webnovel

Choice Lover

Meysa berusaha menerima perjodohan demi membalas budi pada orangtuanya. Menikah dengan duda beranak dua. Akan tetapi anak tiri tak menyukainya dan mantan istri selalu mengusik hidup mereka. Seiring berjalannya waktu, rasa suka dan sayang tumbuh di antara mereka berdua. Dan berencana dalam waktu dekat ini akan melangsungkan pernikahan. Segala cara di upaya sang mantan untuk menggagalkan pernikahan mereka. Mulai dari menghasut kedua anaknya agar membenci calon ibu sambung mereka. Lalu memfitnah Meysa saat bekerja di kantor suaminya dengan sebutan pelakor. Hingga menyuruh orang untuk mencelakakan penghulu, agar pernikahan mereka gagal. Akankan semua usaha sang mantan membuahkan hasil? Ikuti terus kisah cinta Meysa dan Harry hingga selesai. Untuk pembaca setia, jangan lupa tinggalkan like, komen serta ratenya ya. silakan mampir di ceritaku yang lainnya 1. The Wound in my heart 2. It's my dream

Novita_Adha · Urban
Not enough ratings
204 Chs

Kembali ke butik

Bab 21.

Aku langsung naik ke lantai atas sambil menggendong bayi mungil ini. Sedangkan Rey dan Mona sedang belajar online, hari ini jadwal les private, gurunya baru saja datang. Mereka pun segera memulai pelajaran.

Aku senang melihat kedua anak Mas Harry ini, sejak papanya menikah denganku, hidup mereka lebih teratur. Tidak suka menyendiri lagi, sudah bisa berbaur lagi dengan orang di sekelilingnya.

Sedang asik menyusui Zahrana, terdengar suara berisik dari halaman rumah. Karena Zahrana baru saja terlelap, perlahan dan hati-hati, aku bangkit dari ranjang. Ku sibak tirai gorden dan mengintip dari balik jendela.

Belum sempat melihat dengan jelas, suara hape bergetar di atas meja rias. Gegas ku ambil hape tersebut sambil melihat ke layarnya. Pak Dirman sedang memanggil, langsung ku geser tombol hijaunya ke atas.

"Iya, Pak, ada apa?" tanyaku.

"Di bawah ada Bu Arini, ingin bertemu dengan anak-anak. Tapi saya larang karena mereka sedang belajar," jelas Pak Dirman.

"Suruh saja masuk, bukakan pintu pagar ya, Pak!" pintaku.

Aku segera turun ke lantai bawah, untuk menemui mantan Mas Harry. Tak lama mobil sedan berwarna merah membunyikan klakson dan masuk ke halaman rumah. Anak-anak yang sedang belajar langsung menoleh ke arah pintu.

Dan serentak mereka berseruu "itu suara mobil Mamaaa." Terpancar kerinduan di mata kedua anak tiriku ini. Tapi karena sedang belajar, mereka tak berani langsung menemuinya.

Aku sudah turun ke lantai bawah dan langsung menemui Bu Arini lalu menyuruhnya masuk dan duduk sebentar sampai anak-anak selesai belajar dulu. Karena gak enak dengan guru les privatenya.

"Apa kabar Bu Arini?" ucapku sambil bersalaman dengannya.

"Baik-baik!" Sahutnya.

"Mana bayi kamu, Mey?" tanyanya.

"Baru saja tidur, selesai menyusu langsung terlelap, Bu" jelas ku.

"Oh iya, dia masih menyusu hingga sekarang? Kalau saya dulu malas menyusuinya hingga lama apalagi harus dua tahun. Gak sempat saya," sindirnya.

"Untuk saat ini saya kan di rumah saja, Bu. Masih bisalah terus menyusui, rencana minggu depan saya sudah kembali bekerja masuk ke butik. Jadi Mas Harry sudah siapkan baby sitter untuk membantu saya mengasuh Zahrana," jelasku panjang lebar.

