webnovel

Pelajaran

Selena menundukkan kepalanya di meja, membiarkan keramaian disekitarnya. Begitu Kalani, melihat Selena yang seperti ini membuatnya tidak ingin mengganggunya.

Tepat saat itu Raka datang dan hendak menepuk Selena, dengan cepat Kalani menghadang tangan Raka. "Jangan diganggu!" ucapnya setengah berbisik.

Raka yang mengerti maksud Kalani menganggukan kepalanya dan duduk di kursinya sendiri. "Kenapa?"

Kalani menengok kebelakang dan menggelengkan kepalanya. "Nggak tau." Ucapnya sambil mengendikkan bahunya.

Selena sebenarnya mendengar semua percakapan antara Kalani dan Raka, tapi dia enggan untuk menimpalinya.

Sampai tiba saat Pak Arifin guru kimia masuk kedalam kelas. Semua keramaian di kelas langsung berhenti saat melihat Pak Arifin. "Selamat pagi semuanya."

Suara Pak Arifin membuat Selena mendongakkan kepalanya. Melihat beliau sedang menuliskan sesuatu di papan tulis membuat para siswa langsung tahu kalau tugas akan menyerang mereka.

"Ini ada soal silahkan dikerjakan! Bapak tunggu dalam waktu lima belas menit."

Sontak seluruh siswa jadi mengeluh karenanya. Pak Arifin memang terkenal sebagai guru yang ditakuti karena tugas yang banyak tapi memberikan waktu singkat. Hal ini membuat para siswa menjulukinya "The Killer of Time" julukan ini sudah melekat 0adanya sejak tahun pertama beliau mengajar.

Soal di papan tulis merupakan soal yang sudah pernah dibahas sebelumnya, jadi Selena tidak banyak protes dengan waktu yang diberikan. Dia langsung mengerjakan tugasnya dengan fokus, membiarkan murid yang lain saling protes. Pak Arifin yang mendengar celotehan mereka pun tidak menghiraukannya, dia malah sedang asik menulis di bukunya yang lumayan tebal. "Kalau kalian banyak protes waktunya makin berkurang."

Para siswa jadi berhenti berbicara dan segera mengerjakan soal itu. Pak Arifin juga tidak akan memberikan kompensasi hanya karena protes tanpa alasan yang tepat.

Berbeda dengan Selena yang fokus, membuatnya jadi sudah mengerjakan setengah soal. Kalani disampingnya juga mengikuti Selena, tidak banyak protes dan langsung bekerja. "Kamu kurang berkas soal Sel?"

"Dua lagi." Jawabnya tanpa menengok ke arah Kalani.

"Cepet banget sih, aku masih tiga soal."

Selena ingin protes pada ucapan Kalani yang barusan di ucapkan, tapi apa daya dia tidak berniat membuka mulutnya.

Lima menit berlalu Selena sudah selesai dengan tugasnya, dia segera maju ke depan dan memberikan bukunya pada Pak Arifin. "Ini pak."

Pak Arifin terlebih dulu mengecek pekerjaan Selena, dia mengeceknya dengan sangat teliti. "Bagus, silahkan duduk lagi Selena!"

Selena kembali duduk setelah mendapat izin dari Pak Arifin. Tugasnya di pelajaran pertama dia sudah selesai, Selena memutuskan untuk menundukkan kepalanya di meja lagi.

Setelah dilihat sekarang Selena dan Dalfon sangat mirip, dari tadi hanya mengerjakan lalu tidur. Bahkan Kalani dan Raka yang duduk di samping mereka juga heran kenapa ada manusia yang bisa tertidur dengan waktu yang cepat seperti itu.

Kalau Kalani mengatakan Selena bisa tertidur dengan cepat, jawabannya tentu tidak. Sejak tadi Selena hanya memejamkan matanya tapi tidak kunjung tidur. Dia masih bisa mendengar semua yang terjadi dikelas ini dengan baik, bahkan dia bisa mendengar seseorang yang baru saja buang gas dikelas.

"Bau apa nih?" ucap salah satu siswa yang menyadari bau busuk dikelasnya. Pelakunya tidak mengaku, tapi Selena tahu dia siapa. Laki-laki yang sedang duduk dibelakangnya tidak sadar kalau dia baru saja buang gas, mungkin saja sekarang Dalfon sedang tertidur dan tidak sadar.

