Mia berkedip lambat memandangi Pegunungan Alpen yang membentang di hadapannya. Beberapa puncak tertutupi oleh putihnya salju, menambah keindahan yang menyejukkan hati.
“Cantik sekali,” desah gadis itu sembari menaikkan sudut bibir. Rasa sesak yang menekan dada telah banyak berkurang.
Dengan mata terpejam, Mia menarik napas dalam-dalam. Namun, meski kerongkongan tak lagi tersumbat, alisnya tetap menyisakan kerutan. Patahan pada hati sang gadis masih belum terobati dengan sempurna.
“Tidak bisakah kau meninggalkan benakku? Aku ingin menikmati panorama ini,” batin Mia kepada bayang-bayang Julian.
Malangnya, semakin lama gadis itu bersembunyi dalam gelap, semakin jelas wajah sang pria dalam ingatan. Tak ingin kembali dikuasai kesedihan, sang sekretaris pun mengembalikan penglihatan. Kini, giliran danau di dekat kaki gunung yang menghiburnya. Tepat pada saat itulah, Mia merasakan kehadiran seseorang di balik punggungnya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com