webnovel

Mantan Tentara

(Bagian dari Cerpen Kehidupan Versi Irvin di platform cerita lain)

"Hei," ujarku kuat pada seorang pemuda di balik pintu terbuka. Perawakannya tinggi sedang dengan rambut hitam pendek dalam balutan wajah Asia. Putih dan lumayan tampan. "Aku pulang dulu, Van."

"Ya, hati-hati loh."

"Tenang saja. Aku sudah biasa naik motor."

Tanpa ragu-ragu, aku mulai mengambil helem yang kuletakkan di gantungan depan motor dan menggenakannya langsung. Tiba-tiba kurasa bahuku ditepuk pelan. Aku melihat ke samping. Wajah abangku berubah masam tanda ada sesuatu yang tidak beres.

"Jangan lihat ke depan, nanti ketahuan, Vin" Abangku memperingatkan. "Pas kamu nanti belok keluar gang, kau akan nampak seseorang yang amat tua lusuh."

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa memangnya?"

"Dia itu suami dari anak gadis Ibu Dedeng di belakang rumah kita."

"Dan?"

"Kondisinya mengenaskan setelah memakai narkoba."

Tentu saja aku ingat laki-laki itu. Sepuluh tahun yang lalu saat aku masih pemuda belia, laki-laki tersebut sangat diagung-agungkan oleh orang-orang kampung karena perawakannya tinggi, tegap, berwibawa, dan tampan sekali. Seorang tentara pengabdi negara. Sungguh sempurna. Para perempuan memujanya dan bahkan tidak sedikit ibu-ibu menawarkan anak perempuan mereka sampai kemudian laki-laki ini sendiri memilih anak gadis Bu Dedeng. Anaknya cantik rupawan, tinggi, serta lumayan berpendidikan. Pokoknya pasangan sempurna. Tak perlu diragukan lagi akan masa depan mereka. 

Sampai dia bergaul dengan mereka. Mereka yang tinggal sekitaran toko rumah belakang Bu Dedeng, yaitu para lelaki muda-tua yang hidupnya berantakan serta merupakan preman setempat. Amat terkenal sebagai pencuri dan pemakai obat-obatan terlarang. Sialnya para pembuat onar ini langganan toko Bu Dedeng sehingga tentara muda ini otomatis bergaul dengan mereka. Prediksiku saat itu hidupnya bakalan hancur, tapi aku tidak tahu kabarnya oleh sebab kesibukan sehari-hari sampai baru diberitahu oleh abangku sekarang.

"Kupikir sudah mati loh. Soalnya tak pernah terdengar lagi kabarnya," ujarku tidak percaya. "Dari mana kau tahu?"

"Gosip terbaru. Katanya dia sudah tidak menjadi tentara lagi."

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Rupanya godaan obat sungguh tak terbendung bahkan oleh seorang tentara yang terkenal disiplin pun.

"Oklah. Nanti coba kulihat, kau tutup pintu rapat yah. Tahulah daerah sini."

"Ya, kau juga. Langsung kukunci pintu ini."

Kupencet tombol 'Hidup' motor menggunakan jari jempol kanan sembari menarik pegangan gas ke atas pelan-pelan. Otomatis motorku hidup. Abangku sudah kembali ke rumah dan menutup pintu rapat-rapat lalu akupun menutup kaca helem sebelum melaju. Mataku fokus ke depan hendak menemukan si mantan tentara.

Benar saja. Pas keluar dari gang, di depan sebuah rumah kosong, tampak seorang pria lusuh berbaju krim garis-garis sedang bergoyang pelan ke kiri-kanan bagai sebuah kapal oleng. Perawakannya tinggi, berambut hitam putih khas orang tua, dan mulutnya melongo bagai orang idiot dengan keriput menghiasi wajahnya. Pandanganya kosong. Tentara abdi negara nan rupawan dulu sudah berubah menjadi orang tua dungu akibat mengonsumsi narkoba serta obat-obat terlarang lainnya. Astaganaga. Sungguh tragis.

Sengaja kupelankan motorku untuk melihatnya lebih lama namun dia tak menggusbrik bahkan cuek saja. Melongo terus. Di balik helem, aku sekali lagi menggeleng kepala dan bertekad tidak ingin menjadi seperti dia. Terjerumus dalam narkoba bayarannya amat mahal. Hidup hancur, uang ludes, dan masa depan lenyap. Tak lama kudapat kabar kalau anak gadis Dedeng sudah lama bercerai dari mantan tentara ini. Lengkap sudah penderitaannya.

 Obat-obatan terlarang bakal menghancurkan masa depan seseorang