"Silahkan yang sudah selesai bisa langsung kedepan dan saya nilai!" Pak Arifin kembali mengingatkan para muridnya agar segera menyelesaikan tugasnya.

Pelajaran Pak Arifin berjalan dengan baik, tugas yang diberikan juga sudah dikerjakan semua. Sampai tiba pergantian pelajaran yang kedua, yaitu Bahasa Inggris.

Pelajaran kedua ini dibimbing oleh Bu Lina, para siswa sangat menyukainya karena mudah sekali ditipu. Pembawaannya yang lemah lembut membuat para siswa sering kali memanfaatkannya. "Pagi semuanya."

"Pagi Bu." Jawab mereka dengan semangat, kecuali dua orang yang berdekatan itu.

"Karena semua materi sudah saya ajarkan kalian bisa mengulas kembali dengan mengerjakan soal yang sudah saya kirim di grup kelas."

Semua siswa lalu membuka ponselnya masing-masing, mencari soal yang dimaksudkan Bu Lina. Selena juga membuka ponselnya, tapi yang dilihat bukan soal bahasa Inggris. Sebuah foto yang menampilkan wajah papanya saat masih muda, disana dia tidak sendiri ada satu wanita yang berdiri disampingnya. Mereka tampak tersenyum cerah dan bahagia, itu gambar bundanya yang Selena punya.

Selena tersadar saat Kalani menyenggol lengannya, "kamu udah buka soalnya?"

"Emm belum, Kenapa emangnya?"

Kalani menunjukan ponselnya yang menampilkan beberapa deretan soal yang cukup panjang. "Kita disuruh ngerjain soal segini banyaknya!"

Sedangkan Selena yang melihat hal itu tampak biasa saja, dia tidak memiliki reaksi apapun. Kalani yang melihat ekspresi cuek Selena membuatnya jadi bertanya-tanya. "Kok nggak kaget sih? Ini hampir 200 soal loh."

"Yang ada aku yang tanya Lan, menurut kamu soal 200 dalam waktu satu jam bisa selesai?"

Kalani menggelengkan kepalanya, "Enggak kayaknya, tapi nggak tau sih kalau kamu."

"Ini waktu sama soal nggak akan cukup, jadi pastinya ini bakal jadi tugas rumah." Jawabnya dengan nada tenang.

"Oh iya kok nggak kepikiran ya?"

Selena kembali menundukkan kepalanya, membaurkan Kalani berbicara sendiri. "Selena kok malah di tinggal tidur lagi sih?"

"Aku capek banget Lan."

Selena tidak bohong kali ini, dia memang sedang capek sekali. Mulai dari semalam dia harus berjalan cukup jauh sampai insomnia yang dideritanya.

Benar saja ucapan Selena tadi, soal yang tadi diberikan Bu Lina ternyata digunakan sebagai tugas dirumah. Hari ini beliau mengajar hanya satu jam pelajaran karena waktu mengajar yang ditambah untuk pelajaran lain. Contohnya sekarang adalah olahraga, kalau biasanya olahraga dialkukan pada pagi hari berbeda dengan gaya mengajar Pak Joko.

Pak Joko lebih memilih mengajar sekitar jam 9 pagi agar anak muridnya mendapat sinar matahari paling baik. Tapi ternyata hal ini justru membuat para siswa tidak terlalu suka dengannya.

Setelah pelajaran dari Bu Lina tadi selesai, mereka langsung pergi ke toilet untuk mengganti bajunya. Begitu juga dengan Selena dan Kalani. Walaupun masih sangat malas Selena berusaha untuk tetap mengikuti setiap pelajaran disini. "Selena kaki kamu sebenarnya kenapa sih?" sepertinya Kalani baru saja menyadari cara jalan Selena yang berubah.

"Ini nggak apa-apa kok." Selena tetap melanjutkan langkahnya menuju ke toilet.

"Tapi itu kelihatannya nggak baik Sel, kamu habis jatuh?"

"Iya jatuh dari motor, udah jangan ditanya lagi ah kita cepetan ganti baju! Keburu telat malah kena hukuman dari Pak Joko." Selena lalu masuk kedalam toilet meninggalkan Kalani yang masih terdiam di tempatnya.

Sistem pelajaran disini memang sepenuhnya bisa diatur sesuai dengan kehendak dari setiap guru. Mereka bahkan sering mengalami perubahan jadwal secara tiba-tiba.