"Enak kamu ya, Mas Harry menyediakan pembantu lengkap untuk kamu!"

"Untuk membantu saya mengasuh anak, kalau nanti sudah aktif bekerja, Bu. Biar tak terlalu capek, begitu alasan Mas Harry."

"Itu di garasi, mobil silver siapa ?" selidiknya.

"Mobil saya, Bu! Ini mau belajar nyetir, karena sudah ada yang mengasuh Zahrana, jadi bisalah di tinggal sebentar," jelasku.

Bu Arini beranjak dari duduknya, matanya tajam melihat sekeliling isi rumah. Ia berpapasan dengan Melly lalu bertanya.

"Kamu siapa ya?"

"Saya pengasuh, baby sitternya Zahrana, Bu," ucap Melly gugup, karena di tanya dengan nada jutek gitu.

Bu Arini berjalan ke arah ruang keluarga, tempat anak-anak belajar. Ia makin terheran melihat ada wanita berhijab sedang mengajar anak-anaknya. Ia menyipitkan mata, seakan kenal dengan guru les private tersebut.

********

Bu Arini menyipitkan matanya, melihat ke arah guru les Rey dan Mona. Mereka saling bersitatap, kebetulan waktu belajar les sudah selesai. Jadi mereka boleh bertemu dengan Mamanya.

"Kamu Olivia, ya?" tanya Bu Arini

"Ariniiiiii ...," sahut guru les ini, mereka pun saling berpelukan menatap tak percaya.

"Ngapain kamu di sini?" tanya guru les lagi.

"Aku Ibu dari Rey dan Mona!" Jelasnya.

"Jadi kamu istrinya Pak Harry?"

"Tepatnya mantan istri dari Mas Harry!" ucap Bu Arini sambil tersenyum ke arahku.

"Oh, maaf," ucap Olivia menutup mulutnya.

"Tak apa, Bu," sahutku santai.

"Tapi salut deh melihat kalian, bisa akur begini," puji Olivia pada kami berdua.

"Ada anak yang mengharuskan kita saling menghargai satu sama lain," jawabku cepat. Sementara Bu Arini hanya tersenyum saja mendengar jawabanku.

"Oliv, kamu sudah selesai ngajar, kan?" tanya Arini.

"Sudah," jawab Olivia

"Kita makan di luar, yuk! Sekalian ngajak jalan kedua anakku," pintanya.

"Hmm ... entar jadi ganggu acara kwality time kamu dan anak-anak, loo," cecarnya.

"Gak papa, sekali ini juga," sahutnya santai.

"Mey ... saya bawa anak-anak jalan dulu ya!" pintanya.

"Silakan, Bu!" jawabku.

"Jangan panggil saya Ibu, dong, panggil saja Mbak! Kan ini bukan di kantor lagi," ledeknya.

"Oh iya, Mbak Arini," sahutku sambil tersenyum malu.

Olivia yang mendengarnya agak sedikit bingung, Arini yang mengerti dengan situasi ini langsung menjelaskan padanya. Bahwa aku pernah bekerja di perusahaan suaminya, karena menikah dengan Mas Harry, aku sudah resign dan sekarang membuka usaha butik. Setelah mendengar penjelasan Arini, barulah Olivia mengerti sambil tersenyum padaku.

"Kalau begitu saya permisi ya, Bu Mey!" ucap Olivia.

"Silakan, Bu! Terima kasih sudah datang hari ini, lusa kembali lagi ya Bu guru!" imbuhku.

"Iya, Bu! Pasti," jawabnya.

Rey dan Mona sudah siap, mereka sudah berpakaian rapi, lalu berpamitan padaku. Mereka segera masuk ke mobil mamanya untuk pergi makan siang dan jalan-jalan.

