webnovel

Kebingungan Olive

Setelah menerima telpon dari Tono, Kartika tak lantas bersiap. Ia merebahkan tubuhnya terlebuh dahulu di atas kasur, kehamilannya membuatnya merasakan lelah yang cukup menguras tenaga. Kartika juga membayangkan lezatnya bebek goreng yang di janjikan Tono padanya tadi, Tono memang selalu memanjakannya tak heran Kartika merasa bak seorang permaisyuri raja.

"Udah ah ngayalnya, mending aku siap-siap. Nanti mas Tono bisa nunggu kelamaan," ucapnya seraya beranjak dari kasur menuju lemari bajunya untuk memilah-milah baju yang akan ia kenakan.

"Yang mana ya?" tanyanya. "Semua baju hampir tidak muat lagi di tubuhku, aku harus minta belikan baju yang baru nih. Kalau tidak nanti mas Tono gak cinta lagi sama aku, aku gak mau seperti Olive. Sudah gemuk, jerawatan. Siapa coba yang suka dengan Olive!" lanjutnya sambil mencibir anaknya sendiri.

Akhirnya pilihan kartika jatuh pada dress merah maroon yang cukup pas di tubuh Kartika, meski sedang mengandung anak Tono. Tubuh Kartika tidak seperti orang hamil pada umumnya, Kartika selalu menjaga tubuhnya agar tetap terlihat menawan di mata Tono.

Kartika melihat dirinya di balik cermin, dengan penuh senyuman Kartika memuji dirinya sendiri yang tampa anggun dengan riasan sedikit mencolok.

"Mas Tono pasti suka, dia pasti makin cinta sama aku."

Teng... Nong....

Suara bell rumahnya berbunyi, senyum Kartika langsung menyambut kedatangan Tono. Tono sendiri dibuat tertegun dengan kecantikan istrinya, semula Tono merasa lelah karena seharian bekerja tapi berkat Kartika, Tono kembali merasa segar.

"Sayang," panggil Tono menggoda dan memeluk istirnya dari belakang.

"Iya Mas," balas Kartika dengan nada manjanya.

"Kan Mas udah bilang, jangan terlalu cantik. Hapus make-upnya ya?"

Kartika merasa tak terima karena Tono memintanya menghapus riasan di wajahnya yang sengaja Kartika siapkan hanya untuk Tono, Kartika mengeluarkan jurus jitunya untuk membuat Tono merasa bersalah padanya yaitu jurus cemberut.

Kartika membalikkan tubuhnya menghadap Tono dengan wajah cemberutnya, "Emangnya kenapa sih? Kamu gak suka? Biasanya kamu gak pernah komen aku dandan kaya gini!" Ucapnya.

Tono mengelus pipi Kartika dengan lembut, "Bukan begitu, Sayang." Ucapnya lembut.

"Terus apa? Aku jelek ya?" tanya Kartika menjauh dari Tono.

"Sayang, bagaimana pun keadaan kamu. Aku akan tetap cinta dan sayang sama kamu, tapi. Kali ini aja, hapus lipstik kamu dan ganti dengan warna yang tidak mencolok ya?" Bujuk Tono dengan mendekati Kartika dan mencubit pipinya dengan gemas.

"Iya deh," ucap Kartika menurut pada

Tono. "Tapi bukannya kita mau dinner ya?" Tanya Kartika.

Tono memutar otaknya dan mengingat-ngingat kembali ucapannya tadi siang, ia hanya ingat bahwa akan mengantar Kartika usg dan juga membeli bebek goreng.

"Sayang, kita beli bebek goreng di pinggir jalan aja ya? Nanti kita atur jadwal lagi kalau mau dinner ya, gak papa kan?"

Kartika memberikan anggukan dengan senyum sumringah dibibir indahnya yang membuat Tono selalu jatun hati pada Kartika.

"Sebentar ya, aku ganti warna lipstiknya dulu. Kamu ganti baju dulu gih," pinta Kartika.

Namun Tono masih enggan melepas pelukannya dari Kartika, Tono masih betah melihat Kartika meski istrinya itu memintanya mengganti pakaian.

