webnovel

CEO itu adalah Ayahku

Kehidupan gadis bernama Misty Connors berubah sejak kedua orang tuanya meninggal. Misty berpikir dia akan kehilangan segala-galanya. Rumah, kuliah dan kehidupannya. Namun sebelum Misty kehilangan semua itu, seorang malaikat penyelamat datang menolongnya. Gadis itu tidak pernah tahu jika dia memiliki ayah baptis yang tampan bernama Zach Leroux, seorang CEO perusahaan Leroux di Paris yang belum menikah. Saat itulah Misty mengetahui jika Zach adalah teman dekat orang tuanya semasa kuliah. Tinggal berdua dengan pria menawan seperti Zach merupakan ujian yang berat bagi Misty. Pasalnya dia harus sport jantung menahan perasaannya kepada Zach. Namun siapa sangka, Zach pun merasakan yang yang sama. Sayangnya jalan menuju bersatunya cinta mereka tidaklah mudah. Terutama status ayah baptis yang disandang Zach membuat hubungan ini tampak terlarang. Ditambah keluarga Zach yang tidak mudah dihadapi. Akankah Misty harus melepaskan perasaannya kepada Zach? Atau dia memilih untuk memperjuangkan perasaannya yang membawa gadis itu menuju resiko yang begitu besar?

Marrygoldie · Teen
Not enough ratings
15 Chs

3. Jet Pribadi

Mudah mengambil kesimpulan, tapi sulit untuk menyadari kebenaran dalam.kesimpulan itu.

* * * * *

Mata Misty terbelalak saat melihat keluar jendela mobil. Pemandangan sebuah pesawat pribadi dengan tulisan 'Leroux' tercetak dengan warna merah. Semalam Misty memang mencari tahu siapa sebenarnya ayah baptisnya. Dia terkejut dengan fakta Zach adalah CEO perusahaan Leroux. Perusahaan yang memiliki jaringan Department store besar yang tersebar di beberapa negara. Misty sadar posisi pria itu jelas membuat status pria itu menjadi orang yang kaya. Tapi dia tidak menyangka Zach begitu kayak hingga memiliki pesawat pribadi.

"Kita akan naik itu ke Paris?" tanya Misty menoleh ke arah Zach yang masih menekuri ponselnya.

Pria itu mendongak dan menyunggingkan senyuman. Seketika Misty meminta pertolongan Tuhan untuk menjaga hatinya tidak meleleh. Senyuman lembut Zach membuat jantung Misty berdebar tidak karuan.

"Tentu saja. Apakah ada masalah?"

Misty menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hanya saja aku terkejut kau memiliki pesawat pribadi. Kupikir hal itu hanya ada dalam film Fifty Shades."

Seketika Zach tergelak mendengar ucapan Misty. "Sayangnya hal itu tidak terjadi hanya dalam film, Misty. Tapi aku menggunakan jet pribadiku untuk bulan madu. Aku memerlukannya karena aku sering bepergian ke negara-negara lain. Kau pasti tahu bukan jaringan department store Leroux ada di beberapa negara."

Misty mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Zach. Kemudian mobil yang mereka naiki berhenti. Zach mengajak Misty untuk keluar dari mobil. Gadis itu terkagum melihat jet pribadi milik Zach.

Gadis itu merasakan sebuah tangan menggenggam tangan kirinya. Dia menunduk dan melihat tangan yang berukuran jauh lebih besar dari tangannya menggenggamnya erat. Kemudian dia mendongak dan mendapati Zach sudah berada di dekatnya dengan senyuman mautnya.

"Ayo kita masuk! Pesawat akan segera berangkat."

Misty tak mampu mengatakan apapun. Dia hanya menganggukkan kepalanya kemudian berjalan mengikuti Zach yang menarik tangannya. Mereka menaiki beberapa anak tangga sebelum akhirnya masuk ke dalam pesawat. Nuansa hitam putih membuat interior pesawat itu tampak sangat mewah. 

