webnovel

CHANCE (WMMAP FANFIC)

*HANYA SEBUAH FANFICTION* Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati di usia delapan belas tahun. Menurut novel tersebut, dia akan dibunuh oleh ayahnya sendiri dalam dunia tersebut dengan cara digantung. Dengan kesungguhan hati yang kuat, dia mencoba mengubah takdirnya seorang diri. Namun, bantuan datang seiring berjalannya waktu dari orang-orang terdekat. Hingga suatu hari, bantuan juga datang dari Sang Ayah yang ditakdirkan membunuhnya. Bisakah gadis itu merubah takdirnya bersama orang-orang yang dia sayangi? Ataukah takdir berkehendak lain dan menginginkannya mengikuti alur ceritanya? Ikuti kisah gadis tersebut di fanfiction ini. *Fanfiction novel dan webtoon Who Made Me a Princess* Disclaimer: Plutus - novel WMMAP Spoon - webtoon WMMAP

lol_hoshi · Book&Literature
Not enough ratings
28 Chs

Sembuh dan Kembali

Author POV

"Yang Mulia! Tuan Putri sudah sadar!" Felix setengah berteriak kemudian menghampiri Athanasia.

Claude bangkit dari duduknya dan mendekati kasur tempat Athanasia tidur. Athanasia mengedipkan matanya, mencoba melihat siapa orang yang ada di depannya. Sedetik kemudian, Athanasia meremas pakaian di bagian dadanya. Air mata terjun tanpa terkondisikan.

"SAKIT! HUWAAAA! SAKIT! PAPA! SAKIT!" Athanasia berteriak sangat keras dan menangis.

Felix semakin panik melihat reaksi dari Tuan Putrinya. Dia hanya bisa menatap Claude dengan wajah tegang. Claude mengeraskan rahangnya dan menatap tajam ke arah seseorang.

Tampak seorang pria berjubah hitam yang menutupi wajahnya kini bersujud di hadapan Claude. Badannya bergetar tanpa henti, takut akan apa yang terjadi padanya nanti.

"Apa yang Kau lakukan? Kenapa kondisinya semakin memburuk?"

"Dengan segala hormat Yang Mulia, kondisi Tuan Putri tidak bertambah buruk. Dalam kondisi seperti ini, tidak ada yang bisa kita la-"

"Aku menyuruh mu menyembuhkan nya! Dan Kau malah banyak bicara!"

"Ma...Maaf Yang Mulia. Di antara para penyihir kerajaan, hanya hamba yang paling mengenal fenomena sihir. Namun, hamba belum pernah menemui fenomena seperti ini Yang Mulia."

"Dasar tidak becus!" amarah Claude meluap-luap, "panggil penyihir lain! Masukkan dia dalam penjara!"

Dua kesatria masuk dan menyeret paksa penyihir itu. Suara memohon dari penyihir itu menjadi backsound suasana di ruang itu. Tegang dan penuh kepanikan.

Claude berbalik, menatap datar Athanasia. Hatinya benar-benar sakit melihat putri peninggalan mendiang istrinya kini menderita. Namun dia tidak menunjukkannya, memilih untuk memasang wajah sedatar-datarnya.

"Sa...sakit! Papa! Huwaaaaaa! Sakit!"

Athanasia menangis sambil meremas pakaian di bagian dadanya, membuat hati Claude semakin teriris. Claude tidak tahu harus berbuat apa. Satu-satunya pilihan adalah mempertemukan nya dengan mamanya, Diana, dalam mimpi.

"Tidurlah, Athanasia."

Tanpa buang waktu lagi, Claude menempelkan telunjuknya pada dahi Athanasia. Dia memberikan potongan memori nya tentang Diana. Dalam sekejap, Athanasia tertidur karena sihir tidur. Claude mengusap air mata Athanasia seraya berbisik lirih.

"Ku mohon, jangan tinggalkan aku seperti dia meninggalkan ku."

Author POV end

***

Ini sudah malam? Kenapa sangat gelap? Aku mengedarkan pandangan. Di tengah rasa bingung, aku tersenyum senang.

'Mama! Versi rare pula!'

Aku tersenyum melihat betapa cantiknya mama. Rambutnya yang digerai dengan gaun merah muda yang cantik. Tapi kok, mama terlihat sedih? Tunggu dulu di mana papa? Apa yang dia lakukan saat mama sedih? Mama kenapa menangis?

TAP! TAP! TAP!

Lho, kenapa papa berlari mendekati mama? Lho, ada apa sih?

