webnovel

Kontrakan Angker

Aku mengajak istriku Lisa untuk tinggal setidaknya satu tahun jauh dari orang tua, jujur saja kalau tinggal dengan orang tua rasanya kami tidak bebas melakukan apapun.

Namaku Bram, selama satu bulan tinggal di rumah orangtuaku akhirnya Lisa mengajak aku untuk mengontrak rumah saja. Aku sebagai suami tentu saja tidak bisa menolak keinginannya, lantas aku mencari kontrakan yang murah dan terjangkau. Maklum saja aku walaupun aku bekerja di perusahaan, tapi aku memikirkan masa depanku untuk bisa menabung.

Dasar memang rezekinya, satu Minggu mencari kontrakan akhirnya kami mendapatkan kontrakan berupa rumah dengan harga yang cukup terjangkau.

"Kenapa dikontrakkan murah sekali pak?"

Aku mengobrol dengan pemilik rumah tersebut, dia hanya berkata kalau penyewanya tidak ada yang tahan lama, dia juga mengatakan tidak tahu mengapa seperti itu.

Aku tak ambil pusing dan segera menempati rumah kontrakan yang aku rasa cukup nyaman, bagaimana tidak selama kami menikah ada hal yang belum kami lakukan dirumahku yaitu mandi bersama. Risih rasanya aku mandi bersama jika di rumah orangtuaku, pasalnya aku memiliki adik dan kakak yang masih tinggal satu rumah.

Usia pindahan barang tubuh kami berkeringat dan aku merasakan gairah yang luar biasa, terlebih saat melihat kaos yang dipakai oleh Lisa basah pada bagian ketiaknya.

"Lho mas ngapain?"

Dia kaget karena tiba-tiba saja aku memeluknya dari belakang sembari menjilati lehernya yang berkeringat, aku sebenarnya enggan menjilati keringat pada bagian tubuh istriku, tapi entah kenapa siang itu keringatnya begitu merangsang ku.

"Main yu sayang!"

"Bau mas, belum mandi ih."

"Nanti sekalian mandi bareng saja."

Lisa tersenyum dengan godaan ku, nampaknya dia juga menginginkan apa yang aku inginkan.

Aku bawa dia ke tempat tidur dan aku langsung menindihnya dengan penuh nafsu, beberapa kali aku benamkan wajahnya pada ketiakku yang sudah berbau tidak sedap.

"Buka mas! Aku ingin cium langsung!"

Aku buka kaos yang aku pakai, aku melihat Lisa begitu terangsang dengan aku yang membuka baju.

Dia tarik tubuhku dan aku heran bukan main karena aku merasakan adanya jilatan pada area ketiakku.

"Apa mungkin Lisa sedang menjilatinya?" Pikirku.

Aku semakin bergelora saja karena bukan hanya bagian ketiak kanan tapi bagian ketika kiri dia jilati, aku melihatnya dengan jelas karena begitu banyaknya air liur pada mulutnya.

Seolah-olah merasa tertantang aku pun mencoba menjilati bagian ketiaknya, bagian itu adalah bagian yang paling tidak mau aku sentuh karena istriku memiliki bau ketiak yang tidak nyaman untuk hidungku. Tapi entah kenapa aku semakin bernafsu dan ingin menjilatinya.

Hingga aku terkaget ketika melihat cermin pada lemari yang ada di samping tempat tidur kami.

Terlihat diriku begitu bernafsu menjilati ketiak istriku, sedangkan aku tidak melakukan apa-apa.

"Lis? Lisa?"

"Kenapa mas? Terus mas jilat, enak banget jilatan mas! Jarang-jarang mas mau jilati ketiak aku."

"Lisa."

Aku panggil dia agak teriak dan aku arahkan wajahnya pada cermin yang membuat aku kaget tadi, mataku melongo karena aku melihat diriku sedang diam dan tidak melakukan apa-apa.

"Kenapa mas?" Mau lanjut gak?"

"Nanti malam saja Lis."

"Ya udah, aku mau masak dulu."

Sepuluh menit berselang perutku keroncongan dan lapar sekali, aku segera ke dapur karena tercium aroma masakan yang menggugah selera.

