikeras ingin membantu mencuci piring. Tapi aku menolak bantuannya. Dengan alasan bahwa dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya di ruang tamu, maka Christ akhirnya menyerah. Sekarang Bie dan Christ sudah berada di ruang tamu. Sepertinya pekerjaan mereka sudah selesai, karena aku sudah tidak mendengar adanya suara dari mesin yang di bawa oleh Christ tadi. Karena pekerjaan ku di dapur sudah selesai, maka aku mulai berjalan ke ruang tamu.

************

********

*****

AUTHOR POV:

Suara jangkrik bersahutan terdengar begitu nyaring. Tentu saja, selain karena malam sudah semakin larut, tempat ini terletak di pinggiran hutan. Jarang sekali ada mobil yang lewat ke tempat ini. Hanya penduduk setempat yang sering menelusuri jalanan ini. Ada sebuah rumah terletak tidak jauh dari jalanan ini. Jarak rumah di tempat ini terletak agak jauh dari rumah penduduk lainnya. Di dalam ruangan rumah ini terlihat sangat sunyi. Beberapa lilin yang sudah menyala, tersebar di setiap sudut ruangan ini yang di gunakan sebagai alat penerangan. Terdapat satu ruangan di dalam rumah ini yang lebih terang dari pada 2 ruangan lainnya. Lilin yang lebih besar menyala secara terang benderang di atas sebuah meja di dalam ruangan itu. Berserakan beberapa puluhan lembar foto di atas meja itu. Setiap gambar di ambil dari tempat yang berbeda-beda. Mulai dari gambar sebuah jalan, sebuah bangunan rumah, sebuah tempat yang menjual berbagai macam sayuran-sayuran, gedung mall, sampai gambar kerumunan orang-orang yang dapat dilihat pada foto itu. Sepertinya si juru foto menghabiskan waktu senggangnya untuk memotret. Karena selain itu juga, sudah ada banyak foto yang tergantung pada ruangan ini.

"Apa kabar mu?" Terlihat sepasang tangan sedang memegang selembar foto, lalu dia menjepit foto itu pada seuntai tali yang sudah tergantung di udara.

Banyak foto yang sudah menggantung di sana. Beberapa untai tali sengaja di gantungkan pada ruangan ini. Tali-tali yang tergantung itu sudah penuh dengan foto-foto yang terjepit pada diantara tali itu tadi.

"Kau masih terlihat begitu cantik, sama seperti dulu saat pertama kali aku melihat mu." Ucap seorang pria memandang ke arah foto yang tergantung di sana.

Foto-foto wanita cantik terpajang pada tali-tali tersebut. Sepertinya, si wanita yang menjadi objek fotonya tidak menyadari bahwa dia sedang di foto. Karena semua pengambilan foto, di ambil dari sisi samping dan belakang sang wanita.

"Siapa dia?" Sang pria bertanya kepada foto yang baru saja diambil olehnya dari atas meja itu.

"Apakah dia akan menjadi penghalang bagi kita?" Lagi-lagi pria itu berbicara pada foto itu.

Lalu di tempelkan foto yang masih berada di tangannya ke sebuah dinding. Banyak foto-foto yang sudah menempel terlebih dahulu pada dinding itu. Tapi lagi-lagi foto yang di ambilnya tidak menampilkan wajah objeknya secara keseluruhan. Semua foto-fotonya diambil tanpa sepengetahuan orang yang menjadi objeknya. Kalau di teliti secara rinci, ada foto wanita tua, anak kecil, seorang wanita muda, seorang pemuda, dan juga wanita muda yang terlihat anggun tertempel di dinding itu. Dan sekarang, foto yang baru di tempelnya adalah gambar dari seorang pria.

"Aku tidak akan mengizinkan mu untuk berada di sisinya." Pria misterius ini mulai menggores foto yang baru di tempelnya menggunakan sebilah pisau kecil yang dia ambil dari saku celananya.

Lalu pria itu melangkah berjalan menuju meja tadi, di bukanya laci dari meja itu. Ada wajah yang mirip dengan foto wanita cantik tadi semasa mudanya pada foto yang tersimpan di dalam laci itu. Dia meraih foto itu lalu menutup kembali lacinya.

"Aku akan segera menemui mu." Ucapnya pada foto itu.

Pria misterius itu mulai meniup lilin pada meja itu sampai padam. Lalu ia berjalan menuju pintu keluar ruangan ini. Setelah selesai mengunci ruangan ini, dia mulai berjalan ke arah setiap sudut ruangan. Dia melakukan hal yang sama pada lilin-lilin yang terletak di setiap sudut ruangan. Seketika rumah itu menjadi gelap gulita. Pria itu dengan luwes melangkah keluar dari rumah itu tanpa mengalami kesulitan. Sepertinya dia sudah hapal betul setiap letak sudut rumah ini.