"Aku kalah!"

KAGET! Ah, papa mengagetkan ku. Apa papa yang membuat mama menangis? Kenapa?

"Aku akan memohon jika memang itu mau mu!"

"Bagaimana bisa...Yang Mulia berkata begitu."

"Bukankah Kau akan menghilang selamanya kalau aku tidak melakukannya?"

"Yang Mulia."

"Jangan pergi! Pilihlah aku!"

Aku terdiam menatap mereka.

Papa mengeraskan rahangnya, "pilihlah aku! Jangan anak yang menggerogoti nyawa mu itu!"

DEG!

***

"Akhirnya Kau bangun juga. Kau pikir Kau itu putri tidur?"

Suara ini, aku mengenalnya. Rambut hitam panjang dan mata semerah ruby dengan tahi lalat di bawah mata kirinya. Tidak salah lagi!

"LUCAS!"

"Argh! Telinga ku sakit, bodoh!" Lucas menutup kedua telinganya.

Aku duduk dan menatapnya. Dia dalam wujud versi dewasanya sekarang. Tampan sekali! Ugh! Apa yang kau pikirkan, Athanasia! Ingatlah bahwa yang di hadapan mu ini, Lucas. Fosil berjalan yang menyebalkan!

"Bagaimana Kau bisa ada di sini?"

"Hmph! Aku baru saja menyembuhkan mu."

Aku terdiam dan meraba tubuh ku. Sudah tidak sakit. Terakhir kali aku bangun, dada ku terasa sangat panas. Lucas benar, aku sudah sembuh.

"Aku sembuh, Lucas!"

Aku loncat-loncat di atas kasur. Saking senangnya sifat heboh ku keluar. Aku tidak peduli. Aku senang karena masih hidup.

"Oke, cukup."

CTAK!

Tiba-tiba aku sudah duduk saat Lucas menjentikkan jarinya. Curang, dia memakai sihir. Aku menatap sebal ke arahnya. Dia hanya menatap ku datar. Apa? Kau marah pada ku? Kalau mau marah yasudah marah saja!

"Baru ku tinggal sebentar, Kau sudah kena masalah karena Si Hitam. Bukankah sudah ku peringatkan?"

"Dua tahun Kau bilang sebentar? Kau hilang tanpa kabar! Padahal aku ingin bertemu dengan mu!"

"Oh, Kau merindukan ku Tuan Putri?"

Aduh, aku barusan bilang apa sih? Lubang mana lubang? Aku tidak bermaksud begitu! Aku cuma mau main dengannya! Gah!

"Dasar Geer!"

"HAHAHAHAHA! Lihatlah! Wajah mu seperti tomat! HAHAHAHA!"

"HENTIKAN ITU LUCAS!"

Aku hendak melemparkannya dengan bantal, tapi dia mengambil bantal itu dan meletakkannya lagi seperti semula. Diam menyuruh ku untuk duduk kemudian menjentikkan jarinya.

CTAK!

Dia berubah wujud menjadi versi mini seumuran ku. Ha? Dia serius memakai wujud itu? Ku pikir dia tidak suka dianggap remeh sebagai anak kecil.

"Kenapa Kau-"

"Papa mu datang."

Aku menoleh ke arah pintu. Gagang pintu bergerak kemudian pintu terbuka. Aku menatap ke arah pintu, seperti kata Lucas, papa datang bersama Felix.

"Tuan Putri!" Felix tersenyum bahagia. Papa terkejut melihat ku.

"Papa!"

Aku menyibakkan selimut dan turun dari kasur. Aku berlari mendekati papa. Namun naas, aku terpeleset.

"GAH!"

GREP!

Aku jatuh dalam pelukan papa. Aku mendengar helaan napas pelan dari papa. Saat aku mendongakkan kepala, papa menggendong ku. Aku tersentak saat papa menatap ku.

"Apa masih terasa sakit?"

Aku menggeleng cepat-cepat. Papa mengamati ku dengan cermat. Dari kepala ke badan, lalu ke kepala lagi. Intinya dia mengamati keadaan ku.

"Apakah tidak ada efek samping nya?"

"UHUK! UHUK! UHUK!"

Aku kaget mendengar suara batuk yang agak keras itu. Aku menoleh ke sumber suara, ternyata Lucas biang kerok nya.

"Tidak ada efek samping, Yang Mulia. UHUK! Sepertinya saya sudah melewati batasan saya."

"Kau memang pantas untuk mendapatkan penghargaan atas kerja keras mu. Tentunya setelah aku tahu bahwa putri ku sudah sembuh total."