Terlihat Lisa sedang memasak ayam goreng dan lengkap dengan lauk pauk yang lainnya, aku tak ambil pusing darimana Lisa bisa mendapatkan makanan dalam waktu sesingkat ini. Mungkin karena aku ketiduran sebentar ketika tadi di tempat tidur, jadi tidak tahu kalau Lisa memasak sebanyak ini.

Saat aku menyantap ayam goreng buatannya, tiba-tiba saja aku merasakan jilatan pada leherku.

"Lis, mas lagi makan. Nanti mas makan dulu."

Bukannya mendengarkan justru Lisa semakin liar ketika menuju kolong meja dan membuka celana pendek yang aku pakai.

"Ah...ahh"

Aku mengerang karena Lisa benar-benar menjilati kemaluanku penuh semangat, aku merasa ketika tinggal di rumah ini birahi kami benar-benar luar biasa. Karena aku tahu kalau Lisa anti sekali kalau harus jilat menjilati bagian tubuh kami masing-masing.

Sampai sepuluh menit Lisa mengulum kemaluanku dan rasanya aku sudah tidak tahan ingin orgasme, aku pegang sendok dan meremasnya begitu erat.

"Lis, mas keluar...ahhh .ahhhh"

Aku mengehela nafas karena telah berejakulasi pada mulutnya Lisa, hal itu adalah hal yang tidak pernah bisa aku lakukan sebelumnya.

"Prukk"

Terdengar suara kresek yang berisi bahan-bahan jatuh ke lantai.

"Mas, kamu lagi ngapain?"

Aku lihat Lisa ada di depanku dengan wajah keheranan, aku keluarkan tanganku dan betapa kagetnya aku karena sedari tadi aku melakukan onani.

Tidak ada masakan di atas meja makan, aku sendiri kaget bukan main.

"Tadi diajak lanjut gak mau, malahan ngocok sendiri gimana sih kamu mas?"

"Lis, dengarkan bicara! Ta.. tadi.."

"Sudahlah mas, nanti malam gak ada kita main. Spermanya udah habis kamu keluarkan semua."

Memang aku lihat sperma ku begitu banyak dan kental berserakan di lantai, belum lagi aroma pekat khas sperma menempel pada tangan kananku.

Malam pun tiba, aku memilih menonton tv di ruang tengah, karena Lisa sendiri sedang tidak mau berhubungan badan akibat tadi siang.

Aku tertidur sampai ada suara yang membangunkan aku, jam sendiri sudah menunjukkan pukul 22.00. Aku segera masuk kamar, akan tetapi pintu kamar sedikit terbuka dan alangkah kagetnya aku ketika melihat seseorang sedang bersama Lisa.

Aku intip siapa orang itu, berani-beraninya Lisa selingkuh hanya karena masalah tadi siang.

"Katanya marah, tapi mas jilati kemaluannya keenakan gitu."

"Iya mas, tapi kalau dijilat kemaluanku. Jangan sekali maaf, beribu-ribu maaf pun aku terima mas."

Kaget bukan main karena disana terlihat sosok mirip aku dengan kondisi sudah telanjang bulat sedang menjilati kemaluan Lisa, rasa marah meluap-luap ingin masuk ke kamar tidurku. Tapi kenapa tubuh ini tidak bisa bergerak dan suaraku seolah-olah hilang, seolah-olah aku dipaksa menyaksikan bagaimana Lisa bersetubuh dengan orang yang mirip denganku.

Sakit rasanya ketika mendengar Lisa mendesah dan suara peraduan kelamin begitu intens, terlihat seseorang yang menyerupai aku begitu gagah dan begitu dominan dalam berhubungan badan.

Lisa benar-benar menikmati hubungan intim tersebut, aku lihat dia beberapa kali mengalami orgasme sedangkan orang yang menyerupai ku masih gagah perkasa.

"Lisa, mas mau keluar! Ahhh..ahhh!"

Mendengar ucapan tersebut kesadaranku hampir hilang, ketika jutaan sperma dia keluarkan di dalam rahim Lisa akhirnya aku ambruk dan tak sadarkan diri.

Aku tersadar sekitar jam 6 pagi dan masih berada di sofa dimana aku ketiduran semalam, aku menghela nafas karena semalam rupanya hanya mimpi saja. Sampai tiba-tiba datang Lisa sudah cantik karena sudah mandi.