"Kau bisa memilih tempat duduk yang kau inginkan. Jika kau merasa lelah, kau bisa beristirahat di kamar itu." Zach menunjuk ke sebuah pintu.

Pria itu menarik Misty menghampiri pintu itu. Kemudian dia membukanya dan memperlihatkan sebuah kamar yang lengkap dengan ranjang.

"Sepertinya aku ingin duduk saja. Aku sudah tidur lama semalam. Aku tidak pernah merasa senyenyak itu sejak Mom dan Dad tidak ada."

Tatapan Zach berubah sendu. Dia menoleh dan menatap anak baptisnya. Pria itu pun ikut sedih dengan apa yang dirasakan oleh Misty. Dia sudah menyelidiki tentang putri baptisnya itu. Dia tidak menyangka Misty akan kesulitan dalam ekonomi. Padahal sebelumnya seorang pria yang mengaku pamannya menolak Misty dibawa oleh Zach. Karena itu Zach memutuskan untuk memberikan uang bulanan. Namun pria itu tidak menyangka pria yang mengaku paman Misty itu justru menggunakan uang yang diberikan oleh Zach. Setelah itu, Zach segera mencari Misty dan membawanya pergi.

"Kau pasti mengalami hari-hari yang berat."

Misty tersenyum tipis. "Kehilangan Mom dan Dad memang sangat berat. Tapi memikirkan kehidupanku di hari berikutnya yang membuat tidurku tidak nyenyak."

Zach meraih tubuh Misty ke dalam pelukannya. "Sekarang kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, Misty. Kau memiliki aku sekarang."

Misty merasa begitu nyaman berada dalam pelukan Zach. Dia bisa merasakan aroma parfum yang dikenakan pria itu. Aroma citrus yang terkesan maskulin ditambah dengan aroma amber wood yang lembut dan elegan. Meskipun tahu ini salah, tapi Misty sangat menyukai aroma itu.

Zach melepaskan pelukannya. Satu tangannya menangkup pipi gadis itu. "Sebaiknya kita duduk. Sebentar lagi kita akan berangkat."

Misty menganggukkan kepalanya kemudian memilih salah satu tempat duduk. Zach menghampiri Misty dan memasangkan sabuk pengaman.

"Aku akan bekerja di meja sana. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa mengatakan padaku atau kau bisa meminta bantuan pramugari." Ucap Zach.

"Terimakasih, Zach."

Zach mengelus puncak kepala Misty sebelum akhirnya berbalik meninggalkan gadis itu. Misty mengalihkan perhatiannya ke arah jendela. Sebentar lagi dia akan meninggalkan kota tempat kelahirannya. Misty merasa sangat gugup dan membayangkan kehidupan apa yang akan dijalaninya besok atau mungkin beberapa minggu kemudian. Meskipun tahu Zach akan menjaganya dengan sangat baik, tapi Misty tetap mencemaskan perasaannya. Bagaimana jika dia benar-benar menyukai ayah baptisnya. Misty segera menggelengkan kepalanya mendengar ide yang sangat gila itu.

Gadis itu mendengar suara pilot yang mengatakan pesawat akan segera terbang. Misty menggenggam sabuk tangannya dengan sangat erat. Ini juga pertama kalinya dirinya terbang menggunakan pesawat. Dia benar-benar gugup. Lalu gadis itu merasakan sebuah tangan meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Dia menoleh dan mendapati Zach duduk di sampingnya.

"Kupikir kau akan bekerja, Zach." Heran Misty.

"Kulihat kau sangat gugup. Karena itu aku memutuskan untuk menemanimu. Pekerjaan bisa kukerjakan nanti."

"Aku hanya merasa gugup karena ini penerbangan pertamaku. Kau tidak perlu menemaniku. Aku merasa bersalah karena kau menunda pekerjaanmu demi aku."

"Sayangnya aku lebih suka menemanimu daripada membaca deretan huruf."

Misty tertawa mendengar ucapan Zach. "Kau benar-benar pembohong yang jenius, Zach."