"Sayang, ganti bajunya. Nanti kita ke malaman loh," bujuk Kartika.

"Sebentar lagi, aku masih kangen sama kamu." tolak Tono seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada ibunya.

Kartika dengan sabar menunggu gilirannya untuk melihat sang buah hati melalui USG, sementara Tono baru saja datang untuk membelikan Kartika minum.

"Nyonya Kartika," panggil suster.

"Iya saya, Sus." Kartika dan Tono langsung beranjak menghampiri sang Suster.

"Silahkan masuk," suster tersebut mempersilahkan Kartika dan Tono masuk ke dalam ruangan.

Di ruangan tersebut sudah ada dokter kandungan yang menunggu Kartika dan Tono, hampir setengah jam Kartikan dan Tono dalam ruangan tersebut. Tak hentinya Kartika dan Tono saling berpegangan tangan ketika melihat sang buah hati di layar monitor nampak begitu sehat, dokter pun memberitahu jenis kelamin anak mereka.

"Selamat ya Pak Bu, bayinya sehat dan berjenis kelamin laki-laki." Beritahu sang dokter.

Kartika dan Tono terlihat sangat bahagia ketika mendengar anak mereka berjenis kelamin laki-laki, bukan Kartika namanya kalau tidak berdoa meminta agar anaknya tidak berwajah seperti Olive.

"Semoga anak kita tampan ya, Mas. Tidak seperti Olive," cibirnya.

"Baik Bu, saya resepkan ibu vitamin ya."

Setelah mengambil vitamin yang diresepkan dokter, Tono dan Kartika menuju warung makan yang menyediakan menu bebek goreng.

"Kamu duduk di sini dulu ya," Tono meninggalkan Kartika untuk memesan makanan.

Tak butuh lama bagi Tono untuk memberikan kejutan pada Kartika, Tono membuatkan nasi berbentuk hati untuk Kartika.

"Taraaa!" Seru Tono memberikan sepiring nasi dan bebek goreng pada Kartika.

Mata kartika berbinar melihat kejutan romantis sederhana dari Tono.

"Wah,terima kasih Sayang," Kartika menerima sepiring nasi dan bebek goreng pemberian Tono.

"Suka gak?" tanya Tono.

Kartika memberikan anggukan penuh kebahagiaan, "Suka banget!"

"Maaf ya, aku gak sempet beliin kamu bunga. Next time aku pasti bawakan kamu bunga atau nanti kita ahooping ya."

"Mau banget!"

"Ya udah, kita makan dulu? Selamat makan baby boy,"

Di lain tempat, Olive masih berada di kantor. Olive memaksakan dirinya untuk tetap bekerja meskipun tubuhnya sedang tidak baik-baik saja.

"Olive," panggil Kahfi.

Olive sedikit terkejut dengan kedatangan Kahfi yag secara tiba-tiba.

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Olive.

Kahfi menghampiri Olive yang tengah duduk di pentri kantor seorang diri.

""Gimana keadaan kamu?"

Olive terdiam sesaat memikirkan jawaban yang pas agar tidak membuat Kahfi mengasihi dirinya.

"Kamu harus jaga kesehatan Olive," ucap Kahfi sambil mengambil gelas.

"Kalau masih sakit jangan dipaksakan bekerja, saya tidak mau ada karyawan saya sakit tapi masih bekerja. Apa kata orang nanti, saya tidak masalah kalau besok kamu mau cuti." Lanjutnya.

"Biar saya bantu, Pak." Olive mengambil gelas yang dipegang Kahfi.

"Tidak perlu, saya bisa sendiri. Kamu istirahat saja," tolak Kahfi.

Olive kembali ke tempat duduknya, "Saya baik-baik saja, Pak. Saya masih kuat bekerja," sanggah Olive.

"Kamu tidak usah berbohong, Olive!" Nada bicara Kahfi mulai meninggi karena sanggahan Olive.

"Saya tidak berbohong Pak, Bapak bisa lihat sendirikan saya sehat Pak." Olive berdiri dan berputar memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Namun kepala Olive terasa sakit dan membuat tubuhnya hampir terjatuh karena tak seimbang, untung saja Kahfi dengan sigap menangkap tubuh Olive.

