“Maaf kalau sebelum ini, aku masih menganggap Papa jahat,” bisik Julian dengan mata terpejam. Kerut alisnya telah melukiskan penyesalan dengan sempurna. “Aku tidak seharusnya menjaga jarak dari Papa selama dua tahun terakhir.”
Mendengar penuturan sejujur itu, hati Herbert sontak menghangat. Sambil menepuk-nepuk punggung putranya, ia menarik napas dalam-dalam. “Kau mau pergi ke ujung dunia pun, aku tetap merasa dekat denganmu, Julian. Kau adalah putra yang kusayang melebihi putra kandungku sendiri. Apakah kau tidak ingat betapa malang nasib Max dulu?”
Teringat akan sang adik, tawa kecil yang diwarnai haru sontak terumbar ke udara. “Ya, Papa memang terlalu menyayangiku. Tapi, tolong jangan ulangi hal itu. Kasihan Max. Dia sudah mendapat cukup banyak penderitaan.”
Support your favorite authors and translators in webnovel.com