webnovel

Choice Lover

Meysa berusaha menerima perjodohan demi membalas budi pada orangtuanya. Menikah dengan duda beranak dua. Akan tetapi anak tiri tak menyukainya dan mantan istri selalu mengusik hidup mereka. Seiring berjalannya waktu, rasa suka dan sayang tumbuh di antara mereka berdua. Dan berencana dalam waktu dekat ini akan melangsungkan pernikahan. Segala cara di upaya sang mantan untuk menggagalkan pernikahan mereka. Mulai dari menghasut kedua anaknya agar membenci calon ibu sambung mereka. Lalu memfitnah Meysa saat bekerja di kantor suaminya dengan sebutan pelakor. Hingga menyuruh orang untuk mencelakakan penghulu, agar pernikahan mereka gagal. Akankan semua usaha sang mantan membuahkan hasil? Ikuti terus kisah cinta Meysa dan Harry hingga selesai. Untuk pembaca setia, jangan lupa tinggalkan like, komen serta ratenya ya. silakan mampir di ceritaku yang lainnya 1. The Wound in my heart 2. It's my dream

Novita_Adha · Urban
Not enough ratings
204 Chs

Selamat dari musibah

Bab 17.

Tak ada pilihan lagi, Mas Harry keluar kamar dengan cara mengendap-endap, turun lewat tangga hingga ke lantai bawah. Aku masih mengawasi maling tersebut lewat kamera cctv, dan mereka hampir berhasil membuka pintu rumah dengan cara mencongkel lubang kunci memakai linggis. Sedangkan pagar besi nya masih terkunci dengan rapat. Tak lama terdengar suara ramai di halaman rumah, bersamaan berbunyinya alarm mengagetkan ketiga maling tersebut. Suasana tengah malam menjelang pagi berubah ramai karena kejadian percobaan pencurian ini.

Mendengar suara ramai, security jaga yang pingsan tadi mulai sadar, tapi ia masih terikat

tali rafia. Pagar dan sekeliling rumah sudah di kepung warga, melihat situasi ini ketiga maling tadi kaget, salah satu dari meraka berusaha untuk menyandera security rumah. Mas Harry sudah berada di samping pos jaga, ia segera menyergap maling tersebut, pisau yang di pegangnya terpelanting ke kaki Mas Harry, dengan sigap ia memelintir tangan maling itu ke belakang, sekarang maling ini yang menjadi sandera.

Security rumah sudah berhasil melepaskan ikatan tali di tubuhnya, dengan sigap ia mengambil pisau dan mengancam akan membunuh teman maling ini, bila mereka tak segera menyerahkan diri. Sementara dua security dari komplek jaga mulai memanjat pagar rumah, dan mereka sudah berhasil sampai di bawah pagar. Merasa terkepung, tiga maling ini melakukan perlawanan, perkelahian sengit mulai terjadi antara ketiga security dan ketiga maling ini.

Mas Harry langsung membuka pagar, warga yang dari tadi menonton dari luar, segera berhamburan masuk ke halaman rumah. Aku melihat semua kejadian itu dari kamera cctv. Seluruh anggota rumah terbangun, Rey dan Mbok Nah berlari ke lantai atas mengetuk pintu kamarku. Kami menyaksikan semua kejadian itu dari kamar ini.

Hati berharap cemas, takut ada yang terluka karena ketiga maling tersebut membawa pisau dan linggis untuk mencongkel pintu. Syukurnya pintu depan dan belakang di lapisi oleh pagar besi. Jadi bila terjadi tindak kejahatan sedikit banyaknya bisa melindungi pemilik rumah.

********

Ketiga maling itu melakukan perlawanan, dengan menggunakan linggis dan pisau, mereka mencoba melumpuhkan ketiga security yang menyerang mereka. Mas Harry tak tinggal diam, dengan gerak cepat ia membuka gembok pagar dan berhasil. Warga yang sudah ramai di luar, merangsek masuk ke halaman dan menyergap ketiga maling tersebut.

Satu dari mereka menyabetkan pisau ke arah Mas Harry dan ... seeerrr, darah segar mengalir dari balik lengan bajunya. Aku lalu terkesiap sambil menutup mulut. Ya Allah ... selamatkan suamikuuu. Suasana dini hari yang senyap berubah menjadi ramai. Ketua RT sudah menelfon polisi, dan terdengar dari kejauhan mobil sirene meraung memecah kesunyian malam memasuki komplek perumahan.

Mas Harry yang terluka langsung di bawa security ke rumah sakit, sedang ketiga maling tersebut di bawa polisi menggunakan mobil patroli, di antara mereka pun ada yang terluka. Setelah situasi kondusif aku beranikan diri untuk keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk menemui ketua RT. Aku mengucapkan terima kasih kepadanya dan pada warga komplek, syukurnya mereka datang tepat waktu, belum sempat maling tersebut masuk ke rumah kami.