*******

Seminggu telah berlalu, hari ini aku sudah mulai aktifitas pergi ke butik lagi. Seperti janji Mas Harry padaku, supir yang di butuhkan sudah ada. Selesai sarapan pagi, anak-anak dan papanya pergi berbarengan di antar oleh Pak Surya si supir baru.

Sekitar jam sepuluh pagi, aku berpesan padanya untuk antarkan ke butik. Rasanya senang sekali bisa memulai kegiatan baru setelah melahirkan anak. Dari pagi aku sudah antusias menyusun semua perlengkapan Zahrana untuk di bawa ke butik.

Bubur bayi, baju ganti, alat tidurnya, tak lupa mainannya agak ia tak rewel. Stroller juga ikut di angkut ke dalam mobil.

Aku buat senyaman mungkin, ada sofa di butik untuk tempat tidurnya dan karpet beludru untuk tempat bermainnya. Jadi baby sitter tinggal mengawasinya saja. Saat jam istirahat, aku bisa menyusui dan memberinya makan.

Semuanya di bawa santai saja, aku bisa bekerja sambil membawa anak. Jadi ide dan kreatifitasku bisa tetap tersalurkan dan punya penghasilan lagi.

Tepat pukul sepuluh, Pak Surya datang menjemput, kami pun berangkat ke butik dengan membawa semua perlengkapan Zahrana.

Aku sudah memberi kabar pada karyawan butik, kalau hari ini mulai masuk lagi. Mereka antusias mendengarnya, dan tugas mereka menjadi ringan. Karena tanggung jawabnya sudah aku ambil alih kembali.

Sampai di butik, tak banyak perubahan, karyawan ada dua orang, mereka menyambut antusias kedatanganku, bebi Zahrana dan Melly. Walaupun di rumah selama dua bulan, tapi tetap aku pantau semua pemasukan dan pengeluaran.

Pesanan dari pembeli serta langganan yang datang tetap ada meski tak banyak. Lumayan lah, masih bisa memberi gaji karyawan dan sisanya untuk di tabung.

Begitu menginjakkan kaki ke dalam butik, aroma terapi menyeruak dari pengharum ruangan ini, begitu menusuk penciumanku. Seketika pikiran terasa rileks, suasana ini yang membuat kangen bila berada di sini.

"Selamat datang kembali di butik ini, Bu Meysa," ucap Ayu, karyawan kepercayaanku.

Sedangkan Dina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Apa kabar, kalian sehat kan?" tanyaku.

"Alhamdulillah, kami sehat, Bu," ucap mereka serentak.

"Mulai hari ini saya masuk dan bekerja kembali, sambil membawa anak. Tugas kamu, saya ambil alih kembali, ya, Ayu!" jelasku.

"Iya, Bu!" ucap Ayu sambil menyerahkan bukti penjualan bulan ini. Serta beberapa pesanan dari langganan butik.

"Oh-iya, kenalin ini Melly, pengasuhnya Zahrana!" imbuhku.

"Salam kenal, Melly!" ucap mereka berdua.

"Ya-sudah, kalian boleh kembali ke depan menjaga stand, saya langsung masuk ke ruangan kerja!" jelasku.

Mereka segera beranjak menuju ruang depan untuk merapikan busana dan membersihkan ruangan. Zahrana berada dalam strollernya, Melly masih di depan, melihat isi butik sambil berkenalan dengan Ayu dan Dina.

Entah kenapa hati ini merasa senang, bisa duduk di ruangan kerja ini, mulai memegang pensil sambil corat-coret diatas kertas lagi. Buka situs online sambil memasarkan busana yang tersedia di butikku.

Melihat trend busana tahun ini, mulai baca pasaran, model yang di gandrungi anak muda. Begitu juga dengan pakaian syar'i lengkap dengan hijab yang senada, semuanya aku pelajari dan mulai mencoret di atas kertas. Dan hasilnya lumayan mirip lah, aku tambahkan dengan kreasi sendiri jadi bisa menuangkan kreatifitas diri lewat busana.

Bersambung ....