webnovel

Selemah Itu Hatiku

Karena memang pada kenyataannya aku ada ketika kamu ada. Dan pada dasarnya aku akan waras setelah kamu kembali selaras, dengan mengikat kembali untaian yang kita lontarkan kala itu. Memang selemah itu aku ketika kamu tidak lagi ada di dasar hari-hariku. Kian redup dengan sendu yang kurasakan di setiap waktu. Kini, aku jadi satu namun tak utuh, ketika ucapanmu sungguh-sungguh membuatmu pergi dari hidupku seolah memang dunia terasa sepi tanpamu. Semenjak itu, aku jadi linglung. Tidak tahu lagi harus ke arah mana aku berjalan, tujuanku hanyalah ingin menghilang. Nafasku masih sanggup menghembus, namun tidak untuk tujuan hidup yang ingin terus menembus. Rasanya memang benar-benar sehampa itu. Malamku dipenuhi dengan suara tangis, hingga mataku dipenuhi dengan air mata yang tak kunjung mengering. Lantas bagaimana rasanya kamu tanpa aku disana? Apa merasakan hal yang sama? Sepertinya tidak. Ketika senyum itu masih menyebar di setiap ujung sosial mediaku. Teman-teman yang selalu berbisik padaku untuk menyeretku dalam ingatanmu. Tetap saja aku tidak semudah itu untuk melupakanmu.

Benar, kita memang sepakat untuk berpisah. Namun ketika aku menyalakan mata ini untuk pria lain rasanya aku seolah mengkhianatimu. Karena sesetia itu aku padamu, dan tidak ada lagi kata cinta kedua setelah dirimu. Entah ini aku yang terlalu berkomitmen pada diriku sendiri atau terlalu percaya pada dirimu ini. Melepaskanmu itu sangat di luar nalarku. Tidak ada impian untuk melupakan terlebih lagi semua tentang kehidupanmu denganku. Terlanjur mengosongkan pesimisku untuk jauh darimu sehingga aku lupa bahwa semesta jauh lebih berkehendak dari segalanya. Terlebih lagi dalam memisah dan menyatukan dua rasa manusia.

Selemah itu aku, saat tidak bersamamu. Rasanya memang sudah terbiasa bernafas bersama denganmu. Ketika kamu memutuskan untuk pergi secara tiba-tiba, jujur masih belum kuasa untuk menerima kenyataan bahwa kamu memang ditakdirkan bukan milikku seutuhnya.

14/09/22 — Frizka Anggraini