"Ini yang kamu bilang baik-baik saja?" tanya Kahfi yang masih menahan tubuh besar Olive.

Olive langsung menjauhkan dirinya dari Kahfi, Olive yakin Kahfi merasa berat saat menahan tubuhnya.

"Maaf.." Hanya satu ata yang keluar dari mulut Olive.

"Saya sudah peringkat baik-baik, agar kamu mengambil cuti." Ucap Kahfi mengulangi kata-katanya lagi.

"Saya baik-baik saja, Pak. Saya tidak butuh cuti, lagi pula kenapa Bapak begitu perduli pada saya? Saya ingin mencari nafkah untuk diri saya sendiri, jadi saya mohon jangan meminta saya mengambil cuti lagi." Jelas Olive.

"Kamu ini keras kepala ya, saya di sini bos kamu. Dan saya tidak ingin ada pekerja yang sakit, nanti saya di cap sebagai bos tidak pengertian." balas Kahfi.

"Maaf pak, saya tidak bisa cuti. Saya memang sudah sehat pak,"

"Ya sudah, terserah kamu saja yang penting saya sudah memperingati kamu. Lebih baik sekarang kamu pulang, sudah waktunya kamu pulang kan?"

Olive mengangguk sebagai jawaban, tak lama Kahfi pergi meninggalkan Olive, sementara Olive membereskan barangnya dan mengganti pakaiannya untuk bersiap pulang. Olive mencari Lily, karena biasanya Olive pulang bersama dengan Lily.

"Ly," panggil Olive.

Lily menoleh, "Tulip, aku lembur hari ini. Kamu gak papa kan pulang sendiri?" Tanya Lily.

"Oh, aku pesankan taxi online ya? Biar kamu cepat sampainya," tawar Lily.

"Aku kan bawa motor, Ly."

Lily menepok jidatnya, "Oh iya, aku lupa."

"Ya sudah, aku pulang duluan ya?"

"Ya sudah, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa, kabarin aku."

"Iya, dadah."

Olive pun menuju parkiran untuk mengambil motornya, hari ini cukup melelahkan bagi Olive karena tubuhnya kurang vit sehingga bergerak sedikit saja sudah membuat setengah energinya. Olive mulai mengendarai motornya karena hari sudah mulai semakin sore, namun saat di tengah jalan ban motornya terasa tidak seimbang.

"Ini kenapa ya? Kok tumben motornya gak enak gini, ada apa ya?" Olive bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Olive menepi sebentar untuk mengecek ban motornya, ternyata ban motot Olive kempes.

"Sepertinya kena paku deh, kempes banget. Gimana mau sampai rumah kalau kaya begini?"

Olive melihat ke sekitarnya siapa tau saja Olive menemukan tambal ban di sana, tapi Olive tidak menemukan bengkel di sekitar jalan Olive berhenti.

"Mas, mau tanya. Tambal-"

"Misi mba."

Belum sempat Olive menanyakan pada mas-mas yang lewat di hadapannya, orang tersebut malah meninggalkan Olive dengan tatapan jijik bahkan ada yang ketakutan dan berlalu tanpa melihat Olive. Padahal jalanan terlihat sangat ramai, tapi tidak ada satu pun yang mau membantunya.

"Aku harus gimana? Coba tanya lagi kali ya?"

Olive mencoba bertanya lagi pada segerombol orang yang lewat, bukannya membantu Olive malah mendapat hinaan.

"Mba, makanya di cantikin dulu biar ada yang mau bantu!" Cibirnya.

"Hahahaa.." tawa mereka terdengan menyakitkan di telinga Olive.

Tidak ada gunanya Olive meminta bantuan pada orang-orang, Olive hanya akan mendapatkan hinaan. Olive semakin kebingungan, Olive tidak mungkin memberitahu Lily karena Lily sedang lembur.

"Telpon bengkel langganan aku aja kali ya?" Olive mencari ponselnya, dan sial! Ponselnya mati, Olive lupa mengisi batrai ponselnya.