"UHUK! UHUK!"

Gah! Akting nya kelewatan! Hebat sekali dia bisa pura-pura batuk di depan raja. Nah, lihat itu. Dia sekarang pura-pura menangis juga.

"Maafkan saya Yang Mulia. Keadaan Tuan Putri belum sepenuhnya stabil. Beliau masih perlu istirahat. UHUK! UHUK! Ke depannya kejadian seperti ini akan terulang kapan saja. UHUK! UHUK! Saya akan memastikan bahwa Tuan Putri baik-baik saja meskipun saya harus berkorban...HUMP! UHUK! UHUK!"

Duh, akting nya membuat ku mual. Tapi sepertinya itu mempan untuk papa dan Felix. Kalian kok bodoh sekali bisa tertipu? Itu aktingnya Lucas!

"Yang Mulia, sepertinya lebih baik kita membiarkan dia istirahat dulu. Kita bisa mendengar detailnya setelah dia istirahat. Penyihir muda ini sepertinya sangat kelelahan."

Felix berkata sambil menepuk-nepuk pelan pundak Lucas. Papa mengangguki ucapan Felix. Aku menatap Lucas sinis. Kau masih berhutang penjelasan pada ku, enak saja mau main kabur. Baiklah, ku buat kau tidak bisa kabur dari ku!

"Papa! Papa!"

Semua orang menoleh pada ku. Aku memasang senyum sejuta watt dan puppy eyes. Semoga ini berhasil.

"Athy mau Tuan Penyihir menjadi teman bicara, Athy!" ucap ku seraya menunjuk-nunjuk Lucas.

Kalau ini berhasil, Lucas tidak akan bisa kabur dari ku! Tapi sebelum itu, dia akan mendapatkan tatapan tajam dan sinis dari papa. HAHAHA!

[Apa yang Kau lakukan, bodoh?]

[Wih, canggih! Ini telepati kan?]

[Jawab pertanyaan ku, bodoh!]

[Aku hanya mencari cara agar Kau tidak kabur dari ku. Kau berhutang penjelasan pada ku.]

Aku melirik papa. Papa melayangkan tatapan super tajam dan sinis pada Lucas. Secara otomatis Lucas bergidik ngeri. Aku menahan tawa saat melihat itu. HAHAHA! Kena kau, Lucas!

[Kau mau membunuh ku, ha?]

[Aku tidak peduli.]

Aku tersenyum mengejek pada Lucas kemudian tersenyum sejuta watt pada papa.

"Kau ingat syarat teman bicara yang Kau katakan pada ku?"

"Iya! Dia harus lebih pintar dalam satu bidang atau paling tidak setara dengan Athy!"

"Lalu?"

"Lucas kan pintar dalam bidang sihir!"

"Lucas?"

Aduh, mati aku. Aku tidak sengaja menyebutkan namanya. Aduh, papa bisa curiga. Bagaimana ini? Aku mendengar helaan napas pelan. Aku melirik Lucas yang gelang-gelang kepala. Maaf ya, Lucas. Mulut ku tidak bisa diajak kompromi.

"Iya! Nama Tuan Penyihir adalah Lucas! Tadi Athy berkenalan dengannya. Boleh ya, pa? Boleh ya? Boleh ya?"

Aku memasang wajah seimut mungkin. Ini harus berhasil. Pokoknya harus!

"Tidak boleh."

Ck. Kita coba cara lain saja, "Papa mau Athy berteman dengan anaknya Paman Putih?"

"Itu lebih tidak boleh."

"Kalau begitu biarkan Lucas menjadi teman bicara Athy!"

Papa menatap ku kemudian menatap Lucas dengan tajam. Lucas bergidik ngeri, begitu pula Felix yang berdiri di belakangnya ikut merasa ngeri. Beberapa detik mereka seperti itu sampai papa menghembuskan napas kesal.

"Kau! Mulai sekarang, Kau adalah teman bicara putri ku. Awas kalau Kau macam-macam dengan putri ku!"

Papa mengancam Lucas. Lucas hanya bisa bergidik ngeri seraya menjawab pelan.

"Ba...Baik Yang Mulia."

Aku tertawa dalam hati melihat reaksi Lucas. Aku hanya tersenyum saat Lucas menatap ku dengan kesal. Papa melirik ku, langsung saja ku hadiahi dia sebuah pelukan dan ciuman di pipi.

"Terima kasih, papa! Athy sayang papa!"

***