"Aku sudah tidak sabar untuk segera bertatap muka secara langsung pada mu. Kau sudah menungguku terlalu lama. Kita bertiga pasti akan segera berkumpul kembali." Ucap pria itu sambil menatap ke arah bulan yang sedang menyinari malam hari ini.

************

********

*****

Suara deringan dari sebuah handphone berbunyi di sebuah ruangan. Hanya ada seorang pria yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Ah, ternyata dia meninggalkan ponselnya." Seorang pria sedang berdiri di dalam sebuah ruangan sambil menempelkan ponselnya ke telinganya.

Pria ini sedang mencari temannya. Jadi dia masuk ke dalam ruangan ini. Tadi temannya mengatakan kalau dia akan turun ke lantai bawah. Tapi sudah beberapa menit temannya belum juga kembali. Dia menelpon untuk menanyakan keberadaan temannya, tapi ternyata ponsel temannya tertinggal di ruangan ini. Dia ingat tadi temannya bertanya kepadanya. Terletak di lantai berapakah tempat yang menjual sayuran segar. Mungkin temannya ingin berbelanja sayuran. Dia tahu betul kalau temannya ini adalah orang yang peduli pada makanan sehat. Jadi, kemungkinan stok sayuran di kulkasnya pasti sudah habis. Dia memutuskan untuk mencari temannya ke tempat yang dia sebutkan tadi sambil membawa ponsel temannya itu. Dia mulai berjalan menuju lift, itu karena dia memang berada di lantai paling atas dari bangunan ini. Ternyata lift yang hanya dapat di gunakan oleh para pegawai sedang mengalami perbaikan. Maka dia harus turun melalui lift umum. Setelah berada di dalam lift dia menekan tombol menuju lantai yang ia tuju. Pintu lift terbuka setelah baru menuruni satu lantai. Tampak seorang wanita tua masuk ke dalam lift seorang diri.

"Maaf, kalau saya mau ke butik ada di lantai berapa yah?" Tanya wanita tua itu padanya.

Wanita ini pertama kali menginjakkan kakinya ke kota. Dia nekat memasuki tempat ini karena ingin menemui cucunya. Yang kebetulan cucunya bekerja di sebuah butik yang terletak di dalam bangunan ini. Tadi, karena malu untuk bertanya, dia memasuki lift bersama para pengunjung lainnya. Dia tahu, bahwa ruangan persegi yang bisa bergerak ini dapat mengantarkannya ke lantai atas. Itu yang ia lihat di dalam setiap film yang wanita tua ini tonton. Tapi setelah le lantai atas, dia berkeliling dan tidak menemukan satu toko pun yang menjual pakaian, maka ia memutuskan untuk memasuki lift kembali.

"Kalau anda ingin ke butik, tempatnya ada di lantai lima." Kata pria itu dengan sopan.

"Lalu bagaimana caranya agar saya dapat menuju ke lantai itu? Maaf, saya tidak tahu bagaimana caranya menggunakannya." Wanita tua bermaksud agar sang pemuda mau membantunya.

Pria itu kemudian menekan angka lima pada tombol yang terletak pada di sisi kanan pintu lift ini.

"Anda harus melihat itu. Kalau di situ tertera angka lima saat pintu lift ini terbuka, maka anda harus keluar dari lift ini. Sebelum pintu terbuka, akan terdengar suara yang menandakan kalau lift ini sedang berhenti. " Jelas pria itu sambil menunjuk ke arah atas pintu lift.

Ting! Kedua orang di dalam lift mendengar suara itu. Secara otomatis sang wanita tua melihat ke atas pintu lift. Angka tujuh terpampang pada layar monitor yang berada di atas pintu lift itu. Tidak lama setelah itu pintu lift ini terbuka.

"Masih lantai tujuh." Kata wanita itu pada pria tadi.

Pria itu hanya mengangguk. Ternyata pintu lift ini terbuka karena ada yang menekannya dari luar. Ada sekitar lima orang yang sudah berdiri di depan pintu lift yang sudah terbuka. Ke lima orang tersebut mulai memasuki kotak besi ini. Beberapa diantara mereka saling menekan tombol pada sisi kanan dan kiri pintu lift. Lalu lift ini berhenti pada lantai lima. Wanita tua itu mulai keluar dan mengucapkan terima kasih pada si pria. Setelah wanita tua itu keluar, ada seorang wanita yang ikut masuk ke dalam lift. Pria itu mengenali wanita itu. Emily? Katanya dalam hati. Dia belum siap untuk bertemu wanita itu pada saat kondisi yang seperti ini. Maka ia mencoba menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat oleh Emily.

*ToBeContinued*