Setelah dua hari di sana kami pulang. Dan ternyata Nenek menyuruh Bapak membawa cermin itu untukku, katanya sebagai hadiah ulang tahunku padahal sudah lewat 2 bulan lalu. Ouchhh…pernyataan nenek membuatku bingung dan masih berpikir lagi memang ada cermin ajaib seperti dongeng snow white…pikiranku melayang kemana-mana. Ah bodo amat…aku pusing…
Setiap hari aku berusaha membuktikannya dengan berbuat hal-hal bodoh dan tak masuk akal mulai dari membaca mantra-mantra: simsalabim, abrakadabra, wesewes ewes ala iklan di tv, palalu botak mukelu jelek kagak bisa melek, oh..cermin-cermin di dinding tunjukan sesuatu, pakai bahasa inggris pula mirror-mirror hanging on the wall …bla…bla…bla.. dan nyemburin air ala mbah dukun sampai bahasa planet mungkin sudah ku gunakan tapi tetap saja kagak mempan. Malahan tiap lihat kaca itu aku jadi takut, soalnya ada kesan-kesan mistis gimana gitu...
Aku jadi teringat Nenek, berbuat baik pada semua orang dan menjadi orang yang ramah. Mungkin maksudnya baik adalah supaya aku berubah, dengan semua itu mungkin cermin itu akan membantu pikirku.
Setelah kurenungkan hal pertama yang harus kulakukan untuk melancarkan semuanya adalah bertemu Onik di sekolah dan minta maaf serta menanyakan kejelasan masalahnya. Setelah kutemui Onik dan menanyakan kejelasannya, ternyata cuma hal sepele yaitu gebetannya udah punya pacar yang cantik, putih dan seksi kayak Angelina Joulie, otomatis Onik gak bisa nyaingin cewek itu karena perbedaanya sudah sangat-sangat jaauuuh. Oleh karena itu kemarin seharian gak mood dan gak semangat jadinya semua orang di marahin deh….ternyata dugaanku salah, aku sudah berpikir yang negative duluan sih…
"Eh..eh…Tara..raa..liat dong itu..itu!" Tiba-tiba Onik nyubit-nyubit."Ah..apaan sih??" Kataku kesal kesakitan.
"Itu…itu ada cowok ganteng lewat, wah bisa jadi gebetan baru nih…, eh kamu tahu gak..dia tuh murid baru, dia juga pintar, kemarin aja bisa ngalahin Ririn si jago debat loh, emmhh… pindahan dari Bandung. Kamu sih kemarin izin segala, gak asik tau…"Onik menjelaskan dengan penuh semangat.
"Kok aku gak liat di kelas sih?"
"Yah mungkin ngurus raport atau apa kek tadi…"
"ohh..gitu…, tpi emang dia lumayan sih, dari penampilannya aja udah kelihatan pintar." Jawabku.
Beberapa minggu kemudian…..
Sejak ada cermin itu, perlahan–lahan aku mulai melakukan perubahan pada diriku, setiap hari aku mengaca dan meyakinkan diriku bahwa aku orang baik, ramah dan bisa mewujudkan apa yang aku inginkan dan menyelesaikan masalah serumit apapun. Efeknya mulai kurasakan positif. Aku mulai berani bicara dan lebih percaya diri. Ternyata setelah aku bisa kenal lebih dekat dengan semua teman-temanku tak semua dari mereka yang kupikir tak bersahabat ternyata sebaliknya, dan aku sadar dirikulah masalah itu muncul. Tapi aku masih tak percaya dengan kata-kata nenek dan tentang cermin itu.
Setelah dua bulan berlalu, Onik makin dekat dengan Anak baru itu dan belum lama ini mereka jadian. Seluruh isi sekolah gempar dengan berita itu,kok bisa-bisanya si Anak baru itu milih Onik yang kayak kereta api itu, sampai-sampai fansclub Anak baru itu meneror Onik, huff…pokoknya kisah cinta mereka seakan-akan dihadang rintangan yang bertubi-tubi. Ditambah lagi Onik cerita padaku , kenapa si Anak baru itu nerima dia apa adanya, itu karena Onik itu unik, baik hati, hitam manis kayak Rihanna plus tak ada saingan dapetin kamu, katanya. Ternyata ada juga cowok yang suka. Aku jadi geli sendiri.