"Mas, mandi ih. Ketek mas bau tuh, tapi semalam aku suka bau ketek mas. Oh ya mas, nanti janji ya mau pakai gaya baru."

"Ta...." belum sempat aku bicara, tiba-tiba saja Lisa memotong ucapanku.

"Pokoknya semalam mas gagah sekali, kau makin sayang sama mas." Ucapnya sambil berlalu menuju dapur.

Aku heran bukan main akan perkataan Lisa, saat aku cium ketiak dan badanku baunya bukan main seperti baru olahraga lebih dari dua jam.

Aku semakin kaget saja ketika membuka celana yang aku pakai, aroma semerbak pandan tercium sangat menyengat.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Karena badanku sangat lengket akan keringat maka aku putuskan untuk mandi, segar rasanya ketika air menyentuh setiap lekuk tubuhku.

"Kita harus menyatu!"

Kaget bukan main rasanya karena ada suara bisikan dari arah telingan kiriku.

"Siapa itu?"

Tidak ada jawaban sama sekali, hanya saja aku merasa ini sudah terlalu gila.

"Mas, udah belum mandinya? Itu diluar ada pa Ujang."

Aku segera menyelesaikan mandiku dan menemui pak Ujang yang merupakan tetanggaku.

"Eh pak Ujang, silahkan masuk!"

"Saya langsung saja ya pak, apa bapak dan istri tidak merasakan apa-apa tinggal disini?"

Sontak pertanyaan dari pak Ujang membuat aku heran, kenapa dia bisa tahu akan rumah ini.

"Tidak ada apa-apa kok pak, kami nyaman-nyaman saja tinggal disini."

"Kalau begitu syukurlah, saya permisi dulu."

Dableg pikirku tuh orang, datang kesini cuma mau bicara itu doang.

Malam harinya aku memutuskan untuk tidur bersama Lisa, wajahnya terlihat cantik mungkin karena efek semalam.

Aku angkat kedua tanganku dan Lisa merebahkan kepalanya pada lengan kananku, beberapa kali dia benamkan wajahnya pada ketiakku yang masih memakai baju.

Tiba-tiba saja aku merasakan dorongan birahi yang sangat kuat, aku remas pantat agak kasar.

"Ahhh.."

Aku dengar desahan Lisa yang seolah menantang untuk lebih keras lagi meremasnya, birahiku benar-benar bergelora seperti buakan diriku saja. Dalam waktu singkat aku hanya memakai celana dalamku saja.

"Belum juga ngapa-ngapain tapi ketek kamu udah bau lagi mas, tapi aku suka."

Heran rasanya dengan perkataan dari Lisa, dan astaga benar-benar menyengat aroma ketiakku padahal aku sudah pakai deodoran.

Lisa mencium bibirku begitu rakus bahkan kami berdua hampir kehabisan nafas karena beradu air liur yang sangat intens.

Ketika aku terlentang, aku dikagetkan dengan Lisa yang sudah tak memakai pakaian satupun berdiri tepat diatas wajahku.

"Plokk."

Ini pertama kalinya Lisa jongkok tepat pada wajahku dan aroma vaginanya benar-benar membuat aku ingin muntah.

"Lis, Lisa?"

"Ayo jilat kaya semalam mas, jilatan mas luar biasa!"

Aku tidak bisa berbuat banyak karena pada saat itu juga entah kenapa aku menjulurkan lidah ku dan langsung menjilati vagina milik Lisa.

"Ahh...ahh...ahh."

Seketika itu juga dia mendesah penuh kenikmatan, sementara itu aku coba menahan nafas karena jujur saja aromanya membuat aku mual, tapi bibir dan lidahku seperti sangat menikmatinya.

Lisa merubah posisinya menjadi 69, dengan posisi ini dia mengulum kemaluanku penuh semangat dan dengan posisi ini juga aku dapat melihat jelas kemaluannya dan lubang pantatnya secara jelas.

"Jilat mas!"

