Lucya ke luar ruang pemeriksaan dengan wajah cerah. Tak seperti yang ditakutkannya. "Terima kasih," ujarnya pada Randi.
"Tidak juga didampingi berterimakasih pula," Melina cemberut.
"Semua yang disampaikan Randi semalam itu yang ditanyakan." Lucya tertawa. "Aku malah menyampaikan ucapan Radi menjawabnya. Yang aku ingat-ingat."
"Ke mana lagi nih? Lapar."
"Ya, makan kalau lapar."
"Eh, info penting," ujar Lucya ketika berjalan ke parkiran.
"Hanjo ternyata sudah diperiksa!"
"Wah, hebat!" cetus Melina kencang. "Petugas itu yang ngasih tahu?"
"Aku yang nanya."
"Lalu apa hasil pemeriksaannya?"
"Mana bisa tahu. Hanya tercatat di bekas polisi." Randi yang menjawab.
"Kirain bisa tahu juga."
"Wuih, gimana gaya cecunguk itu menjawab pertanyaan polisi. Berkeringat dingin pasti," sebut Melina yang tidak mau membayangkan.
"Paling sama seperti aku juga. Tidak setegang dalam bayangan," kata Lucya menduga.
"Bedalah. Dia itu terlapor. Sementara kita yang melaporkan dia."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com