Namun, sekali lagi aku merasa kecewa karena teman senasibku kini tak lagi senasib, hanya dirikulah yang jomblo. Rata-rata teman kelasku juga sudah punya pujaan hati, aku pun kalah dengan orang yang menurutku tidak lebih dari diriku..yahh mungkin aku sedikit sombong (hehehe..) tapi menurutku benar, mereka hanya dengan modal teori aksi = reaksi plus modal mental, PD, habis maju langsung di sambar deh umpannya. Sementara aku? Sama dengan NOL. Kuakui aku sedikit alergi kalau deket-deket dengan yang namanya manusia "COWOK". Entah kenapa setiap omongan lebay dan gombalan mereka membuat telingaku gatal dan sakit. Mungkin karena sikap itulah yang membuat para cowok juga alergi dengan cewek sepertiku.
Aku jadi tidak tenang dan mulai berpikir yang tidak-tidak. "Hehhh…Tara kenapa melamun sih, hayo mikirin siapa??" Onik menepuk bahuku. "Eh..gak kok, tapi…emmmhh...jujur aja aku iri sama kamu loh, kamu sekarang udah punya dia dan aku takut kamu temen yang paling baik perlahan akan menjauh…"Aku berusaha mengatakannya dengan susah payah.
"Hahaha..kamu ini aneh, kenapa sihh?…ya nggaklah,aku gak akan begitu, kita adalah teman kan…tapi seorang Tara bisa iri padaku? Sungguh aneh sekali, justru aku yang kadang begitu sama kamu loh, kamu tuh udah pinter, baik, tinggi, plus cantik cuman kamu harus di tambah senyum dikit aja pasti banyak yang menyukaimu, jujur kalau kamu cemberut terus, mukamu garang kayak naga nyemburin api dari hidungnya….hahhaha.."Onik meledekku terus, dia pun melarikan diri, mencoba lari dari kejaranku. "Hehh…apa kamu bilang? Eeh tunggu kereta api!!! Kamu larinya cepat sekali sih…huuuh, awas kamu yaa!…,hahaha…."Aku mengejar Onik sambil tertawa.
Aku tahu jawaban Onik secara tidak langsung menyatakan bahwa masalahnya ada pada dirimu dan kamu harus merubahnya. Masalah kekasih? Tak perlu repot atau pun galau..hahaha.. karena di luar sana pasti banyak yang ngantri, tinggal pilih aja kok…toh hidupku masih panjang dan masa depan tidak ada yang tahu, hehhehe..^-^
Sekarang aku mengerti maksud nenek yang sebenarnya, aku harus menjadi diriku sendiri dan selalu bersyukur terhadap apa yang aku miliki, hidup orang-orang itu sudah punya jalannya masing-masing, manusia tak perlu iri dan merasa rendah. Kenyataannya memang benar cermin itu membantu, membantuku untuk melihat diriku yang sebenarnya bahwa itulah kamu. Nenek berkata benar, semua masalah jawabannya ada pada diriku sendiri dan aku tak bisa menghindarinya. Hasilnya cermin itu tidaklah ajaib karena dirikulah yang ajaib. Aku sekarang lebih mengerti apa itu arti hidup, persahabatan, dan tentunya be your self.
***
Cermin-cermin di dinding…
Dapatkah kau berbohong untukku?
Dapatkah kau membuatkan topeng untukku?
Dapatkah kau merahasiakan semuanya untukku?
Kenapa…? Sulitkah bagimu?
Cermin-cermin di dinding….
Tidakkah kau bosan dengan semua itu
Tidakkah kau muak dengan wajah-wajah itu….
dan….
mengapa hanya kejujuran yang kau miliki….
Behind the story, there is a miracle…,siapa yang tahu?
--The End--
Terimakasih yang uda mau baca sampai akhir. Cerpen ini mungkin mengandung pengingat, bahwa apapun dan bagaimanapun dirimu... jadilah dirimu sendiri. Masa depan masih misteri maka berusahalah dan sayangi dirimu. Maaf kalau cerpen yang aku tulis pertama kali ini masih bahasa canggung dan "wagu"... tapi motivasi kalian sangat berharga. Keep smile everyone !