Jelas aku masih enggan akan apa yang harus aku lakukan, tapi sekali lagi bibir dan lidahku seolah-olah ada yang mengatur dan langsung menjilati lubang kemaluannya. Hingga mataku melotot karena lidahku dengan sendirinya mulia menuju ke arah lubang anus milik Lisa yang agak berbulu.

"Gila, itu lubang kotor. Aku gak mau menyentuhnya dengan lidahku." Batinku.

"Bagaimana kalau dengan batang kemaluanmu?"

Tiba-tiba saja kembali terdengar suara bisikan itu dan gilanya aku merubah posisi Lisa menjadi lebih menungging dan mempertontonkan lubang vagina dan anusnya.

"Mau langsung masuk mas, aku udah basah nih?!"

Aku arahkan penisku pada lubang kemaluannya, akan tetapi selalu gagal dan malahan selalu mencoba masuk ke dalam lubang anusnya.

"Jangan lubang itu mas, kotor ih..tapi kalau mas.."

"Mas mau lubang itu Lis, apa boleh?

Aku terkejut bukan main karena kali ini bukan hanya lidah dan bibirku, tapi suaraku telah diambil alih oleh yang tidak tahu siapa orangnya.

"Boleh mas kalau mas mau, tapi jilat dulu biar gak sakit."

Ini sudah keterlaluan menurutku, sedikit demi sedikit aku dekatkan wajahku pada lubang pantat Lisa. Setelah agak dekat aku cium aroma kotoran dari lubang tersebut, aku mulai menjulurkan lidahku dan hampir menyentuh lubang tempat keluarnya kotoran tersebut.

Aku pejamkan mataku dan pada saat itu juga aku dapat melihat kejadian di rumah itu, disana terlihat warga hendak membakar rumah yang aku tempati pada saat ini.

"Bakar rumahnya, najis punya warga yang melakukan perbuatan nista di lingkungan kita." Teriak warga.

"Keluarga binatang, goblok memang masa anak perempuannya hubungan badan sama bapaknya, terus anak lakinya sama ibunya. Mau jadi apa warga kita pak RT!" Tambah teriak warga yang lain.

"Malah yang terdengar mereka melakukan tindakan sodomi, itu sudah keterlaluan pak RT."

Begitu banyak ucapan warga terhadap satu keluarga yang tinggal di rumah yang aku tempati sekarang ini.

Hingga aku melihat mereka dibakar hidup-hidup oleh warga disini, mereka mengunci pintu dan menutup jendela secara rapat sehingga satu keluarga tersebut tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.

Aku buka mataku dan

"Ahhhhhh"

Aku teriak kencang karena di depan wajahku terlihat wajah gosong dengan tawa menyeringai, saar aku bersandar ke belakang aku merasakan tubuh yang cukup empuk seperti payudara. Saat aku melirik ke arah belakang aku melihat wanita dengan rambut panjang dan gosong pula.

"Mas? Kamu kenapa?"

Lisa menyapaku dengan kondisi masih menungging, pada saat itu pula aku merasakan wajahku didekatkan dengan lubang anus Lisa yang sudah menganga dan siap untuk dijilat lalu disodomi.

"Jadilah bagian dari kami, kamu hanya perlu menyodomi istri kau. Itu sudah cukup untuk menjadikan kita menyatu dan birahi kita bisa saling tersalurkan.."

Aku benar-benar pasrah karena kini jarak lidahku hanya beberapa centi lagi di depan lubang anu Lisa, aroma kotoran sudah tercium dan aku mulai merasa tidak nyaman.

"Hentikan perbuatan kamu Dirja!"

Tiba-tiba saja terdengar suara orang sembari membuka pintu, sontak aku dan Lisa langsung menutupi tubuh kami dengan selimut.

"Pak Ujang?"

"Pa Bram, sebaiknya anda beserta istri bapak segera memakai pakaian kalian. Saya akan menunggu diluar!"

Aku yang kaget langsung memakai pakaian, tapi Lisa masih terlihat dengan pandangan kosong.

Aku menemui pak Ujang di ruang tengah beserta Lisa yang masih syok.

"I..ini sebenarnya ada apa pak Ujang?"

Kemudian pak Ujang memberi tahu kalau rumah ini adalah rumah terkutuk, sudah banyak pasangan seperti kami menjadi korbannya. Bahkan ada istrinya yang menjadi gila, aku sendiri tidak tahu kenapa bisa seperti itu.