Semua warga komplek pulang kembali ke rumah masing-masing, aku dan Mbok Nah cepat-cepat menggembok pintu pagar dan masuk ke dalam rumah. Tanganku masih gemetaran saat memutar handel pintu yang rusak. Pagar besinya ku kunci kembali dan kami naik ke lantai atas sambil nunggu kabar dari Mas Harry. Hapenya masih berada di atas meja rias, aku coba untuk menghubungi security, tetapi panggilan telfonku tak di angkatnya.

Mbok Nah mengajak Mona dan Rey kembali ke kamar sebelah, mereka belum berani turun ke kamar bawah, masih trauma dan takut mengingat kejadian tadi. Sebenarnya aku masih takut juga, tapi sudah terdengar sayup suara orang mengaji dari Masjid di dekat komplek, jadi rasa khawatir sedikit berkurang. Hapeku bergetar, cepat ku raih dan melihat ke layarnya. Ada chat masuk dari hape security bahwa sebentar lagi mereka sampai di rumah.

*******

Hatiku harap-harap cemas menanti ke pulangan Mas Harry dari rumah sakit. Tak lama terdengar azan Subuh berkumandang, gegas aku masuk ke kamar mandi untuk berwuduk dan selanjutnya salat Subuh dua rakaat. Selesai salat doa ku panjatkan semoga Mas Harry tak terluka parah dan segera pulih kembali. Aku duduk di tepi ranjang sambil melihat bayi mungilku yang masih tertidur pulas. Ia tak terusik sedikit pun dengan suara hiruk pikuk di luar tadi.

Tinn ... tiiin ... tiiin.

Suara klakson mobil Mas Harry terdengar di luar pagar. Gegas membuka pintu kamar, aku dan Mbok Nah keluar bersamaan lalu ia minta kunci pagar. Aku mengintip dari balik gorden jendela kamar, Mas Harry keluar dari dalam mobil dengan lengan yang sudah di balut perban. Tak sabar melihatnya, aku langsung menyusul turun ke lantai bawah.

"Mas ... bagaimana keadaan kamu?"

"Alhamdulillah, lukanya gak dalam hanya tiga jahitan saja," jelasnya.

"Syukurlah, kalau Pak security bagaimana keadaannya?" tanyaku lagi.

"Saya hanya lecet-lecet saja, Bu. Cukup di plaster saja," jawabnya.

"Istirahat lah, Pak!" Ucapku mempersilakan security untuk kembali ke kamarnya di samping pos jaga.

"Mas mau sarapan atau istirahat dulu di kamar?" tanyaku.

"Kita ke kamar aja dulu, Mas mau meluruskan pinggang," sahutnya.

Sementara Mbok Nah sudah memulai aktifitasnya seperti biasa, memasak dan membersihkan rumah serta mencuci pakaian. Sedangkan tugas membersihkan halaman di kerjakan oleh security. Aku menggandeng lengan Mas Harry menuju ke lantai atas.

"Aduhh ...!" Jeritnya, tak sengaja lengan yang di balut perban tersenggol olehku.

"Oh, maaf ... maaf, Mas! Gak sengaja," sesalku.

"Masih ngilu kalau di gerakkan lengan ini," jelas suamiku.

"Iya-iya, maaf!" ucapku sekali lagi.

Sampai di lantai atas, Mona sudah berdiri di depan pintu kamar, lalu memeluk papanya. Ia terisak-isak sambil menyeka air mata, Mas Harry membalas pelukannya. Lalu mengajaknya masuk ke kamar, Mona duduk di pangkuan sambil memperhatikan lengan Mas Harry yang masih di balut perban.

"Sakit, ya, Pa?"

"Enggak Sayang ... Papa gak papa kok!"

"Maling itu jahat sekali, sudah membuat Papa terluka," cecar Mona.

"Iya, mereka sudah di tangkap polisi kok, Sayang," sahut Mas Harry.

"Aku boleh tidur di sini lagi kan, Pa?" pinta Mona, sambil menatapku juga.

"Boleh dong, kan kamu anak Papa juga." ucapku, lalu Mona bergelayut manja di bahunya.

Sementara di kantor polisi ketiga maling yang tertangkap tadi pagi, sedang di periksa dan di interogasi. Mereka mengaku berprofesi sebagai tukang ojek, karena sepi penumpang, mereka bertindak di luar batas kewajaran. Mereka kena dua kasus yaitu pencurian dengan kekerasan dan penganiayaan menyebabkan orang lain terluka. Mereka tukang ojek yang sering mangkal di depan komplek, makanya tau situasi rumah penghuninya, dari semua perumahan, kami yang mempunyai rumah paling besar, karena sudah di renovasi oleh Mas Harry.

Ketiga maling itu berpikir karena baru selesai hajatan pasti penghuni rumah kelelahan, tidurnya nyenyak. Ternyata mereka salah perkiraan, memang lagi apes nasib mereka. Niatnya ingin menggasak harta benda, berupa mobil atau sepeda motor di garasi, karena garasi terbuat dari besi, mereka tak cukup alat untuk membobolnya, jadi beralih ingin masuk ke dalam rumah, untuk mencuri harta benda yang lain.

Bersambung ....