“Kira-kira, rasa apa yang akan disukai Cayden? Vanila atau teh hijau? Atau jangan-jangan ..., dia memiliki selera yang berbeda dari orang tuanya?” gumam Gabriella seraya melihat sekotak es krim yang penuh dengan warna.
“Ah, semoga saja perutnya tidak apa-apa. Dia hanya boleh mencicipi seujung sendok saja kalau rasanya sebanyak ini,” pikir wanita itu sebelum mempercepat langkah. Ia tidak sabar ingin melihat wajah bahagia Pangeran Kecil.
Namun, ketika pandangannya terarah pada bangku, lengkung bibir Gabriella mendadak hilang. Ia hanya melihat seorang pelayan duduk di sana. Dengan hati yang berdebar, wanita itu berlari menghampiri sambil memeriksa sekeliling.
“Lena, di mana Cayden?” desahnya dengan napas yang tak beraturan.
Tanpa sedikit pun beban, sang pelayan menurunkan ponsel dari depan wajahnya. “Di si ... ni.”
Support your favorite authors and translators in webnovel.com