"Aku tidak berbohong, Misty. Aku merasa sangat nyaman berada di sampingmu. Awalnya aku benar-benar gugup. Aku takut jika kau tidak akan suka saat mengetahui aku adalah ayah baptismu. Tapi aku lega kau tidak seperti yang kupikirkan."

"Kau pasti bercanda. Para gadis pasti akan iri karena memiliki ayah baptis seperti dirimu, Zach."

"Benarkah? Memang aku seperti apa hingga membuat para gadis iri?" Zach mendekatkan wajahnya penasaran dengan jawaban Misty.

Seketika Misty merasakan dadanya bergemuruh karena jantungnya berdetak lebih cepat. Dia segera mengalihkan perhatiannya ke depan.

"Kau tampan, kaya dan kau memiliki jet pribadi."

Terdengar gelak tawa Zach. "Aku tidak menyangka kau masih menganggapku tampan. Kupikir gadis seusiamu akan menganggapku seperti paman yang sudah tua."

"Mana mungkin. Kau tidak berkepala botak dan perutmu tidak tambun. Kau jelas bukan paman yang sudah tua."

"Syukurlah jika kau menyukaiku." Zach kembali menyandarkan punggungnya di kursi.

"Hmm… Zach. Bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu saja. Katakanlah."

"Bagaimana bisa kau menjadi ayah baptisku?"

Zach menoleh menatap Misty. Kemudian pikiran pria itu melayang pada kejadian sebelum Misty terlahir.

"Dulu aku dan kedua orang tuamu adalah sahabat."

"Sa-sahabat? Tapi kau terlihat jauh lebih muda." Terkejut Misty.

"Memang benar, Misty. Dulu ibumu adalah dosenku. Karena kepintaranku, jadi aku sering membantu ibumu. Dia juga sering mengajakku makan bersama dengan ayahmu. Karena aku sering tinggal sendirian, jadi aku senang bisa bersama ayah dan ibumu. Saat itu mereka sedang mempersiapkan pernikahan. Lalu saat mendengar ibumu hamil, aku mengajukan dirinku sendiri untuk menjadi ayah baptis. Karena bagiku, mereka sudah seperti keluargaku."

"Apa kau tidak memiliki orang tua?"

"Orang tuaku masih ada. Sayangnya mereka terlalu sibuk bepergian hingga tidak pernah menemaniku. Seakan mereka tidak ingat aku ada. Bagi mereka memberikan kelimpahan harta untukku dan adikku sudah cukup."

Misty merasa sedih dengan apa yang dirasakan Zach. Dia bisa merasakan kesepian yang dialami pria itu. Jika seperti itu bukankah sama saja orang tuanya menelantarkannya.

"Kau memiliki adik?"

Zach menganggukkan kepalanya. "Tapi kau tidak akan bertemu dengannya di Paris. Dia sepertinya mewarisi kesenangan orang tuaku. Dia lebih suka berkelana di berbagai negara untuk mencari objek indah."

"Mencari objek indah?" bingung Misty.

"Dia seorang fotografer."

Misty pun menganggukkan kepalanya mengerti arah pembicaraan Zach. Lalu dia pun berpikir jika orang tua dan adik pria itu tidak ada di Paris apakah Zach tinggal sendirian. Atau dia sudah menikah? 

"Aku belum menikah jika itu yang kau pikirkan."

Misty menoleh tampak terkejut mendengar ucapan Zach. "Bagaimana kau tahu aku memikirkan pertanyaan itu?"

Zach kembali tersenyum. "Karena kau sangat mirip dengan ibumu. Kau tidak bisa menyembunyikan pikiranmu. Ekspresi wajahmu menunjukkan dengan jelas."

"Dad juga mengatakan hal yang sama."

Zach tersenyum membayangkan kebersamaan dirinya dengan orang tua Misty. Dia pun merindukan masa-masa ketika mereka makan bersama dan melayangkan canda tawa. Tapi sekarang pria itu memiliki Misty. Dia merasa kehidupannya akan kembali berwarna seperti saat dirinya bersama dengan Mark dan Cecilia.

* * * * * *