Pak Ujang membawa kami keluar rumah dan betapa kagetnya karena diluar sudah banyak warga, mataku semakin melotot saja ketika melihat rumah yang aku tempati seperti rumah yang hampir roboh dengan sisa kebakaran.

"Ta..tapi."

"Sebaiknya bapak ikut ke rumah saya." Ajak pak Ujang.

Aku ikut ke rumahnya dan dia menjelaskan kalau tidak pernah ada orang yang mengaku itu adalah rumah yang dikontrakkan. Aku sendiri masih heran kenapa rumah itu tiba-tiba hancur, sedangkan ketika kami pertama kali kesini begitu bagus.

"Itu adalah Dirja, dia menyirep pa Bram sampai mau tinggal disana."

Kepalaku berputar-putar mengingat kegilaan yang terjadi di rumah itu.

"Lalu bagaimana dengan Lisa?"

"Lisa telah menerima sperma Dirja yang bersatu dengan pak Bram, ini yang saya katakan bisa membuat istri yang pernah tinggal disana menjadi gila."

"Lantas kenapa bapak tidak menolong kami sebelumnya?"

"Bukankah saya sudah menanyakan hal itu pada saat saya ke rumah pak Bram!"

Aku ingat dan menyesal rasanya telah berbohong kepada pak Ujang, kini aku bingung dengan kondisi Lisa yang seperti orang dengan pandangan kosong.

Pak Ujang mencoba menolong Lisa dengan segala kemampuannya, tapi dia seolah gagal.

"Bagaimana pak?"

"Lisa telah bergabung dengan dengan keluarga Dirja, dia enggan bahkan menolak ajakan saya untuk kembali kesini."

"Kenapa bisa seperti itu pak?"

"Dirja menjanjikan kenikmatan seksual dan Lisa sangat antusias akan hal itu."

Aku merasa sedih dengan bodohnya aku yang membawa Lisa kepada hal-hal yang menghancurkan kebahagiaan kami.

"Lalu saya harus bagaimana pak?"

"Pulangkan Lisa kepada kedua orangtuanya, mungkin saja panggilan dari orang tua bisa membawa dia pulang."

Aku lantas bergegas menuju rumah orang tua Lisa yang agak lumayan jauh, bahkan memakan waktu satu jam lebih.

"Mau dibawa kemana anggota keluarga kami?"

Bisikan itu semakin jelas ketika aku dan Lisa menaiki sepeda motor.

Sesampainya di rumah orangtuanya, terlihat orang-orang sudah berkumpul di depan rumah seolah tahu akan kedatangan kami.

"Bawa ke dalam!"

Ada tujuh orang termasuk orang tua dari Lisa melakukan segala cara untuk membawa Lisa pulang.

"Nak Bram!

Mertuaku memanggilku dan dia membisikkan hal yang membuat aku kaget bukan main.

"Hanya ada kami bertujuh, kamu juga menutup pintunya. Sperma nak Bram harus bisa mengalahkan sperma dari makhluk tersebut."

"Apa gak bisa dikamar saja?"

"Kami akan membakar lelehan pertama yang keluar, kalau dikamar tidak akan bisa."

Gila, masa iya aku melakukan hubungan intim di depan mertuaku dan orang-orang yang aku kenal sebelumnya.

Dengan diyakinkan oleh kedua mertuaku aku nekad melakukannya, malu rasanya harus mengerang dan memakai nafsu birahiku di depan mereka semua.

Tapi benar saja mata Lisa tidak kembali kosong, tapi kembali kosong ketika aku mengurangi tempo genjotan yang aku lakukan.

Sampai 10 menit akhirnya aku berejakulasi, ayah mertuaku tanpa jijik mengambil sperma ku dengan tisu lalu mereka bertujuh entah membaca apa seketika itu terbakarlah tisu yang berisi sperma tersebut.

Lisa tersadar dan dia kaget bukan main karena kemaluanku masih berada di dalam lubang kemaluannya Lisa, lantas aku mencabut kemaluanku serta memakai pakaian kami berdua.

"Anggap itu sebagai pelajaran." Ucap ayah mertuaku.

Tamat.